Sukses

Apakah Meninggal Akibat Tenggelam Mendapatkan Derajat Mati Syahid?

Mereka yang dianggap mati syahid adalah mereka yang gugur bukan di medan perang. Di akhirat kelak mereka akan menerima pahala sebagaimana pahala para syuhada yang gugur di medan perang

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari ini ramai diberitakan oleh media online, seorang mahasiswa Poltek Negeri Batam, Muhammad Tsaqif Nofriza dilaporkan tenggelam di Danau Empang pada Senin, 25 September 2023 sekitar pukul 16.30 WIB. 

Diketahui pada saat itu Tsaqif sedang melakukan latihan mengemudi kapal prototype dalam rangka persiapan mengikuti kejuaran Kontes Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN). Pencarian korban berlangsung selama 2 hari hingga akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal dunia.

Secara lahiriyah, derajat syahid yang dikenal oleh masyarakat kita adalah mereka yang gugur di medan perang dengan tujuan membela Islam. Akan tetapi, derajat syahid ini juga dapat dicapai oleh mereka yang tidak gugur di medan perang.

Derajat syahid dapat dicapai bagi mereka yang wafat di jalan Allah, korban wabah tha’un, korban penyakit perut (penyakit dalam), termasuk korban tenggelam sebagaimana keterangan hadis berikut.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ما تعدون الشهداء فيكم؟ قالوا : يا رسول الله، من قتل في سبيل الله فهو شهيد. قال إن شهداء أمتي إذا لقليل! قالوا: فمن هم يا رسول الله؟ قال من قتل في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في سبيل الله فهو شهيد، ومن مات في الطاعون فهو شهيد، ومن مات في البطن فهو شهيد، والغريق شهيد رواه مسلم 

Artinya: “Rasulullah SAW menguji sahabatnya dengan pertanyaan, ‘Siapakah orang yang mati syahid di antara kalian?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itulah syahid ya Rasulullah,’ jawab mereka. ‘Kalau begitu, sedikit sekali umatku yang mati syahid.’ ‘Mereka (yang lain) itu lalu siapa ya Rasul?’ ‘Orang yang gugur di medan perang itu syahid, orang yang meninggal di jalan Allah juga syahid, orang yang kena tha’un (wabah) pun syahid, orang yang mati karena sakit perut juga syahid, dan orang yang tenggelam adalah syahid,’ jawab Nabi Muhammad SAW,” (HR Muslim).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 2 halaman

Kriteria Derajat Syahid

Mengutip dari laman NU Online, dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW mengatakan sabda serupa dengan hadis riwayat Muslim. Hanya saja pada riwayat ini, Rasulullah SAW memasukkan korban reruntuhan benda-benda berat sebagai orang yang mencapai derajat syahid.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الشهداء خمسة المطعون والمبطون، والغريق، وصاحب الهدم، والشهيد في سبيل الله متفق عليه 

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang yang mati syahid ada lima macam, yaitu orang yang kena tha’un (wabah), orang yang mati karena sakit perut, korban tenggelam, korban yang tertiban reruntuhan, dan orang syahid di jalan Allah.’” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari sini ulama membagi tiga kriteria derajat syahadah atau syahid (merujuk kepada orangnya), yaitu syahid dunia dan akhirat; syahid akhirat, tidak di dunia; dan syahid di dunia, tidak di akhirat. Ketiganya akan mendapatkan ganjaran sesuai dengan amalnya sebagai keterangan Imam An-Nawawi atas hadis riwayat Muslim berikut ini.

قال العلماء المراد بشهادة هؤلاء كلهم غير المقتول فى سبيل الله انهم يكون لهم فى الآخرة ثواب الشهداء وأما فى الدنيا فيغسلون ويصلى عليهم وقد سبق فى كتاب الايمان بيان هذا وأن الشهداء ثلاثة اقسام شهيد فى الدنيا والآخرة وهو المقتول فى حرب الكفار وشهيد فى الآخرة دون أحكام الدنيا وهم هؤلاء المذكورون هنا وشهيد فى الدنيا دون الآخرة وهو من غل فى الغنيمة أو قتل مدبرا 

Artinya: “Ulama mengatakan, mereka yang dianggap mati syahid adalah mereka yang gugur bukan di medan perang. Mereka di akhirat kelak menerima pahala sebagaimana pahala para syuhada yang gugur di medan perang. Sedangkan di dunia mereka tetap dimandikan dan dishalatkan sebagaimana penjelasan telah lalu pada bab Iman. Orang mati syahid terdiri atas tiga jenis. Pertama, syahid di dunia dan di akhirat, yaitu mereka yang gugur di medan perang. Kedua, syahid di akhirat, tidak di dunia, yaitu mereka yang disebut dalam hadits ini. Ketiga, syahid di dunia, tidak di akhirat, yaitu mereka yang gugur tetapi berbuat curang terhadap ghanimah atau gugur melarikan diri dari medan perang,” (Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, [Kairo, Darul Hadits: 1422 H/2001 M] juz VII, halaman 72).