Sukses

Kisah Jong Islamieten Bond, Organisasi Pemuda Islam Pertama di Indonesia yang Dorong Lahirnya Sumpah Pemuda

Jong Islamieten Bond merupakan organisasi kepemudaan Islam tertua di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada 1 Januari 1925 oleh Sjamsuridjal dan menjadi gerakan pemuda Islam pertama yang berideologi Islam.

Liputan6.com, Jakarta - Kongres Pemuda merupakan kongres nasional yang pernah diadakan dua kali di Jakarta sebelum Indonesia merdeka. Kongres Pemuda dihadiri oleh perwakilan organisasi kepemudaan dari berbagai latar belakang, baik yang bersifat kedaerahan maupun agama.

Kongres Pemuda I diselenggarakan pada 30 April-2 Mei 1926. Kongres Pemuda I menyepakati bahwa cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita seluruh pemuda Indonesia, seluruh perkumpulan pemuda berupaya untuk menggalang persatuan organisasi pemuda dalam suatu wadah, mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia.

Dua tahun kemudian, Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI) menggagas terselenggaranya Kongres Pemuda II. Kongres Pemuda yang kedua ini berlangsung pada 27-28 Oktober 1928.

Kongres Pemuda II menghasilkan Sumpah Pemuda, berisi ikrar yang telah disepakati para pemuda. Isi Sumpah Pemuda terdiri dari tiga poin, yaitu mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia, berbangsa yang satu bangsa Indonesia, dan berbahasa yang satu bahasa Indonesia.

Di balik Sumpah Pemuda ada peran-peran penting dari organisasi kepemudaan yang mengikuti Kongres Pemuda. Salah satu organisasi yang terlibat dalam kongres tersebut adalah Jong Islamieten Bond.

Jong Islamieten Bond merupakan organisasi kepemudaan Islam tertua di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada 1 Januari 1925 oleh Sjamsuridjal dan menjadi gerakan pemuda Islam pertama yang berideologi Islam.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Latar Belakang Pendirian

Mengutip buku Kebangkitan Islam Era Orde Baru Studi Kepeloporan Cendekiawan Islam Sejak Zaman Belanda Sampai ICMI karya Ridwan Saidi, Jong Islamieten Bond dicetuskan oleh pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Java.

Anggota Jong Java ini awalnya berpikir bahwa banyak organisasi di Indonesia yang berlatar kedaerahan, misalnya Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Ambon, hingga Jong Java.

Kemudian terpikirlah kenapa tidak mendirikan juga organisasi pemuda dari kalangan muslim. Dengan organisasi ini bisa mempersatukan pemuda-pemuda beragama Islam. Lahirlah Jong Islamieten Bond yang menghimpun pemuda-pemuda Islam dari berbagai daerah.

3 dari 4 halaman

Asas dan Tujuan

Jong Islamieten Bond memiliki dua asas dan tujuan. Pertama, mempelajari agama Islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya diamalkan. Kedua, menumbuhkan simpati umat Islam dan pengikutnya, dan perlunya toleransi yang positif terhadap orang-orang yang berlainan agama.

Dalam menjalankan organisasinya, Jong Islamieten Bond memegang teguh ajaran-ajaran Islam. Misalnya, menaruh perhatian pada persamaan hak dan kewajiban antara laki-laki dan wanita, serta bentuk ajaran Islam lainnya yang diterapkan oleh Jong Islamieten Bond.

Pada perkembangannya Jong Islamieten Bond tidak hanya berfokus pada pembinaan pemuda, pelajar, dan mahasiswa. Jong Islamieten Bond mulai melebar ke organisasi sosial, badan usaha, percetakan, hingga mendirikan sekolah. 

Hal inilah yang akhirnya menimbulkan sulitnya koordinasi. Beberapa pemuda mulai berkeinginan melepaskan diri dari Jong Islamieten Bond. Kemudian dua kader Jong Islamieten Bond Yusuf Wibisono dan Mohammad Roem membentuk Studenten Islam Studies Club (SIS) pada Desember 1934.

4 dari 4 halaman

Ideologi Islam, Nasionalis, dan Sosialis

Dalam buku Ridwan Saidi berjudul Islam dan Nasionalisme Indonesia menerangkan sikap Jong Islamieten Bond terhadap nasionalisme atau kebangsaan. Jong Islamieten Bond menyatakan bahwa, “Kita pemuda intelektual Islam berpandangan lebih luas terhadap kebangsaan, di mana kita berasal dari daerah di mana bangsa itu”.

Pemuda-pemuda Islam yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond juga dekat dengan kalangan nasionalis. Bisa dibuktikan ketika Jong Islamieten Bond terlibat dalam penyusunan Kongres Pemuda II pada Agustus 1928 yang melahirkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.

Dalam Jong Islamieten Bond, Islam dan kebangsaan Indonesia tidak pernah diletakkan sebagai komponen yang berpisah apalagi berhadap-hadapan. Justru Jong Islamieten Bond mengeratkan antara Islam dengan nilai-nilai nasionalisme, sebagaimana dikatakan oleh pendiri Jong Islamieten Bond, Sjamsuridjal.

Jamaludin dalam tulisannya berjudul Jong Islamieten Bond 1925-1942 Sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia menyimpulkan, Jong Islamieten Bond tidak hanya berideologi Islam. Organisasi ini juga berideologi Nasionalis dan Sosialis.

Ideologi Islam sebagai asas gerakan Jong Islamieten Bond, sedangkan ideologi nasionalis dan sosialis dipahami sebagai ajaran-ajaran atau paham-paham yang berkembang dalam Jong Islamieten Bond.