Liputan6.com, Jakarta - Syaikh Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin atau biasa dikenal Abah Anom Suryalaya merupakan ulama sufi dari Tanah Sunda yang kharismatik. Sosoknya sangat dihormati dan memiliki banyak murid yang tersebar di berbagai daerah.
Lahir di Suryalaya, Tasikmalaya pada 1 Januari 1915, Abah Anom tumbuh menjadi seorang ulama dari keluarga pesantren. Ia adalah putra kelima dari pendiri Pesantren Suryalaya, Syaikh Abdullah Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh).
Masa mudanya ia habiskan untuk mengembara ilmu agama. Banyak guru dari berbagai pesantren telah ia temui untuk mengambil pelajaran darinya. Tak hanya di Tanah Air, Abah Anom muda menimba ilmu sampai ke Tanah Suci.
Advertisement
Baca Juga
Abah Anom melanjutkan kepemimpinan Pesantren Suryalaya setelah sang ayah wafat. Semangat dan perjuangannya menyebarkan ilmu agama di pesantren patut menjadi teladan bagi muslim masa kini.
Semasa hidupnya, Abah Anom diyakini memiliki sejumlah karomah yang terjadi atas kehendak dan izin Allah SWT. Karomahnya pernah diuji oleh salah seorang kiai sakti yang berakhir menjadi muridnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penglihatan Batin Abah Anom
Mengutip laman Laduni.id, dikisahkan suatu hari seorang kiai memiliki rencana untuk menguji karomah Abah Anom dengan kesaktian yang dimilikinya. Kiai tersebut datang ke Pondok Pesantren Suryalaya dengan satu bus yang membawa 70 santrinya.
Semua santri disebar di sekitar Pesantren Suryalaya, setelah kiai itu masuk ke halaman Abah Anom, tidak disangka Abah Anom sudah berada di depan madrasah dan menyuruh kiai untuk masuk ke Madrasah Abah Anom bersama 70 santrinya yang telah disebar. Kiai tersebut merasa kaget akan kasyaf (penglihatan batin)-nya Mursyid TQN.
Abah Anom meminta kiai tersebut dan para santrinya untuk makan dahulu yang telah beliau sediakan di madrasah. Di dalam madrasah, kiai memuji Abah Anom tentang pesantren beliau yang sangat luas nan indah, tetapi dibumbui kritik secara halus tentang kekurangan pesantrennya, yaitu tidak adanya burung cendrawasih, burung yang terkenal akan bulunya yang indah.
Beliau hanya tersenyum dan menimpalinya dengan jawaban yang singkat, “Tentu saja kiai”.
Suatu hal tejadi di luar jangkauan akal, setelah jawaban itu burung cendrawasih yang berbulu indah melayang-layang di dalam madrasah dan sesekali hinggap. Kejadian itu membuat terpesona kiai tadi akan karomah yang dimiliki Abah Anom dan kiai itu pun diam seribu bahasa.
Advertisement
Nasi Tak Pernah Habis dan Tenaga Dalam
Ketika makan bersama dengan para santri yang 70 itu, nasi yang disediakan oleh Abah Anom dalam bakul kecil itu tidak pernah habis, sampai semuanya kebagian pun masih tersisa.
Kejadian ini membuat takjub seorang kiyai yang datang bersama para santrinya itu. Semuanya tidak lepas atas kehendak-Nya. Apalah yang tidak mungkin, jika Allah telah menghendaki sesuatu terjadi untuk kekasih-Nya.
Keinginan kiai sakti menguji karomah Abah Anom masih berlangsung. Setelah makan kiai tersebut meminta kepada Abah Anom untuk mengangkat kopiah atau peci yang telah ‘diisi, yang sebelumnya dicoba oleh para santrinya tidak terangkat sedikitpun.
Subhanallah, hanya dengan tepukan tangan Abah Anom ke lantai kopiah itu melayang-layang. Selanjutnya kiai tersebut mengeluarkan batu yang telah disediakan sebelumnya, dan batu itu dipukul dengan “kekuatan” tangannya sendiri sehingga terbelah menjadi dua, sedangkan belahannya diberikan kepada Abah Anom.
Lalu kiai itu meminta kepada Abah Anom untuk memukulnya sebagaimana yang telah dicontohkannya. Abah Anom mengatakan kepada kiai itu, “Abah tidak bisa apa-apa, tapi baiklah.” Akhirnya batu itu diusap oleh tangan Abah Anom dan berubah menjadi air, subhanallah.
Buah Kelapa Berisi Ikan dan Burung Putih
Belum selesai, kiai tadi menguji lagi karomah Abah Anom dengan kelapa yang telah dibawa santri dari daerahnya. Kiai tersebut meminta yang aneh-aneh kepada Abah Anom agar isi dalam kelapa tersebut ada ikan yang memiliki sifat dan bentuk tertentu.
Dengan tawadhu'nya Abah Anom menjawab, “Masya Allah, kenapa permintaan kiyai ke Abah berlebihan? Abah tidak bisa apa-apa." Lalu Abah Anom berkata, “Baiklah kalau begitu, kita memohon kepada Allah. Mudah-mudahan Allah mengabulkan kita.”
Setelah berdoa, beliau menyuruh kelapa itu untuk dibelah dua, dan dengan izin Allah di dalam kelapa itu ada ikan yang sesuai dengan permintaan sang kiyai. Subhanalllah!
Selanjutnya, entah darimana datangnya di tangan Abah Anom sudah ada ketapel, dan ketapel itu diarahkan atau ditembakan kelangit-langit madrasah. Sungguh di luar jangkauan akal, muncul dari langit-langit burung putih yang jatuh di hadapan kiai dan Abah Anom.
Setelah kejadian itu, kiai menangis dipangkuan Abah Anom dan akhirnya memohon kepada Abah Anom untuk diangkat menjadi muridnya. Lalu kiai itu ditalqin dzikir TQN, setelah ditalqin kiai menangis dipangkuan Abah Anom sampai tertidur. Anehnya, Bangun dari tidur sudah berada di masjid. Subhanallah!
Itulah kisah karomah Abah Anom. Semoga dapat mengambil hikmahnya. (Sumber: Laduni.id) Wallahu a’lam.
Advertisement