Sukses

4 Pesan Moral Penting Terkait Kiamat dan Kehancuran Alam Semesta dalam Perspektif Al-Qur’an

Hari kiamat pasti terjadi. Hanya saja manusia tidak mengetahuinya. Jangankan manusia, orang yang dekat dengan Allah SWT sekelas Rasul dan Waliyullah saja tidak mengetahuinya.

Liputan6.com, Cilacap - Hari kiamat pasti terjadi. Hanya saja manusia tidak mengetahuinya. Jangankan manusia biasa, orang yang dekat dengan Allah SWT sekelas rasul dan waliyullah saja tidak mengetahuinya.

Pengetahuan manusia tentang kehancuran alam semesta atau kiamat ini hanya sebatas tanda-tandanya saja.

Tanda-tanda kiamat sebagaimana dijelaskan dalam hadis Rasulullah SAW kini sudah ada yang telah terjadi, meskipun banyak juga yang belum terjadi.

Meskipun pengetahuannya hanya melalui tanda-tanda ini, akan tetapi muslim wajib percaya datangnya hari akhir karena ini merupakan rukun iman yang kelima.

Terkait peristiwa dahsyat ini ternyata terkandung pesan moral yang sangat dalam. Berikut ini pesan moral dari peristiwa kiamat dari sudut pandang Al-Qur’an.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Pesan Moral Kiamat (1-2)

Melansir tulisan Efa Ida Amaliyah dalam Jurnal Hermeneutika, Vol. 7, No. 2, Desember 2013 yang berjudul Pesan Moral Kiamat Perspektif Al-Qur’an diterangkan bahwa setidaknya ada 4 pesan moral yang positif dari peristiwa kehancuran alam semesta ini.

1. Mengubah Pola Hidup Materialistik

Kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan dunia tentu saja akan mengubah pandangan materialistik manusia. Kehidupan dunia tidaklah terpisah dengan kehidupan di akhirat. Kehidupan dunia ibarat tempat orang menanam padi yang hasilnya akan dipetik untuk kebahagiaan di akhirat.

Kebaikan di akhirat merupakan kelanjutan dari kebaikan di dunia ini. Dalam memandang dua kehidupan ini, manusia seringkali tergoda dengan kecenderungan jangka pendek yakni kehidupan dunia, sehingga melupakan tujuan jangka panjang (akhirat).

Dalam Al-Qur’an, kehidupan dunia disebut kesenangan, namun bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat, maka kesenangan dunia sebagai “kesenangan sementara”, “kesenangan sedikit” dan “kesenangan menipu”.

Jadi kehidupan dunia hanyalah sementara, tidak kekal, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sejati, dan kekal selama-lamanya. Meski demikian, tidak berarti bahwa Al-Qur’an memandang kehidupan dunia sama sekali tidak berarti. Tetapi justru di berbagai tempat, Al-Qur’an mengajarkan agar manusia menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat.

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan."

2. Mendorong Manusia Beraktivitas Positif (Amal Sholeh)

Pesan moral kiamat selanjutnya ialah untuk mendorong manusia beraktifitas yang positif (amal soleh). Dalam berbagai ayat, Al-Qur’an mengajarkan agar keyakinan akan adanya hari pembalasan mengantarkan manusia untuk melakukan berbagai amal sholeh dalam kehidupannya, walaupun aktifitas itu sama sekali tidak menghasilkan keuntungan material dalam kehidupan dunianya.

Al-Qur’an berulang kali menegaskan bahwa setiap perbuatan baik yang dilakukan manusia akan dibalas dengan kebaikan dan setiap perbuatan jahat akan dibalas dengan azab. Tuhan tidak pernah menyalahi janjinya, tidak pernah menganiaya dan selalu berbuat adil terhadap hamba-hambanya.

3 dari 3 halaman

Pesan Moral Kiamat (3-4)

3.  Menumbuhkan Rasa Tanggung Jawab

Di hari kiamat, Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap orang harus mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya selama di dunia, timbangan untuk menghitung amal benar-benar ditegakkan.

Itu sebabnya menurut Al-Qur’an manusia harus menghadapi dan menjalani hidup ini secara serius dan benar-benar menyadari bahwa betapapun ia menyembunyikan niat-niatnya serta kesesatan-kesesatannya yang negatif, semua itu pasti diketahui oleh Allah. Oleh karena itu, manusia harus mengembangkan rasa tanggung

Dalam Al-Qur’an, banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan bahwa setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا

"Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."

4.  Tobat Secepatnya

Banyak ayat Al-Qur'an yang menerangkan bahwasanya Allah SWT menerima tobat yang sunguh-sungguh dari hamba-hamba-Nya.

فَمَنْ  تَا بَ  مِنْۢ  بَعْدِ  ظُلْمِهٖ  وَاَ صْلَحَ  فَاِ نَّ  اللّٰهَ  يَتُوْبُ  عَلَيْهِ  ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  غَفُوْرٌ  رَّحِيْمٌ

Tetapi barang siapa bertobat setelah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 39)

Allah SWT menyukai orang yang bertobat dan menyucikan diri ;

ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  يُحِبُّ  التَّوَّا بِيْنَ  وَيُحِبُّ  الْمُتَطَهِّرِ يْنَ

… Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 222)

Allah SWT akan menyukai orang-orang yang bertobat dan memperbaiki diri meski dosa yang ia miliki sebesar gunung, sebesar bumi dan langit.Jangan berputus asa dari rahmat Allah;

قُلْ  يٰعِبَا دِيَ  الَّذِيْنَ  اَسْرَفُوْا  عَلٰۤى  اَنْفُسِهِمْ  لَا  تَقْنَطُوْا  مِنْ  رَّحْمَةِ  اللّٰهِ  ۗ اِنَّ  اللّٰهَ  يَغْفِرُ  الذُّنُوْبَ  جَمِيْعًا  ۗ اِنَّهٗ  هُوَ  الْغَفُوْرُ  الرَّحِيْمُ

Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul