Liputan6.com, Jakarta - Hari kiamat disebut pula dengan Yaum Al Fashl atau Hari Keputusasaan. Penamaan hari akhir itu cukup menggambarkan betapa umat manusia begitu putus asa saat detik-detik kiamat tiba.
Kiamat ditandai dengan tiupan sangkakala kiamat. Adalah Malaikat Israfillah makhluk Allah yang ditugaskan untuk mengabarkan tibanya hari kiamat.
Advertisement
Baca Juga
Cukup banyak dalil yang menggambarkan suasana di hari kiamat. Salah satunya kengerian usai Malaikat Israfil meniup sangkakala kiamat.
Kengerian hari kiamat itu juga terpotret dari penamaan hari kiamat lainnya, yakni Yaum Ad Din atau Hari Pembalasan, Yaum Al Hisab atau Hari Perhitungan, Yaum Al Hasyr Hari Perhimpunan, Yaum Ath Taghabun (Hari Pengungkapan Kesalahan-Kesalahan).
Manusia akan begitu merasakan kengerian yang luar biasa dan belum pernah dirasakan pada masa-masa sebelumnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Kepanikan saat Detik-detik Malaikat Israfil Meniup Sangkakala Kiamat
Mengutip kanal Islami Liputan6.com, detik-detik kiamat akan tiba dengan tiupan sangkakala kiamat (dalam bahasa sederhana disebut terompet-red) oleh Malaikat Israfil.
Kala itu, semuanya terkaget dan manusia jatuh pada kengerian yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebab, semua makhluk semula masih melakukan kegiatannya sehari-hari. Baik itu dari golongan manusia, malaikat, maupun jin.
Usai tiupan sangkakala pertama, maka akan terjadi kekacauan karena seluruhnya mengatahui bahwa kiamat sudah tiba.
Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa ada ulama yang berpendapat bahwa sangkakala ditiup tiga kali dan dua kali. Keduanya memiliki dalil dan argumen masing-masing.
Titik temu dua pendapat ini adalah bahwa urutan keduanya sama, mulai dari makhluk dimatikan dan dibangkitkan. Berikut ini adalah deskripsi hari kiamat berdasar kedua pendapat.
Advertisement
Kepanikan Seluruh Makhluk
Mengutip muslim.or.id, di antara ulama yang berpendapat sangkakala ditiup sebanyak tiga kali adalah Ibnul ‘Arabi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, dan Asy-Syaukani rahimahumullah.
Tiupan pertama, disebut dengan nafkhotul faza’, yaitu tiupan yang menyebabkan kaget, kepanikan, atau terkejutnya seluruh makhluk. Tiupan ini juga menyebabkan perubahan dan rusaknya keteraturan alam dunia. Tiupan pertama ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَيَوْمَ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ فَفَزِعَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ وَكُلٌّ أَتَوْهُ دَاخِرِينَ
“Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Dan mereka semua datang menghadap-Nya dengan merendahkan diri.” (QS. An-Naml [27]: 87)
Tiupan ke dua, disebut dengan nafkhotu ash-sha’qi, yaitu tiupan yang menyebabkan kematian seluruh makhluk. Tiupan ke tiga, disebut dengan nafkhotul ba’tsi wan nusyuur, yaitu tiupan dibangkitkannya seluruh makhluk.
Tiupan sangkakala ke dua dan ke tiga ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (QS. Az-Zumar [39]: 68)
Tiupan ketiga juga ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala,
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ
“Dan ditiuplah sangkalala, maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka.” (QS. Yasin [36]: 51)
Makhluk Dimatikan dan Dibangkitkan
Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu ‘Abbas, Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, Al-Qurthubi dan Ibnu Hajar rahimahumullah.
Tiupan sangkakala yang pertama disebut dengan nafkhotul faza’ wa ash-sha’qi, yaitu tiupan yang menyebabkan terkejutnya seluruh makhluk sehingga menyebabkan kematian mereka. Menurut ulama yang berpendapat tiupan sebanyak dua kali, nafkhotul faza’ dan nafkhotu ash-sha’qi ini dua hal yang terjadi dalam satu waktu (satu tiupan), bukan dua tiupan yang terpisah. Artinya, mereka terkejut dan kemudian mati karenanya.
Para ulama yang berpendapat dua kali, mereka berdalil dengan firman Allah Ta’ala,
يَوْمَ تَرْجُفُ الرَّاجِفَةُ تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ
“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama menggoncang alam. Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua.” (QS. An-Nazi’at [79]: 6-7)
Ketika menjelaskan ayat di atas, Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: هَمًّا النَّفْخَتَانِ الْأُولَى وَالثَّانِيَةُ، وَهَكَذَا قَالَ مُجَاهِدٌ وَالْحَسَنُ وَقَتَادَةُ وَالضَّحَّاكُ وَغَيْرُ وَاحِدٍ
“Ibnu ‘Abbas berkata,’Keduanya adalah tiupan pertama dan ke dua.’ Dan demikian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Adh-Dhahhak, dan yang lainnya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/315)
Mereka juga berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
مَا بَيْنَ النَّفْخَتَيْنِ أَرْبَعُونَ
“(Jarak) antara dua tiupan adalah empat puluh.” (HR. Bukhari no. 4935).
Advertisement
Kematian Manusia Dengar Sangkakala
Di antara dua pendapat tersebut, yang lebih tepat adalah pendapat yang ke dua, bahwa sangkakala ditiup sebanyak dua kali pada hari kiamat. Hal ini berdasarkan hadits dari Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, dalam sebuah hadits yang panjang di dalamnya diceritakan,
… ثُمَّ يُنْفَخُ فِي الصُّورِ، فَلَا يَسْمَعُهُ أَحَدٌ إِلَّا أَصْغَى لِيتًا وَرَفَعَ لِيتًا، قَالَ: وَأَوَّلُ مَنْ يَسْمَعُهُ رَجُلٌ يَلُوطُ حَوْضَ إِبِلِهِ، قَالَ: فَيَصْعَقُ، وَيَصْعَقُ النَّاسُ، ثُمَّ يُرْسِلُ اللهُ – أَوْ قَالَ يُنْزِلُ اللهُ – مَطَرًا كَأَنَّهُ الطَّلُّ أَوِ الظِّلُّ – نُعْمَانُ الشَّاكُّ – فَتَنْبُتُ مِنْهُ أَجْسَادُ النَّاسِ، ثُمَّ يُنْفَخُ فِيهِ أُخْرَى، فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ …
“ … Kemudian ditiuplah sangkakala. Tidak ada seorang pun yang mendengarnya kecuali dia memasang pendengarannya dan menjulurkan lehernya. Beliau bersabda,’Maka orang yang pertama kali mendengarnya adalah seseorang yang memperbaiki telaga untuk untanya.’ Beliau berkata,’Dia pun mati, dan orang-orang pun mati.’ Kemudian Allah mengirim –atau beliau berkata,’Menurunkan’- hujan gerimis atau naungan –Nu’man (salah seorang perawi) ragu-ragu- yang darinya Allah menumbuhkan (membangkitkan) jasad-jasad manusia. Kemudian ditiuplah sangkakala yang ke dua, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing) …” (HR. Muslim no. 2940).
Maka di dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa ketika sangkakala ditiup pertama kali dan didengar manusia, maka mereka pun mati. Kemudian ditiuplah sangkakala ke dua kalinya, maka bangkitlah manusia dari kuburnya dan menunggu putusannya masing-masing. Dua tiupan ini juga ditunjukkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu di atas.