Liputan6.com, Jakarta - Dalam Islam kita dianjurkan untuk berbakti kepada orangtua. Mereka adalah sosok yang paling berjasa dalam kehidupan seorang anak.
Mulai dari telah melahirkan, membesarkan, mendidik hingga kita tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban seorang anak untuk berbakti kepada kedua orangtua.
Kewajiban tersebut adalah wujud rasa syukur dan balas budi atas jasa orangtua meskipun tak akan pernah bisa terbalaskan selamanya. Salah satu kewajiban anak yang paling utama adalah memperlakukan kedua orangtua secara baik.
Advertisement
Baca Juga
Bakti anak kepada orangtua merupakan salah satu ajaran agama yang diajarkan oleh Islam atau disebut birrul walidain. Birrul walidain adalah salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT.
Hal ini sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Isra' ayat 23;
وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Artinya: "Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
Saksikan Video Pilihan Ini:
Jika Sudah Jadi Hak Istri Hukumnya Boleh
Mengutip dari laman NU Online, dalam Kitab Tafsir Al-Wajiz, halaman 531 karya Al-Wahidi, menyebutkan bahwa ayat di atas menerangkan tentang anjuran untuk berbakti kepada orangtua. Pasalnya, orang tua adalah orang yang telah berjasa besar dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Pun orangtua telah bersusah payah untuk melahirkan, menyusui, mengasuh, dan mendidik kita hingga tumbuh dewasa. Oleh karena itu, kita wajib berbakti kepada mereka sebagai bentuk balas budi atas jasa-jasa mereka.
وأمرَ إحساناً بالوالدين
Artinya: "Anjuran untuk berbuat baik kepada orang tua."
Adapun terkait pertanyaan bagaimana hukum memberikan uang ataupun benda lain kepada orangtua tanpa sepengetahuan suami, dalam hal ini ada beberapa masalah. Pertama, jika uang tersebut sudah menjadi hak istri, sebagai nafkah, maka diperbolehkan hukumnya memberikan uang pada orangtuanya tanpa sepengetahuan suami.
Dalam sebuah bahtera rumah tangga, istri memiliki hak atas harta pribadinya sendiri, yang terpisah dari harta suami. Harta pribadi ini mencakup penghasilan pribadi istri atau hadiah yang diterima secara pribadi. Misalnya, istrinya seorang pekerja atau karyawan yang dapat menghasilkan uang, maka istri memiliki kebebasan penuh untuk mengelola dan menggunakan harta pribadinya tanpa memerlukan persetujuan suami.
Dalam konteks memberikan uang kepada orang tua secara diam-diam, jika uang tersebut berasal dari harta pribadi istri, maka hal tersebut diperbolehkan. Istri memiliki hak untuk memberikan hartanya kepada siapapun yang dia inginkan, termasuk orang tuanya.
Ini adalah bentuk tanggung jawab dan rasa hormat kepada orangtua yang telah membesarkannya. Bahkan, jika kelebihan dari nafkah yang diberikan suami secara khusus kepada istri, maka istri juga diperbolehkan untuk memberikannya kepada orangtuanya. Hal ini karena nafkah yang diberikan suami kepada istri merupakan bagian dari hak istri, sehingga istri memiliki kebebasan untuk menggunakannya sesuai kehendaknya.
Advertisement
Haram Jika Bukan Nafkah Istri
Kedua, bagaimana jika uang yang diberikan tersebut bukan untuk nafkah istri, tetapi uang suami? Misalnya, istri mengambil uang dari dompet atau ATM suaminya, untuk diberikan kepada ibunya? Apakah tetap diperbolehkan syariat? Dalam persoalan kedua ini, KH. M. Sjafi'i Hadzami dalam buku 100 Masalah Agama, Jilid V, halaman 213 menyebutkan istri tidak boleh membelanjakan atau mengeluarkan uang dari suami tanpa seizinnya.
Jadi hukum memberikan uang suami pada orangtua, tanpa sepengetahuannya adalah haram hukumnya.
Penjelasan ini ada dalam kitab Syarh al-Uqudillujain fi Bayani Huquq al-Zaujain, halaman 8 yang menyatakan;
فلا تتصرف اي تنفق (في شيء من ماله الا بإذنه) اي الزوج (بل قال جماعة من العلماء إنها لا تتصرف ايضا في مالها الا بإذنه)
Artinya: "Istri tidak boleh membelanjakan (sesuatu dari harta suami kecuali dengan izinnya) (yakni suami). Bahkan, sebagian ulama mengatakan bahwa istri juga tidak boleh membelanjakan hartanya sendiri kecuali dengan izin suami."
Sementara itu dalam hadits lain, disebutkan bahwa seorang istri tidak boleh memberikan pemberian berupa hadiah atau lainnya kecuali dengan izin suaminya. Pasalnya, suami memiliki hak untuk mengelola harta tersebut, termasuk memberikan izin kepada istrinya untuk memberikan hadiah pada orang lain.
Tergantung Sumber Uangnya
Jadi, pertanyaan mengenai hukum memberikan uang kepada orangtua tergantung pada asal usul uang tersebut. Jika uang tersebut merupakan milik pribadi, baik diperoleh dari hasil bekerja, pemberian suami, atau warisan, maka hukumnya diperbolehkan untuk diberikan kepada orangtua. Hal ini karena orangtua memiliki hak untuk menerima nafkah dari anak-anaknya.
Namun, jika uang tersebut merupakan harta dari suami yang dititipkan untuk dikelola, maka hukumnya haram untuk diberikan kepada orangtua tanpa izin suami. Hal ini karena harta suami merupakan hak suami sepenuhnya, dan istri hanya memiliki hak untuk mengelolanya.
Dalam persoalan nafkah, mertua tidak masuk dalam susunan orang wajib dinafkahi suami. Oleh karena itu, jika ingin memberikan uang kepada orangtua, sebaiknya tanyakan terlebih dahulu kepada suami. Jika suami mengizinkan, maka boleh memberikan uang tersebut kepada orangtua. Namun, jika suami tidak mengizinkan, maka sebaiknya menghormati keputusan suami.
Advertisement