Liputan6.com, Jakarta - Mungkinkah seekor burung pipit bisa menyelamatkan manusia dari siksa kubur? Jika iya bagaimana cara agar burung tersebut dapat membawa hikmah, agar manusia itu terlepas dari siksa kubur?
Kali ini terdapat sebuah kisah antara Sayyidina Umar bin Khattab RA dengan seekor burung pipit.
Sebelum memasuki kisah tersebut, kita kenali burung pipit dulu, jika dibandingkan dengan jenis burung lainnya, burung pipit termasuk burung dengan ukuran tubuh yang kecil, yaitu hanya 10 sentimeter dengan berat hanya sekitar 5 gram.
Advertisement
Baca Juga
Burung ini merupakan jenis burung pemakan biji-bijian. Kita bisa melihatnya dari bentuk paruhnya yang pendek tetapi runcing. Fungsi utamanya tentu saja untuk memudahkan burung pipit menghancurkan biji-bijian yang ia makan.
Jika ingin mencari burung ini, kita akan lebih mudah menemukannya di daerah persawahan yang dekat dengan sumber makanannya. Selain persawahan, perkebunan juga menjadi tempat hidup burung pipit karena terdapat banyak tanaman biji bijian.
Burung pipit biasanya membuat sarang di pohon guna melindungi dirinya dari predator, seperti kadal, ular, atau jenis reptil lainnya. Ketinggian pohon yang dijadikan sarang antara 4 hingga 6 meter. Sarang burung pipit umumnya dibuat dari rumput kering atau jerami padi. Jenis pohon yang banyak dijadikan sarang burung ini adalah cemara, pohon jambu, dan pohon kelapa.
Simak Video Pilihan Ini:
Ketika Umar bin Khattab Melihat Burung Pipit Buat Mainan Anak Kecil
Mengutip jatim.nu.or.id, setiap ibadah yang dikerjakan umat Islam hendaknya tetap dimaknai sebagai sarana mendekatkan kepada Allah SWT. Demikian pula sekecil apapun ibadah dapat menjadi penyebab masuk ke surga. Salah satunya adalah dengan menyelamatkan burung pipit sebagaimana dilakukan Sayyidina Umar bin Khattab RA.
Sayyidina Umar merupakan seorang khalifah kedua setelah Sayyidina Abu Bakar. Amirul mukminin yang satu ini berpostur badan besar serta kuat. Selain itu, ia juga memiliki pribadi yang tegas dan pemberani sehingga disegani oleh musuh-musuhnya.
Namun, di balik sifat ketegasannya dan keberaniannya Umar bin Khattab juga memiliki sifat yang lemah lembut dan penuh kasih sayang. Tidak hanya kepada manusia, tapi juga setiap makhluk ciptaan Allah Ta’ala lain.
Dikisahkah dalam kitab Usyfuriyyah karya Syekh Muhammad bin Abu Bakar yang terdapat pada halaman dua. Pernah suatu ketika Sayyidina Umar berjalan-jalan di sebuah desa yang berada di Madinah. Dalam perjalanannya di bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang membawa seekor burung pipit.
Dalam genggaman anak itu, burung tersebut dibuat mainan. Melihat kejadian tersebut, Sayyidana Umar merasa kasihan terhadap burung tersebut. Akhirnya dia pun membelinya dari anak kecil itu dan dilepaskan ke alam bebas.
Advertisement
Amal Sederhana Sayyidina Umar, Selamatkan Dirinya dari Siksa Kubur
Singkat cerita, Khalifah Umar meninggal dunia. Pada suatu kesempatan terdapat seorang ulama melihat Sayyidina Umar. Dalam mimpinya ulama tersebut bertanya kepadanya.
“Wahai amirul mukminin, apa yang telah Allah lakukan terhadapmu?” “Allah telah memberikan sebuah pengampunan kepadaku,” jawab Sayyidina Umar.
“Sebab apa Allah memberikan pengampunan tersebut, apakah karena kedermawananmu, apakah karena keadilanmu atau sebab zuhudmu?” tanya ulama tersebut penasaran.
Burung Pipit Selamatkan Umar Bin Khattab dari Siksa Kubur
“Ketika semua orang meletakkanku ke dalam liang lahat dan menutupiku dengan tanah, serta meninggalkanku satu per satu, kemudian datanglah dua malaikat yang sangat mengerikan, sehingga membuat badanku gemetar. Lalu keduanya pun mengangkat badanku serta mendudukanku. Mereka hendak menanyaiku. Sebelum sempat keduanya menanyaiku, terdengar suara tanpa rupa yang menghardik keduanya.
“Tinggalkan hamba-Ku ini! Jangan kalian takut-takuti. Aku menyayanginya, dan segala dosanya telah Aku ampuni karen dia telah menyayangi seekor burung pipit di dunia. Pahalanya, Kusayangi dia di akhiratnya,” cerita Sayyidina Umar kepada ulama tersebut.
Terdapat sebuah penggalan hadits yang berbunyi. “Orang penyayang adalah orang yang disayangi Allah yang Maha Penyayang. Maka sayangilah mereka yang ada di bumi, niscaya kalian akan disayangi mereka yang di langit.”
Dengan demikian, sekecil apapun kebaikan sebaiknya tetap dilakukan dengan penuh suka cita. Karena siapa tahu, dari amal yang sederhana dan kecil tersebut ternyata menjadi sebab bagi diterima dan dimasukkan kepada surga. Wallahu a'lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement