Liputan6.com, Jakarta - Sebagian wilayah Indonesia hingga kini masih mengalami kemarau. Banyak petani yang gagal panen, karena kekurangan pasokan air.
Pemandangan krisis air bersih untuk konsumsi juga terjadi dimana-mana. Beruntung sejumlah pihak mengucurkan bantuan berupa air bersih.
Kemarau panjang kerap melanda berbagai kawasan. Tidak hanya terjadi saat ini, krisis air pernah menimpa umat sebelumnya.
Advertisement
Salah satu yang layak menjadi renungan atau Muhasabah adalah kesediaan semut melakukan istisqa dan ini terjadi saat zaman Nabi Sulaiman AS.
Saat itu, semut turut merasakan kesulitan air yang diderita umat Nabi Sulaiman AS. Berbagai ikhtiar dilakukan demi memastikan ketersediaan air memadai, namun kemarau yang demikian panjang membuat air demikian sulit ditemukan.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Semut Mendahului Umat Nabi Sulaiman AS
Mengutip Nu Online, dalam riwayat dari Abu Dawud berikut ini dikisahkan bahwa semut mendahului umat Nabi Sulaiman AS melakukan ibadah permohonan air hujan atau istisqa atas kemarau panjang yang mendera makhluk hidup saat itu.
Nabi Muhammad SAW bercerita bagaimana seekor semut di zaman dahulu melakukan istisqa terlebih dahulu. Hal tersebut tentu saja mengurungkan rencana shalat Nabi Sulaiman AS dan rakyatnya karena telah diwakili oleh hamba Allah dari jenis lain, yakni semut. Perhatikan penjelasan berikut:
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: (خرج سليمان عليه السلام يستقي، فرأى نملةً مستلقيَةً على ظهرها، رافعةً قوائمَها إلى السماء، تقول: اللهم، إنا خَلْقٌ مِن خلقِك، ليس بنا غنًى عن سُقيَاك، فقال لهم سليمان: ارجعوا؛ فقد سُقيتُم بدعوة غيركم)؛ رواه أحمد، وصحَّحه الحاكم
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bercerita: Nabi Sulaiman AS pernah melakukan ibadah istisqa, tetapi ia melihat seekor semut berposisi telentang dan mengangkat tangan dan kakinya sambil berdoa: Ya Allah, kami adalah salah satu makhluk-Mu. Kami tidak dapat berlepas ketergantungan dari anugerah air-Mu. Menyaksikan ini, Nabi Sulaiman AS mengatakan kepada rakyatnya: Mari kita pulang, kalian telah di(mintakan)anugerahkan air oleh doa makhluk hidup selain kalian. (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Imam Al-Hakim).
Dari sini, para ulama kemudian menyimpulkan bahwa istisqa sebagai bentuk permohonan kepada Allah. Hal itu atas kebutuhan makhluk hidup akan air disunahkan untuk melibatkan makhluk hidup selain bangsa manusia sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih.
Advertisement
Istisqa Merupakan Syariat Umat Terdahulu
Hal ini juga disinggung oleh Syekh Hasan Sulaiman an-Nuri dan Syekh Alawi Abbas al-Maliki dalam Ibanatul Ahkam berikut ini:
مشروعية الخروج للاستسقاء في الصحراء٬ الاستسقاء مشروع للأمم السابقة٬ يحسن إخراج البهائم في الاستسقاء لأن لها إدراكا يتعلق بمعرفة الله و بذكره وبطلب الحاجات منه تعالى بلغة يفهمها الله ويجهلها الناس
Artinya: (Hadits ini menunjukkan) pensyariatan keluar rumah untuk melakukan istisqa di tanah lapang. Istisqa merupakan syariat bagi umat terdahulu. Alangkah baiknya membawa serta binatang ternak dalam melakukan istisqa karena binatang itu memiliki potensi yang berkaitan dengan makrifat, zikir, dan permohonan hajat mereka terhadap-Nya dengan bahasa yang dipahami oleh Allah dan tidak dipahami oleh bangsa manusia. (Syekh Hasan Sulaiman an-Nuri dan Syekh Alawi Abbas al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman: 132).
Betapa damai kalau seluruh penduduk bumi saling mendoakan satu dengan lainnya. Saat kemarau seperti ini, bukan semata manusia yang tersiksa, makhluk lain tentu saja juga merasakan kondisi yang sama. Bisa jadi sejumlah hewan dan tanaman telah membacakan doa agar Allah SWT segera menurunkan hujan. Tinggal manusia, dalam hal ini umat Islam untuk melakukan ibadah istisqa yang tujuannya tentu saja agar air dari langit dapat segera turun. Wallahu a‘lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul.