Sukses

Kisah Ulama dan Manusia yang Dikutuk Menjadi Kera, Ternyata Ini Penyebabnya

Pada zaman dahulu ada manusia yang dikutuk menjadi kera, ternyata ini penyebabnya.

Liputan6.com, Cilacap - Dahulu ada manusia yang dikutuk menjadi kera. Apa yang menyebabkan ia mendapatkan azab dari Allah? Simak kisahnya sampai selesai.

Pada zaman dahulu ada seorang penyair hebat yang sangat populer di masanya. Nama penyair itu ialah Syekh Farazdaq. Melalui syair-syairnya, beliau begitu asyik dan senang memuji Rasulullah SAW. Ia juga memiliki kebiasaan menunaikan ibadah haji setiap tahunnya.

Ketika sedang melaksanakan ibadah haji, ia juga tidak lupa untuk berziarah ke makam Rasulullah SAW. Di sana juga ia membaca syair pujian kepada Nabi SAW (qasidah). Apa yang dilakukan Syekh Farazdaq mengundang perhatian seseorang.

Orang tersebut lantas menjumpai Syekh Farazdaq dan menawari makan siang di rumahnya. Tanpa rasa curiga sedikitpun, Syekh Farazdaq langsung menerima ajakan orang itu. Setelah menempuh perjalanan yang jauh hingga keluar Madinah akhirnya mereka sampai tujuan.

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Lidah Syekh Farazdaq Dipotong

Ketika mereka berada di dalam rumah, orang tersebut memegangi Syekh sembari berkata, “sungguh aku sangat membenci orang-orang yang memuji-muji Muhammad, dan ku bawa engkau ke sini untuk ku potong lidahmu agar engkau tidak lagi memujinya!”

Lalu orang itu menarik lidah Syaikh Farazdaq dan memotongnya dan berkata: “ambil dan bawa potongan lidahmu ini lalu pergilah untuk kembali memuji Muhammad!”

Sang Penyair menangis kesakitan dan bergegas menuju makam Rasulullah SAW seraya berdoa, “Ya Allah jika penghuni makam ini tidak suka atas pujian-pujian yang aku lantunkan untuknya maka biarkan aku tidak lagi bisa berbicara seumur hidupku, karena aku tidak butuh kepada lidah ini kecuali hanya untuk memuji-Mu dan memuji Nabi-Mu. Namun jika Engkau dan Nabi-Mu ridha maka kembalikanlah lidahku ini ke mulutku seperti semula.”

3 dari 4 halaman

Lidahnya Tersambung Kembali

Syaikh Farazdaq terus menangis hingga tertidur dan bermimpi berjumpa dengan Rasulullah SAW yang berkata: “Aku senang mendengar pujian-pujianmu, berikanlah potongan lidahmu.”

Lalu Rasulullah SAW mengambil potongan lidah itu dan mengembalikannya pada posisinya semula. Ketika Sang Penyair, yaitu Syaikh Farazdaq terbangun dari tidurnya, mendapati lidahnya telah kembali seperti semula. Maka Syaikh Farazdaq pun bertambah dahsyat memuji Rasulullah SAW.

Di tahun berikutnya, Syaikh Farazdaq datang lagi menziarahi Rasulullah SAW dan kembali membaca pujian-pujian untuk Rasulullah SAW. Persis dengan kejadian tahun lalu, tiba-tiba datanglah seorang pemuda berparas tampan dan memiliki rona muka yang cerah menemuinya seraya mengajaknya untuk untuk makan siang di rumahnya.

Syaikh Farazdaq tidak melupakan kejadian pedih yang menimpanya tahun lalu. Akan tetapi, tanpa ragu sedikitpun ia tetap menerima ajakan pemuda tersebut. Setelah melewati perjalanan panjang, dalam benak Syekh Farazdaq mengatakan bahwa jalan yang ia lalui kini tidak asing baginya.

Benar saja setelah sampai di rumahnya, Syekh Farazdaq mengenal baik rumah itu adalah rumah yang dulu pernah ia datang hingga dipotong lidahnya oleh pemiliknya.

4 dari 4 halaman

Dikutuk Menjadi Kera

Anak muda itu meminta Syaikh Farazdaq untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia pun memasuki rumah itu dan melihat sekelilingnya. Anehnya di dalam rumah ia mendapati sebuah kurungan besi yang besar yang di dalamnya terdapat seekor kera yang besarnya seukuran manusia bahkan melebihinya.

Maka anak muda itu berkata, “Engkau lihat kera besar yang di dalam kurungan itu? Dia adalah ayahku yang dulu telah telah memotong lidahmu. Atas perilaku ayahku ini, keesokan harinya Allah SWT mengutuknya menjadi seekor kera.”

Kejadian seperti ini telah terjadi pada umat terdahulu, sebagaimana firman Allah SWT:

فَلَمَّا عَتَوْا عَنْ مَا نُهُوا عَنْهُ قُلْنَا لَهُمْ كُونُوا قِرَدَةً خَاسِئِينَ

“Maka setelah mereka bersikap sombong terhadap segala apa yang dilarang, Kami katakan kepada mereka: “Jadilah kalian kera yang hina”. (QS. al-A’raf ayat 166)

Kemudian anak muda itu berkata, “Jika ayahku tidak bisa sembuh maka lebih baik Allah matikan saja.”

Maka Syaikh Farazdaq berdoa, “Ya Allah aku telah memaafkan orang itu dan tidak ada lagi rasa dendam dan benci kepadanya”. Seketika itu pun Allah SWT mengembalikannya pada wujud yang semula.

Demikian kisah seorang ulama ahli syair yang dipotong lidahnya karena sering dan senang memuji Rasulullah SAW sebagaimana disarikan dari kanal YouTube Risalah Islam.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul