Sukses

Tradisi Rebo Wekasan Apakah Ajaran Rasulullah SAW? Ini Kata Buya Yahya

Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir bulan Safar diyakini oleh sebagian umat Islam sebagai hari yang menakutkan. Pada hari tersebut Allah akan menurunkan bencana dan dengan tradisi Rebo Wekasan adalah upaya untuk menolak bala tersebut.

Liputan6.com, Jakarta - Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir bulan Safar diyakini oleh sebagian umat Islam sebagai hari yang menakutkan. Pada hari tersebut Allah akan menurunkan bencana dan dengan tradisi Rebo Wekasan adalah upaya untuk menolak bala tersebut.

Terkait Rebo Wekasan, ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif berpendapat bahwa perayaan Rebo Wekasan tidak ada petunjuk langsung dari Rasulullah SAW.

Menurutnya, tradisi Rebo Wekasan didasari dari cerita orang-orang saleh yang mendapat ilham bahwa pada Rabu terakhir Safar akan turun penyakit. Untuk menghindarinya, maka memohon kepada Allah SWT agar dijauhkan dan dilindungi dari penyakit tersebut.

“Kalau (ajaran) dari nabi tidak ada, cuma kalau udah katanya ulama selagi tidak bertentangan dengan ajaran nabi tidak bisa kita (katakan) langsung murni bid’ah,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al-Bahjah TV.

Buya Yahya menuturkan, orang saleh yang mendapat ilham boleh dipercaya dengan catatan tidak bertentangan ajaran nabi. Adapun bila ada yang tidak percaya ilham tersebut, maka jangan dicaci maki.

“Misalnya bersedekah atau salat hajat agar dijauhkan dari malapetaka, maka mengikuti ilham selagi itu tidak bertentangan syariat itu boleh,” Buya Yahya mencontohkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ilham Pengantar Sunnah Nabi

Ulama kondang ini menegaskan jika ilham bukan hujjah. Sekalipun seorang wali kutub mendapatkan ilham, tidak boleh menjadi hujjah. 

“Tapi kalau Anda percaya karena dia saleh, kemudian ilhamnya tidak melanggar syariat, maka boleh Anda ikuti,” ujarnya.

“Jadi kalau Anda mempercayai guru Anda seorang yang saleh boleh-boleh saja dilakukan, akan tetapi yang Anda lakukan tentunya dasarnya adalah nabi, bukan dasarnya ilham. Ilham pengantar kepada sunnah nabi,” tambah Buya Yahya.

Buya Yahya mencontohkan, misalnya berdasarkan dari ilham bahwasanya pada Rabu terakhir bulan Safar akan turun bala, maka tolaklah bala dengan sholat dua rakaat.

“Sholat apa itu? Sholat yang pernah diajarkan nabi untuk menolak bencana namanya hajat. Kemudian ditambah lagi sedekah. Nabi yang nyuruh, itu boleh,” kata Buya Yahya.

3 dari 3 halaman

Ritual saat Rebo Wekasan

Mengutip merdeka.com, ada beberapa ritual yang dilakukan masyarakat muslim di Rebo Wekasan. Mulai dari memperbanyak dzikir dan doa hingga sholat tolak bala.

1. Selametan

Upacara selametan saat Rebo Wekasan digelar di tempat-tempat yang disakralkan masyarakat setempat. Ritual ini dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia saat memasuki Rabu terakhir bulan Safar.

2. Memperbanyak Dzikir dan Doa

Menurut masyarakat yang merayakan tradisi Rebo Wekasan, pada hari tersebut akan diturunkan bala musibah. Maka dari itu, dianjurkan untuk memperbanyak dzikir dan berdoa untuk menghindari berbagai kesialan. 

3. Sholat Tolak Bala

Sholat tolak bala dilakukan pada pagi hari Rabu terakhir bulan Safar. Sholat ini dikenal dengan sholat lidafil bala’. 

Setiap rekaatnya membaca surat Al-Fatihah, lalu membaca surat Al-Kautsar sebanyak 17 kali, surat Al-Ikhlas, dan dilanjut membaca Surat Al-Falaq. Setelah itu, diakhiri dengan membaca doa.

4. Puasa

Pada Rebo Wekasan, sebagian masyarakat Indonesia juga melakukan puasa sunnah. Biasanya, puasa ini dilakukan selama tiga hari. Puasa ini dikerjakan untuk menolak bala agar terhindar dari kesialan.

Itulah penjelasan mengenai tradisi Rebo Wekasan dan ritual-ritual yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim Indonesia. Wallahu’alam.