Liputan6.com, Jakarta - Siti Atiqoh Ganjar istri Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo mendapat titipan khusus dari Pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam II, Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam.
Sepulang menghadiri pengajian rutin di Markas ST Pusat Blitar Siti Atiqoh mendapatkan oleh-oleh dari yang punya majelis, berupa sarung.Â
Seusai pengajian, Gus Iqdam mengajak Atiqoh untuk mampir di kediaman. Tampak Nyai Lam'atul Walidah, ibunda Gus Iqdam mendampingi.
Advertisement
Selain itu juga ada Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin dan istrinya, Novita Hardini.
Sayangnya, istri Gus Iqdam Ning Nila sedang mudik ke Lirboyo. Tak terbayangkan keseruan jika mereka berdua bertemu.
Mereka berbincang banyak hal, Gus Iqdam menceritakan perjalanan Majelis Taklimnya hingga kini memiliki ribuan jemaah.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Sarung Penuh Makna Simbolis dan Filosofis
Saat berpamitan, Gus Iqdam menitipkan sarung kepada Siti Atiqoh untuk diberikan kepada istri Atiqoh, Ganjar Pranowo.
Tak mungkin jika tak ada pesan melalui pemberian tersebut. Bisa saja ada pesan dan doa khusus dari Gus Iqdam untuk Ganjar Pranowo terkait pemberiannya tersebut, semuanya penuh makna simbolis dan filosofis.
Mengutip Liputan6.com, sarung ini identik dengan budaya pesantren. Dalam budaya pesantren atau lebih spesifik bagi kaum santri, sarung memiliki makna filosofi yang tinggi.
Bahkan sarung bukan hanya dipakai santri putra saja, akan tetapi juga dipakai santri putri.
Advertisement
Sarung Akronim 'Sarune Dikurung', Manusia Mengedepankan Rasa Malu dan Tidak Arogan
Sarung bagi para kaum santri merupakan akronim dari istilah 'sarune dikurung'. Dalam bahasa Jawa saru adalah sesuatu yang tidak layak dan patut untuk diperlihatkan. Jadi harus dikurung dan ditutupi.
Ini merupakan simbolisasi, agar manusia memiliki dan mengedepankan rasa malu, tidak sombong, tidak arogan, apa lagi sembrono.
Kemudian, makna filosofi sarungan sebagaimana dilansir dari duniasantri.co diantaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, bahwa sarung merupakan pakaian yang sangat longgar. Itu artinya, kita harus selalu berusaha memberi ruang kebaikan kepada orang lain demi terjadinya sifat dan sikap takwa kepada Allah SWT.
Kedua, sarung tidak terikat dengan ikat pinggang, resleting, dan buah kancing. Ini menjadi filosofi bagi kita bahwa kita harus melepas ikatan-ikatan rasa tamak, takabur, dan sifat negatif lainnya.
Sarung juga Simbolis Seseorang Harus Mampu Memberi Manfaat
Ketiga, sarung dapat dijadikan berbagai kemanfaatan. Seperti untuk menutup aurat, mengusir rasa dingin (selimut), sebagai alas duduk, bahkan dapat dijadikan sebagai penutup kepala di kala panas matahari.
Itu artinya, kita harus menjadi seseorang yang siap ditempatkan di mana saja. Mampu memberikan manfaat kepada siapa saja, serta dapat berperan sebagai apa pun (yang bernilai positif) di tengah kehidupan bermasyarakat.
Demikian beberapa makna filosofi sarungan yang merupakan salah satu pakaian khas yang dipakai oleh para santri.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Â
Advertisement