Liputan6.com, Jakarta - Begitu lembut perasaan dai muda asal Blitar yang juga pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah Muhammad Iqdam Kholid, atau Gus Iqdam ini.
Sering saat memimpin pengajian di mana-mana, ia tak mampu membendung air mata yang mengalir deras di pipinya. Salah satunya di momen pengajian ini.
Gus Iqdam menangis saat mendapati salah satu jemaah pengajiannya duduk di atas kursi roda. Ternyata, hubungan dengan Gus Iqdam sangat dekat. Dia adalah santri Lirboyo.
Advertisement
Diketahui, istri Gus Iqdam, Ning Nila adalah putri salah satu pengasuh Ponpes Lirboyo.
Santri Lirboyo bernama Nikmah ini didiagnosa sakit meningitis. Santri ini datang ke pengajian Gus Iqdam dengan duduk di atas kursi roda.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Gus Iqdam Bantu Santri Ini Biaya Pengobatan
Dalam tayangan TikTok akun@MADEP DAMPAR, yang dikutip 02 Desember 2023 perempuan manis ini berusia 21 datang didorong ibunya.
Dalam video singkat itu, perempuan dua bersaudara ini, mengidap sakit meningitis sudah 17 bulan. Dalam kisah itu diungkap awal mondok dia sehat. Namun tiba-tiba terserang sakit, yang membuatnya harus beraktivitas dari atas kursi roda.
Mendengar santri Lirboyo yang alami hal ini, Gus Iqdam pun menangis. Tak hanya itu, dia juga langsung memberikan bantuan uang Rp4juta untuk pengobatan.
Advertisement
Nikmah Minta Air Doa ke Gus Iqdam
Selain itu, Nikmah juga meminta air yang didoakan oleh Gus Iqdam sebagai wasilah untuk penyembuhannya. Saat itu Nikmah pun terharu, dan menangis.
"Wis mlaku-mlaku, insya Allah bisa mlaku, gak sui kui," ujar Gus Iqdam.
Setelah didoakan, air tersebut diberikan kepada Nikmah, tak berselang lama, Nikmah pun mengucapkan terima kasih. "Gus maturnuwun," kata Nikmah.
"Mpun optimis, sehat sehat. Artone damel berobat, niku duit barokah, pas wayah ngaji ngeten niki. Kulo nggih sing gerakkan nggih gusti Allah, sanged nimbali njenengan," tandas Gus Iqdam.
Penjelasan Mengenai Meningitis, Penyebab hingga Diagnosisnya
Mengutip halodoc.com, meningitis adalah penyakit yang terjadi karena ada peradangan atau inflamasi pada selaput otak yang bernama meningen. Selaput ini merupakan lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Kondisi ini seringkali sulit untuk dikenali karena gejala yang muncul pada awal penyakit terjadinya cenderung menyerupai flu, demam, atau sakit kepala.
Umumnya, penyebab utama meningitis adalah virus, jamur, dan bakteri. Namun, ada pula penyebab lainnya, seperti reaksi imunologi, penyakit sistematik, hingga lupus. Kondisi yang menyebabkan sistem imun melemah juga bisa menjadi penyebab terjadinya penyakit ini.
Penyebab penyakit meningitis secara umum adalah bakteri dan virus. Sementara, untuk kondisi meningitis purulenta, paling sering disebabkan oleh Meningococcus, Pneumococcus, dan Haemophilus influenzae. Lalu, penyebab utama penyakit meningitis serosa adalah mycobacterium tuberculosis dan virus. Pneumococcus menjadi salah satu penyebab meningitis terparah dari semua jenis bakteri yang menjadi penyebab penyakit ini.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini adalah lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan padat serta terjadi kontak atau hidup serumah dengan pengidap infeksi saluran pernapasan. Risiko penularan meningitis Meningococcus akan meningkat pada lingkungan yang padat, seperti asrama atau perkemahan. Faktor usia juga bisa meningkatkan risiko penyakit. Meningitis virus lebih sering terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun, semenatara meningitis bakteri rentan menyerang orang di bawa usia 20 tahun.
Penyakit meningitis umumnya menimbulkan beragam gejala, seperti sakit kepala dan demam. Sementara itu, gejala yang timbul pada bagian neurologis umumnya berupa kejang, gangguan sensorik, dan gangguan perilaku pada pengidap.
Saat terserang meningitis, pengidap juga bisa mengalami penurunan kesadaran dan edema otak. Jika dibiarkan tanpa penanganan, bisa berujung pada herniasi otak.
Diagnosis penyakit meningitis dilakukan dengan pemeriksaan sampel cairan serebrospinal melalui lumbal pungsi (LP) sebelum diberikan terapi. Sebelum prosedur ini dilakukan, terlebih dahulu dokter akan merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan MRI dan CT scan. Tujuannya, untuk memastikan bahwa tidak ada massa yang menekan pada otak.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement