Liputan6.com, Jakarta - Sebuah gambaran kisah yang utuh biasanya akan sangat menarik perhatian siapa pun yang mendengarnya. Terlebih jika kisah tersebut menyimpan makna tersirat yang akan menambah penasaran untuk dibaca.
Demikianlah ksiah-kisah yang diabadikan dalam kitab suci Al-Qur'an. Al-Qur’an, tidaklah sama dengan buku cerita, novel atau bahkan komik bergambar yang banyak menceritakan tentang kisah fiktif.
Advertisement
Baca Juga
Kebenaran kisah yang disajikan dalam Al-Qur’an adalah nyata adanya. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an disajikan sebagai ibrah atas nilai-nilai yang terkandung dari setiap unsur di dalamnya.
Bahkan dalam kadar yang sangat sederhana, disebutnya sebuah kisah dalam Al-Qur’an dapat dijadikan bukti sebagai keabsahan cerita berikut hal-hal yang terangkum di dalamnya salah satunya adalah kisah yang berkaitan dengan karomah para wali-wali Allah.
Saksikan Video Pilihan ini:
Hakikat Karomah
Mengutip dari laman laduni.id, meski sama-sama diartikan sebagai sesuatu yang khariq li al-‘adah atau peristiwa aneh, menakjubkan, di luar kemampuan dan nalar manusia biasa, karomah berbeda dari mukjizat.
Satu-satunya perbedaan di antara keduanya adalah klaim kenabian (da‘wah al-nubuwwah) pemiliknya. Jika sebelum kemunculannya didahului dengan adanya klaim kenabian maka disebut dengan mukjizat. Jika tidak, maka disebut dengan karomah.
Dengan perbedaan ini, maka dimungkinkan bagi seorang wali memiliki karomah yang sama dengan mukjizat para nabi dari segi wujud dan penampakannya, selama tidak didahului dengan klaim kenabian. Kebalikannya, kemunculan karomah bagi para nabi juga mungkin terjadi, yakni pada saat di mana mereka belum menunjukkan klaim kenabian.
Meskipun tidak semua ulama menyetujui konsep yang disebutkan terakhir ini. Peristiwa khariq li al-‘adah yang muncul dari para nabi sebelum melakukan klaim kenabian lebih lazim disebut dengan irhash.
Karomah juga berbeda dari sihir (sihr) dari tingkat kesalehan pemiliknya. Jika sesuatu khariq li al-‘adah keluar dari seorang yang saleh maka disebut dengan karomah. Jika tidak, maka disebut dengan sihir. Sehingga unsur pembeda dari keduanya adalah murni tingkat kesalehan yang dimiliki.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang khariq li al-‘adah dapat dibedakan menjadi empat macam sesuai dengan kapasitas pemiliknya; Mukjizat, manakala didahului dengan klaim kenabian, sehingga dimiliki oleh para nabi dan rasul. Irhash, ketika muncul dari para nabi sebelum menunjukkan klaim kenabian. Karomah, ketika keluar dari seorang yang saleh yang bukan nabi. Dan sihir, ketika keluar dari seorang fasik lagi tidak saleh.
Advertisement
Beberapa Kisah Karomah dalam Al-Qur’an
Berdasarkan identifikasi perbedaan konsep khariq li al-‘adah sebelumnya, maka dalam Al-Qur’an yang masuk dalam kategori karomah sekaligus menjadi bukti keabsahannya ada setidaknya lima kisah.
1. Kisah yang pertama adalah kisah karomah Maryam binti ‘Imran ‘alaiha al-salam
Seperti yang telah diketahui, ia merupakan ibu dari Nabi Isa AS Ada dua karomah yang dimiliki Maryam yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an. Pertama, pada rangkaian ceritanya dalam surah Ali Imran ayat 33-51, di mana Nabi Zakaria yang kala itu mendapatkan penghormatan sebagai orang yang merawat Maryam selalu menjumpai rezeki ketika ia memasuki mihrab, tempat Maryam tinggal (QS. Ali Imran: 37).
Selanjutnya adalah kehamilannya atas Nabi Isa AS yang tanpa melalui proses sebagaimana umumnya manusia biasa. Kemudian berlanjut sampai pada masa melahirkan, ketika Allah memberikan rezeki kepadanya berupa kurma dari sebatang pohon yang telah kering dan layu serta minum dari mata air yang keluar di sampingnya. Cerita karomah ini diabadikan dalam QS. Maryam ayat 25.
2. Karomah berikutnya adalah kisah dari shahib Nabi Sulaiman AS bernama Ashif bin Barkhaya
Ia merupakan seorang alim yang memiliki ‘ilm min al-kitab (pengetahuan dari kitab suci). Beberapa tafsir menyebutkan bahwa ia mengetahui al-ism al-a‘dzam (nama agung), yang dengannya ia mampu memenuhi permintaan Nabi Sulaiman untuk mendatangkan singgasana Bilqis hanya dalam waktu sekejap. Dan karena seorang hamba yang saleh, ia tidak lantas menjadi sombong. Ia justru berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya)” (QS. Al-Naml: 40).
Kisah Ibu Nabi Musa hingga Ashabul Kahfi
3. Selanjutnya kisah karomah dari ibu Nabi Musa AS yang muncul sejak Nabi Musa masih berada dalam kandungan hingga dikembalikan lagi ke dalam pangkuannya, karena ia begitu percaya akan janji yang telah diberikan Allah SWT, “Sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu” (QS. Al-Qashash: 7).
4. Kemudian ada kisah Dzulqarnain, seorang raja yang adil nan saleh bernama ‘Abdullah bin al-Dlahhak, menurut pendapat yang sahih
Seorang raja yang diberikan keluasan kekuasaan sehingga mampu menyatukan berbagai wilayah di bawah kekuasaannya. Selain itu juga telah ditundukkan baginya awan-awan di langit dari timur hingga barat, utara hingga selatan, seperti yang telah Allah katakan, “Dan Kami telah memberikan jalan kepadanya (untuk mencapai) segala sesuatu” (QS. Al-Kahfi: 84).
5. Terakhir, kisah tentang Ashab al-Kahfi
Ashab al-Kahfi merupakan sekelompok pemuda putra pembesar dan raja-raja yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk tidak mengikuti ajaran kaumnya menyembah berhala. Kisah karomahnya begitu masyhur, di mana mereka tertidur di dalam gua selama 309 tahun setelah melarikan diri dari kejaran raja zalim, “Dan mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun” (QS. Al-Kahfi: 25).
Advertisement