Liputan6.com, Jakarta - Sering sekali kita menyaksikan asyiknya pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah Muhammad Iqdam Kholid atau akrab disapa Gus Iqdam melakukan dialog langsung dengan umat agama lain ata nonmuslim.
Tak jarang obrolan itu meluncur begitu saja saat pengajian-pengajian, baik di markas ST Pusat Mambaul Hikam 2 Blitar, maupun di tempat pengajian lainnya
Awalnya mungkin orang melihatnya sebagai hal yang aneh. Karena tiba-tiba ada orang beraga non-Islam di panggung pengajian Gus Iqdam.
Advertisement
Namun lambat laun semuanya paham maksud dan tujuan Gus Iqdam seperti itu. Lalu apakah ini bentuk moderasi beragama, seperti yang digemborkan?
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Moderasi Beragama dalam Berbagai Konteks
Mengutip kemenag.go.id, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap dan prilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk negeri ini, dari dulu hingga sekarang.Pemerintah pun menjadikan moderasi beragama sebagai salah satu program nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dalam konteks aqidah dan hubungan antar umat beragama, moderasi beragama adalah meyakini kebenaran agama sendiri “secara radikal” dan menghargai, menghormati penganut agama lain yang meyakini agama mereka, tanpa harus membenarkannya. Moderasi beragama sama sekali bukan pendangkalan akidah, sebagaimana dimispersepsi oleh sebagian orang.
Dalam konteks sosial budaya, moderasi beragama berbuat baik dan adil kepada yang berbeda agama adalah bagian dari ajaran agama (al Mumtahanah ayat 8).
Dalam konteks berbangsa dan bernegara atau sebagai warga negara, tidak ada perbedaan hak dan kewajiban berdasar agama. Semua sama di mata negara. Dalam konteks politik, bermitra dengan yang berbeda agama tidak mengapa. Bahkan ada keharusan untuk committed terhadap kesepakatan-kesepakan politik yang sudah dibangun walau dengan yang berbeda agama, sebagaimana dicontohkan dalam pengalaman empiris nabi di Madina dan sejumlah narasi verbal dari nabi.
Advertisement
Moderasi Beragama versus Politik Identitas
Moderasi beragama bertentangan dengan politik identitas. Sebab, disamping bertentangan dengan ajaran dasar dan ide moral atau the ultimate goal beragama, yakni mewujudkan kemaslahatan, juga sangat berbahaya untuk konteks Indonesia yang majemuk.
Dalam konteks intra umat beragama, moderasi beragama tidak menambah dan mengurangi ajaran agama, saling menghormati dan menghargai jika terjadi perbedaan (apalagi di ruang publik) dengan tetap mengacu pada kaedah-kaedah ilmiah. Tidak boleh atas nama moderasi beragama, semua boleh berpendapat dan berbicara sebebasnya, tanpa menjaga kaidah-kaidah ilmiah dan tanpa memiliki latar belakang dan pengetahuan yang memadai.
Cara beragama moderat seperti inilah yang selama ini menjaga kebhinekaan dan keindonesiaan kita. Lalu mengapa pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama menjadikannya sebagai program prioritas, jika dari dulu hingga sekarang sebagian besar penduduk negri ini sudah moderat? Ada beberapa dinamika dan fakta sosiologis yang mendasarinya.
Dialog antar umat beragama sebagai upaya membangun toleransi umat beragama, merawat dan menjaga kerukunan umat beragama sangat penting dan terus dilakukan di negara Indonesia dengan berbagai macam kemajemukan ini.
Semoga apa yang dilakukan Gus Iqdam selama ini salah satu bentuk moderasi beragama, seperti apa yang jadi tujuan Kementrian Agama Republik Indonesia. Mampu memberikan kedamaian dalam beragama di nusantara ini.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul