Liputan6.com, Cilacap - Pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam memang mewarisi kharisma dan karomah leluhurnya.
Baca Juga
Advertisement
Perlu diketahui, kakek beliau, KH Zubaidi Abdul Ghofur ini gemar tirakat sehingga beliau memiliki banyak keistimewaan atau karomah.
Buah tirakat Kiai Zubaidi manfaatnya dapat dirasakan oleh Gus Iqdam. Sebagaimana kakeknya, Gus Iqdam selain pandai dalam bidang agama, ia juga memiliki kemuliaan.
Keistimewaan atau karomahnya ini sebenarnya sudah terlihat ketika dia masih di mondok di Ponpes Al Falah, Ploso, Kediri. Tentu saat itu dia belum terkenal dan menjadi da'i viral seperti saat ini.
Pun demikian juga setamat dari pesantren, banyak warga yang kerap meminta doa agar diberikan keberkahan dan dihilangkan permasalahan dalam hidupnya.
Salah satu jemaah yang merasakan keberkahan dari Gus Iqdam ialah jemaah alias garangan yang bernama Bibit. Ia mendapatkan jodoh setelah bersalaman dengan Gus Iqdam. Berikut ini kisah selengkapnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Dapat Jodoh Berkah Bersalaman dengan Gus Iqdam
Bibit curhat bahwa kini telah berusia 27 tahun tapi belum berumah tangga. Namun, berdasarkan penuturannya, dia pernah bersalaman dengan Gus Iqdam sehingga akhirnya kini telah mendapatkan calon pendamping hidup.
“Alhamdulillah saya setelah menyalami Panjenengan kemaren, saya memperoleh keberkahan,” ucapnya dikutip dari tayangan YouTube Santri Nyeni, Selasa (24/10).
“Saya aslinya sudah pendekatan sama dia dan sudah saya niati, seumuran saya ini kan seharusnya sudah tidak berperilaku aneh-aneh lagi. Saya sudah tidak cari pacar lagi tapi sudah harus mencari istri,” imbuhnya.
Bibit menceritakan bahwa istri dalam istilah Jawa ini disebut garwa alias sigaraning nyawa. Jadi menurut orang Jawa kalau belum menikah nyawanya masih separo. Tapi kalau sudah menikah telah utuh dan sempurna karena telah menjadi satu.
Artinya, kehidupannya belum sempurna jika belum menikah, namun setelah menikah kehidupannya akan sempurna.
Advertisement
Lika-liku dalam Memperjuangkan Cintanya
Bibit kembali menceritakan perjalanan asmaranya. Sebelumnya, ia telah berbicara dengan kakaknya masalah isi hatinya itu.
Kakaknya setuju jika Bibit akan melakukan hubungan yang serius dengan adiknya. Namun permasalahannya ialah apakah yang bersangkutan bersedia atau tidak.
Akhirnya ia memberanikan diri untuk mengutarakan isi hatinya kepada wanita idamannya.
“Saya niat baik dan anaknya ada di rumah, demikian juga dengan kakaknya,” kata Bibit melanjutkan ceritanya.
“De….ini saya meneruskan obrolan saya dengan kakak kamu, aku suka dengan kamu. Kamu saya ajak serius, umurku sekarang bukan mencari kekasih, melainkan mencari calon istri, kamu mau tidak menjadi istriku?” ucap Bibit.
Dengan gaya kocaknya bibit menceritakan jawaban wanita yang ia cintai ini. Menurutnya, ia belum bisa langsung menanggapi curahan hati bibit ini. Hanya saja ia menunjukan tingkah yang kelihatan malu-malu mau.
Hal ini yang pada akhirnya Bibit tidak memaksa dia untuk menjawabnya sekarang. Kebetulan juga waktu itu menjelang waktu Maghrib.
Akhirnya setelah shalat Maghrib, baru ia menjawab curahan hati Bibit. Gayung pun bersambut, akhirnya ia bersedia menerima cinta Bibit.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul