Sukses

Sisi Romantis Gus Dur kepada Istrinya Ibu Sinta Nuriyah yang Tak Banyak Diketahui

Ternyata Gus Dur romantis dan luar biasa memperlakukan isterinya, Bagaimanakah kisahnya?

Liputan6.com, Jakarta - Presiden ke-4 Republik Indonesia, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dikenal dengan humor-humornya yang segar.

Di sisi lain, diakui Gus Dur adalah sosok cendekiawan cerdas. Dia berani, inklusif, dan juga cuek dengan segala kritikan.

Di balik itu, dia memiliki kisah romantis yang sangat membekas di mata istrinya, Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid.

Hal ini diceritakan Ibu Sinta Nuriyah kepada Andy F Noya, seperti yang diunggah di akun TikTok @MAS ZEIN. Video ini direkam saat Gus Dur masih hidup.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Istri Gus Dur Dulu Banyak yang Naksir

"Anda itu dulu cantik dan banyak diperebutkan banyak pria," kata Andi F Noya saat masih kribo bertanya kepada ibu Sinta.

"Sekarang si masih cantik juga," buru-buru Andi menambahkan.

"Tapi dulu Anda cantik dan banyak diperebutkan banyak pria, tapi mengapa anda memilih Gusdur," tanya Andi, yang di tanggapi tawa oleh penonton dalam acara tersebut.

"Itu kehendak Allah," jawan Ibu Sinta.

"Yakin?," Andi mencoba meyakinkan.

"Iya yakin," jawabnya mantap.

"Saya dapat info katanya Anda dipaksa oleh paman?," ungkap Andi yang kemudian dipotong oleh istri Gus Dur.

"Paman siapa?," katanya singkat.

3 dari 4 halaman

Ini Hal yang Paling Tidak Bisa Dilupakan Ibu Sinta Nuriyah dari Gus Dur

Dalam obrolan tersebut Gus Dur menengahi dengan bercerita,

"Saya punya paman, nanti dulu, namanya Pak Aziz Bisri, dia marah, lho kok Nuriyah mau salaman sama Abah, Kiai Bisri Samsuri kakek saya dari ibu. Paman saya ngiri," kata Gus Dur kala itu, yang disambut tawa yang hadir.

Sejurus kemudian, Andi F Noya menanyakan, kepada Ibu Sinta, apa sifat-sifat Gus Dur yang paling menyenangkan.

"Apa ya," kata Ibu dari Yeni Wahid ini.

"Kayaknya kok susah, apa gak ada," tanya Andi.

"Ngurusnya si gampang, makan juga gampang, makan apa adanya, apa saja dimakan," ungkap istri Gus Dur.

Lalu ibu negara ini menjelaskan, apa yang paling menyenangkan baginya. Dan kisah tersebut jarang terungkap.

"Tambah lagi yang paling menyenangkan saya. pada setiap kali saya melahirkan anak. Setiap malam itu anak kan biasanya bangun. Setiap kali ana bangun nangis. Maka Mas Dur yang pertama kali bangun kemudian mengganti popok yang kena kencing, kemudian mengangkatnya dan menyerahkan kepada saya, saya tinggal neteki. setelah anak saya tidur, diambil lalu ditaroh di boks bayi lagi," terang ibu Sinta.

 

4 dari 4 halaman

Biografi Sinta Nuriyah

Mengutip Wikipedia, Ibu Sinta Nuriyah lahir 8 Maret 1948 merupakan istri Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid. Ia menjadi Ibu Negara Indonesia keempat dari tahun 1999 hingga tahun 2001.

Ia lahir di Kabupaten Jombang, sebagai putri sulung dari 18 bersaudara. Ia disekolahkan di pesantren. Pada usia 13 tahun, ia jatuh cinta dengan Gus Dur, gurunya di pesantren. Karena bapaknya, seorang penulis kaligrafi profesional, enggan menyetujui pernikahan mereka, Gus Dur pergi menuntut ilmu di luar negeri.

Ketika Gus Dur melamar untuk kedua kalinya dari Baghdad, Sinta menerima dan menikahinya tiga tahun sebelum Gus Dur pulang ke Indonesia. Kakek Gus Dur menjadi pengganti mempelai pria dalam upacara pernikahan mereka.

Setelah Gus Dur pulang tahun 1971, barulah mereka meresmikan pernikahan secara hukum. Kemudian Sinta lulus S1 di bidang hukum syariah. Ia membantu menghidupi keempat anaknya dengan membuat dan menjual permen.

Pada tahun 1992, Sinta menjadi korban kecelakaan mobil yang melumpuhkan separuh tubuhnya. Ia menjalani terapi fisik selama satu tahun agar dapat menggerakkan lengannya. Namun sejak saat itu, ia harus beraktivitas menggunakan kursi roda. Ia kemudian melanjutkan S2 di bidang kajian perempuan di Universitas Indonesia.

Sejak suaminya dimakzulkan, Sinta menjadi aktivis pendukung Islam moderat. Ia memulai tradisi buka puasa lintas agama pada bulan Ramadan.

Empat anak Gus Dur dan Ibu Sinta ialah, Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, Inayah Wulandari.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul