Sukses

Cerita Bu Pur Amalkan Ijazah dari Gus Iqdam Dapat Hadiah Umrah, Apa Amalannya?

Jemaah ini dapat kejutan dari anaknya berupa umrah gratis, dia mengamalkan ijazah dari Gus Iqdam, rejekinya dipermudah.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu jemaah ST Nyell asuhan pendakwah Muhammad Iqdam Kholid alias Gus Iqdam selalu mengamalkan atau menjalankan ijazah pemberian Gus Iqdam.

Tidak dinyana tidak diduga, dia mendapat hadiah umrah gratis. Tak hanya itu, rezeki pun selalu datang bertubi-tubi.

Bu Pur namanya. Meski usianya hampir menyentuh angka 60 tahun, namun dia rajin mengikuti pengajian Gus Iqdam.

Tercatat, sudah enam kali lebih ia ngaji bersama Gus Iqdam termasuk di Markas Sabilu Taubah atau ST pusat.

Lalu, ijazah amalan apa yang dijalankan ibu yang bekerja sebagai guru SD yang 17 bulan lagi memasuki masa purna tugas ini.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 5 halaman

Berikut Ijazah Amalannya

Mengutip tayangan di akun TikTok @Garangan ST, dari seringnya mengikuti pengajian Gus Iqdam ia mendapatkan ijazah amalan.

Ijazah tersebut adalah membaca sebanyak-banyaknya Al-Qur'an Surat Al Insyirah atau Alamnasyroh.

"Saya dapat ijazah amalan dari Gus Iqdam, saya jalani alhamdulillah rejeki selalu datang. Bahkan lima hari lalu saya ditelepon anak saya mengajak saya umrah. Alhamduliilah mohon doanya Gus," ujar Bu Pur.

 

3 dari 5 halaman

Mengenai Surat Al-Insyirah

Untuk diketahui, Surat Al-Insyirah terdiri dari 8 ayat dan merupakan surat ke-94 di dalam Al- Qur’an. Surat ini termasuk ke dalam golongan surat Makkiyah, yaitu surat yang diturunkan di kota Makkah.

Surat Al-Insyirah merupakan salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang banyak dibaca oleh muslim. Surat Al-Insyirah kerap juga disebut sebagai surat Asy Syarh atau Alam Nasyrah, yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Arti surat Al-Insyrah Beserta Bacaannya Arab dan Latin

اَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَۙ

Alam nasyrah laka shadrak

Arti surat Al-Insyriah ayat 1: "Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?"

وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَۙ

Wawadha’naa ‘anka wizrak

Arti surat Al-Insyriah ayat 2: "dan Kami pun telah menurunkan bebanmu darimu,"

الَّذِيْٓ اَنْقَضَ ظَهْرَكَۙ

Alladzii anqadha zhahrak

Arti surat Al-Insyriah ayat 3: "yang memberatkan punggungmu,"

وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ

Warafa’naa laka dzikrak

Arti surat Al-Insyriah ayat 4: "dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu".

فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ

Fa-inna ma’al’usri yusraan

Arti surat Al-Insyriah ayat 5: "Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,"

اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ

Inna ma’al’usri yusraan

Arti surat Al-Insyriah ayat 6: "sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan."

فَاِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْۙ

Fa-idzaa faraghta fanshab

Arti surat Al-Insyriah ayat 7: "Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain),"

وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ

Wa-ilaa rabbika farghab

Arti surat Al-Insyriah ayat 8: "dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."

4 dari 5 halaman

Tafsir Surat Al-Insyirah

Berikut tafsir surat Al-Insyriah ayat 1-8:

1. Tafsir Surat Al-Insyriah ayat 1

Arti surat Al-Insyriah ayat 1 yaitu “Bukankah Kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)?” bisa dimaknai dalam arti yang luas. Menurut As-Shawi adalah melapangkan dada Nabi Muhammad SAW dengan cahaya Ilahi supaya dapat bermunajat kepada Sang Pencipta dan dakwah atau mengajak makhluk, sehingga dadanya menjadi tempat turunnya rahmat dan sumber berkah. sementara Al-Qurtubi menjelaskan dalam tafsirnya, melapangkan dada dengan membuka dada, maksudnya adalah "Bukankah Kami telah membukakan dadamu untuk agama Islam?"

2. Tafsir Surat Al-Insyriah ayat 2-4

Imam al-Qurtubi menafsirkan ayat ke 2 dengan makna: "Allah telah meringankan dosa-dosa dari sisimu. Adapun makna "al-wizru" adalah ad- dzanbu atau dosa." Dengan demikian, menurut beliau arti surat Al-Insyriah ayat 2 adalah: "Allah telah meringankan hal-hal yang engkau ada di dalamnya pada masa Jahiliyah.

Karena Nabi Muhammad SAW dalam banyak hal mengikuti mazhab kaumnya, sekalipun Nabi Muhammad SAW sama sekali tidak pernah menyembah berhala. (Syamsudin al-Qurtubi, Tafsir al- Qurtubi, [Mesir, Darul Kutub al-Misriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman105).

Sementara itu, Syekh Nawawi Banten menafsirkan ayat 2 dan 3 dengan makna: "Telah kami ringankan darimu beban-beban nubuwah yang memberatkan punggungmu untuk menunaikan dan menjaga hak-haknya. Bentuk meringankan bebannya adalah, Allah memudahkan Nabi Muhammad SAW sehingga beban-beban tersebut menjadi mudah baginya."

Sedangkan menurut Az-Zuhaili menafsirkan ayat 4 sebagai "wa rafa’na laka dzikrak" yang artinya Allah menjadikan sebutanmu ditinggikan dan diluhurkan di dunia dan akhirat, maksudnya adalah diluhurkan dengan derajat kenabian, menjadi akhir dari para rasul, diturunkan Al- Qur'an kepadamu dan diwajibkannya orang mukmin untuk mengucapkan syahadat. (Wahbah bin Musthafa az-Zuhaili, At-Tafsir Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], jus XXX, halaman 296). 

5 dari 5 halaman

3. Tafsir Surat Al-Insyriah ayat 5-6

Menurut Syekh Nawawi Banten, kedua ayat tersebut merupakan pengulangan untuk menguatkan dan pengingat bahwa janji Allah Yang Maha Mulia dengan memudahkan segala kesulitan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin, seakan Allah berkata: "Kami (Allah) berikan apa yang telah kami berikan kepadamu berupa keagungan nikmat; maka, jadilah orang yang percaya dengan kemurahan dan kelembutan Allah. Karena sesungguhnya bersamaan dengan kesulitan ada kemudahan yang banyak". (Muhammad Nawawi Al- Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al-Hidayah], juz II, halaman 454).

4. Tafsir Surat Al-Insyriah ayat 7-8

Menurut Syekh Nawawi Banten menafsirkan ayat "Faidza faragta fanhsab" , dengan makna "Apabila engkau telah selesai dari ibadah, maka susulkan ibadah lain dengan saling berkesinambungan antara sebagian ibadah dengan bagian yang lain, dan dengan tidak mengosongkan satu waktu dari ibadah".

Sementara untuk "wa ila rabbika farghab" dengan makna "Kepada Tuhanmu ajukan kebutuhan- kebutuhanmu, jadikan harapanmu hanya kepada Allah, dan jangan meminta kecuali kemurahan-Nya dengan bertawakal atau berpasrah diri kepada- Nya." (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, al- Hidayah], juz II, halaman 453).

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul