Sukses

Kisah Pahit Getir Gus Iqdam, dari Pelihara Kambing hingga Ayahnya Sakit Stroke

Sebelum populer seperti saat ini, ternyata Gus Iqdam pernah merasakan pahit getirnya kehidupan. Dari ayah beliau menderita sakit stroke hingga bekerja mencari rumput untuk makanan kambing.

Liputan6.com, Blitar- Sosok da’i muda NU asal Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam yang kini tengah populer ini ternyata pernah mengalami pahit getirnya menjalani hidup ini. Gus Iqdam pernah mendapatkan ujian berat dari Allah SWT, yaitu ayahnya menderita penyakit stroke.

Gus Iqdam juga pernah memelihara kambing. Setiap hari ia mencari rumput untuk memberi makan kambing-kambingnya. Kisah ini beliau sampaikan di sela-sela pengajiannya.

“Saya itu pernah dimodali sama temen saya, Sidoarjo. “Gus, ayo bisnis kita kerja sama," kisah Gus Iqdam dikutip dari tayangan YouTube BarokahChanel, Kamis (19/10).

“Ayo siap, bisnis apa?" tanya Gus Iqdam kepada temannya

"Memelihara kambing, saya kebagian cari rumput untuk pakan kambing Pak Bupati," tutur Gus Iqdam menirukan jawaban temannya dan melanjutkan kisahnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Bekerja Mencari Rumput

Pekerjaan ini beliau lakukan demi mendapatkan uang. Ia bekerja dibantu temannya sebab kambing-kambing yang harus diurus jumlahnya lumayan banyak, yakni 8 ekor

"Masya Allah, ya wajar karena saya tidak punya uang tapi ingin punya uang, akhirnya saya sama teman saya dibelikan kambing 8 ekor," tuturnya.

“Cari rumput bareng Jebor. Jebor itu yang sekarang ngurusi jadwal saya. “Ayo Bor cari rumput,” Jebor berangkat sembari terlihat kurang ikhlas," imbuhnya.

Sebenarnya perihal pekerjaan ini, baik Gus Iqdam ataupun temannya ini tidak menguasai. Namun mereka tidak patah semangat.

“Wah cari rumput kalau bukan ahlinya kan lama, ketika pulang hawanya emosi terus," katanya.

Hanya saja ada rasa yang muncul di benak Gus Iqdam perihal pekerjaannya ini. Beliau merasa orang yang berpapasan dengannya semua menghina. 

“Ketika bertemu orang, perasaan semua orang itu seperti menghina semua. Itu perasaaan saya sendiri Pak Haji," terangnya.

“Bor bagaimana ya orang-orang kok kelihatannya semua menghina kita. Tapi ya bagaimana lagi emang kita seperti ini kok," imbuhnya.

“Sudah begini Bor, kita ini dihina, setelah itu kita ngopi di pinggir sungai," kata Gus Iqdam menghibur diri sendiri dan temannya.

3 dari 4 halaman

Ayah Gus Iqdam Sakit Stroke

Gus Iqdam melalui hari-harinya sebagai penggembala kambing ini saat ayahnya sedang sakit stroke.

"Ketika itu Abah saya sakit stroke," tuturnya.

"Bah ini Iqdam sudah mau bekerja," kata beliau kepada ayahnya.

"Saya bilang begitu. Tenang tidak usah khawatir nanti Abah saya belikan Alpard, saya bilang begitu," kata Gus Iqdam melanjutkan ceritanya.

Gus Iqdam berkata seperti ini sebab sangat ingin membahagiakan ayahnya yang sedang sakit.

“Memelihara kambing 8 ekor, tapi janji membelikan mobil Alpahard, gagah dulu," ucap dia.

Gus Iqdam mengaku, saat keluar pondok merasa bingung sebab di pesantren ia tidak diajari cara bekerja, termasuk ketika memelihara kambing ini ia tidak menguasai ilmunya.

“Ya saya bingung sebab tidak diajari bekerja, karena baru keluar dari pondok luh pak," terangnya.

Bukan hanya memelihara kambing saja, Gus Iqdam juga bercocok tanam. Namun, sama dengan memelihara kambing, dia juga tidak menguasai cara bercocok tanam.

"Memelihara kambing dengan bercocok tanam. Nyemprot tanaman juga tidak bisa. Harusnya 1 lokasi itu habis 1 tangki, saya bisa habis 3 tangki. Dimarahi sama teman-teman. Kalau caranya begitu kamu itu bangkrut. Sebab tidak tahu caranya salah semua," ujar dia.

 

4 dari 4 halaman

Dapat Laba Sangat Sedikit

Rupanya pepatah 'malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih' ini sangat cocok dengan kondisi Gus Iqdam saat itu.

Pasalnya jerih payahnya memelihara kambing tidak sebanding dengan hasil yang diterima. Sebab, ketika kambing-kambing tersebut dijual, Gus Iqdam memperoleh laba yang sangat kecil.

“Alhamdulillah genap 2 bulan akan Idul Adha saya jual. Kambing 8 saya jual 7. Lah labanya kambing 7 ekor luh bukan 1 ekor itu Rp500.000," kisahnya disambut glak tawa jemaah yang hadir.

“Akhirnya saya telepon teman saya yang Sidoarjo itu, mas, kambingnya sudah saya jual," katanya melanjutkan kisahya.

“Laba berapa Gus?” kata Gus Iqdam menirukan pertanyaan temannya itu.

“Kambing 7 labanya cuma Rp500.000,” jawabnya.

“Sudah begini saja Gus uang itu buat kamu saja ini saya tambahi," kata temannya itu.

“Tidak, saya kirim semua sama grabah," kata Gus Iqdam menolak tawaran temannya.

Gus Iqdam menceritakan bahwa ketika dia dan temannya memelihara kambing itu justru bukannya gemuk, tapi sebaliknya menjadi kurus. Adapun kambing yang 1 juga dia jual lagi namun harganya sangat murah sebab kakinya patah.

Penulis : Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul