Sukses

Curhat Guru Cantik Bu Elsa kepada Gus Iqdam, Jadi Idola tapi Ternyata Memendam Kesedihan Mendalam

Bukan hanya siswa-siswinya saja yeng menisolakan sosok guru yang satu ini, Gus Iqdam pun dibuat terpesona.

Liputan6.com, Cilacap - Memang benar, tidak semua jemaah Gus Iqdam mantan garangan alias pernah berperangai nakal saja. Banyak dari mereka yang memang sudah memiliki latar belakang orang baik-baik.

Salah satu contohnya ialah Bu Elsa, sosok guru inspiratif dan idola para siswa. Dia juga turut hadir dalam pengajian Gus Iqdam.

Guru cantik ini merupakan guru kelas IX di MTs Negeri 9 Blitar dan mengajar mata pelajaran IPA.

Wajar saja ia menjadi sosok idola bagi siswa-siswinya. Melihat rona mukanya yang ceria dan murah senyum ini tentunya mampu memberikan suasana belajar yang menggembirakan.

Bukan hanya siswa-siswinya saja yeng mengidolakan sosok guru yang satu ini, Gus Iqdam pun rupanya dibuat terpesona.

Namun, di balik sosoknya yang murah senyum, Bu Elsa ternyata menyimpan kesedihan mendalam. Dia curhat kepada Gus Iqdam, yang juga pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 5 halaman

Masya Allah Cantiknya....

Melihat sosok Bu Elsa, kiranya tepat lirik lagu 'Tercantik di Dunia" yang dipopulerkan A. Rafiq ini untuk menggambarkan parasnya yang rupawan.

Masya Allah..cantiknya....Masya Allah..cantiknya....paling tercantik di dunia, luar biasa tiada cacat tertera,” demikian bunyi lirik lagu itu.

Sosok guru cantik nan rupawan ini berasal dari Ngawi, Jawa Tengah. Ia mendapatkan tugas dari pemerintah untuk mengajar di madrasah yang cukup jauh dari tempat tinggalnya.

“Bu Elsa di Tsanawiyah sini sudah berapa tahun Bu,” tanya Gus Iqdam dikutip dari tayangan YouTube Wilis TV, Minggu (29/10).

“Alhamdulillah sudah 3,5 tahun, hampir 4 tahun Gus,” jawabnya.

“Ngajar kelas berapa?” tanya Gus Iqdam lagi.

“Kelas 9, 9A sampai 9F,” jawabnya.

3 dari 5 halaman

Gus Iqdam Terpesona

Bukan hanya cantik dan rupawan, Bu Elsa juga mempu menyuguhkan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa siswinya. Padahal mata pelajaran yang diampu ini tergolong rumit dan biasanya para siswa tidak menyukainya.

Di tangan Bu Elsa ini mata pelajaran yang sulit akan terasa mudah dan menyenangkan. Hal ini juga yang diakui oleh Gus Iqdam. Menurut Gus Iqdam memang pelajaran yang diampu Bu Elsa ini merupakan pelajaran sulit yang biasanya sangat dibenci siswa.

“Bu Elsa ngajar pelajaran apa?” tanya  Gus Iqdam

“IPA,” jawabnya singkat

“Padaha IPA biasanya gurunya menjengkelkan, sebab susah ya, tapi ini kok pada seneng, kenapa bu?” tanya Gus Iqdam.

Lantas Gus Iqdam bertanya perihal ia begitu dicintai oleh siswa-siswinya.

“Anda kok disenengi, apa karena ramah dan murah senyum?” imbuhnya

“Kenapa, kenapa,” Bu Elsa melempar pertanyaan ke siswa-siswinya yang turut hadir dalam pengajian ini.

“Seruuuuuuuu,” jawab para siswa.

“Seruuuuuuuuuuuuu,” timpal Gus Iqdam.

“Kalau ngajar diajak main bola apa bagaimana,” tanya Gus Iqdam lagi sembai berseloroh.

“Haaa….ha…ha……,” para siswa-siswi tertawa menanggapi lelucon Gus Iqdam.

Selain guru, Bu Elsa merupakan sosok ibu yang baru memiliki 1 orang anak. Usianya juga masih relatif muda yakni baru 32 tahun.

Gus Iqdam mengakui kalau Bu Elsa ini memang memiliki gaya komunikasi yang baik, sehingga tidak membosankan siswa-siswinya.

“Tapi public speaking-nya bagus, enak enjoy, ya tidak, jadi pelajaran kalau dibawakan guru seperti ini Insya Allah tidak gampang mumet iya tidak, apalagi muridnya seperti anak-anak ini…” tuturnya.

Kekaguman Gus Iqdam terhadap sosok guru idola ini membuat Gus Iqdam ingin seperti dirinya yang senantiasa disukai oleh anak-anak didiknya.

“Kalau orang sudah punya mahabbah ya seprti ini, Mudah-mudahan Bu Elsa saya bisa seperti Anda, disenengi santri-santrinya, disenengi murid-muridnya, Alhamdulillah,” katanya.

4 dari 5 halaman

Bu Elsa Ingin Mutasi

Namun di balik suka citanya sebagai seorang pendidik, Bu Elsa memendam kerinduan mendalam terhadap keluarganya. Sebab dia telah lama berpisah dengan anak dan suaminya. Ia berkeinginan untuk kembali ke kampung halamannya.

“Setelah ini saya minta doanya dari Gus, biar saya segera mutasi ke Ngawi Gus,” pinta Bu Elsa.

“Suami dan anak saya di sana,” imbuhnya

“Ya Allah bagaimana ini anak-anak sudah terlanjur suka, ya ini medot janji namanya,” jawab Gus Iqdam yang membuat para siswa terenyuh.

Namun demikian, Gus Iqdam sangat mengetahui perasaan sedih Bu Elsa karena telah lama berpisah dengan anak dan suaminya.

“Di balik seseorang yang Anda cintai, siswa-siswinya demikian juga, tapi beliau ya punya cita-cita ingin dekat dengan keluarganya di Ngawi. Semoga cepat dimutasi,” doa Gus Iqdam.

“Amiiiin,” jawab Bu Elsa

“Tapi saya kira tidak lama lagi, kayaknya cepet (dimutasi—pen), sepertinya” terang Gus Iqdam.

“Mudah-mudahan bisa cepat dekat dengan keluarganya,” imbuhnya.

5 dari 5 halaman

Mengajar Butuh Perjuangan dan Keikhlasan

Menjadi seorang pendidik diperlukan sikap ikhlas dan rela berkorban. Hal ini yang menyebabkan guru dijuluki pahlawan tanpa tanda jasa, sebab jasa mendidik sejatinya tidak bisa diganti dengan apapun juga.

“Berarti ngajar ini butuh perjuangan, seperti ini, Guru ini seperti ini Masya Allah. Makanya guru itu pahlawan tanpa tanda jasa,” tutur Gus Iqdam.

“Mudah-mudahan apa yang menjadi keinginan Bu Elsa cepat dikabulkan oleh Allah SWT,”

Rupanya di balik keceriaannya sebagai seorang pendidik, tidak lantas Bu Elsa sepi dari masalah. Demi profesinya ini, ia rela meninggalkan anak yang ketika itu masih sangat kecil dan masih sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

“Yoganya Anda yang di Ngawi berapa umurnya?” tanya Gus Iqdam.

“Kelas 2 MI, saya meninggalkannya ketika PAUD sampai kelas 2 MI,” jawabnya.

“Ya Allah,” timpal Gus Iqdam

“Dan itu ternyata luar biasa,” ucap Bu Elsa sedikit mencurahkan kesedihannya.

Keikhlasan dan ketabahan hati inilah yang menyebabkan Bu Elsa begitu dicintai oleh siswa-siswinya.

“Ini menunjukkan kalau memang ikhlas, makanya yang diajar ya seneng seperti ini, yang diajar ya tidak sebel ya mengidolakan,” tutur Gus Iqdam.

“Biasanya kalau mengidolakan ketika zaman saya sekolah itu kalau guru perempuan yang suka perempuan saja, kalau guru laki-laki yang suka anak laki-laki saja,” imbuh Gus Iqdam sembari menceritakan pengalamannya ketika sekolah dulu.

“Lah ini semuanya mengidolakannya , mulai dari yang bulet (nakal---) sampai yang nurut,” tuturnya.

“Mudah-mudahan anda sehat panjang umur bu,” imbuhnya

“Amiiin Gus, minta barokanya ya Gus ke Ngawi ya Gus,” Jawabnya

“Ya Bu… terima kasih,” ucap Gus Iqdam.

 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul