Sukses

Pandangan Buya Yahya soal Tahun Baru Masehi, Bolehkah Umat Islam Ikut Merayakan?

Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau dikenal Buya Yahya berpandangan, umat Islam tidak mempermasalahkan dengan kalender Masehi yang penanggalannya sering digunakan Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif atau dikenal Buya Yahya berpandangan, umat Islam tidak mempermasalahkan dengan kalender Masehi yang penanggalannya sering digunakan Muslim dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, yang jadi persoalan setiap tahunnya adalah kebiasaan merayakan tahun baru Masehi. Menurut Buya Yahya, kebiasaan merayakan tahun baru Masehi kerap kali dekat dengan kemaksiatan. Bahkan, tidak sedikit Muslim yang terjerumus ke jalan yang salah saat merayakan tahun baru Masehi.

“Apa yang dilakukan kaum Muslimin saat itu? Berhura hura. Jadi mengikuti budaya-budaya kafir itulah yang tidak diperkenankan. Kalau masalah hari kita pakai harinya, tanggalnya, biarpun semestinya kita sudah mulai membiasakan dengan tahun Hijriyah,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Jumat (29/12/2023).

Buya Yahya mengatakan, mengikuti budaya orang-orang kafir sebenarnya sudah disebut dalam Al-Qur’an. Mereka yang mengikuti budaya kafir termasuk yang lemah pendiriannya.

“Bahwasanya nanti ada sekelompok dari kalian ini ada yang bakal mengikuti budayanya  orang di luar Islam, budaya bukan urusan akidah saja, kebiasaan sejengkal demi sejengkal. Begitulah keadaan umat Islam yang lemah pendirian,” tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Melupakan Tahun Baru Hijriyah

Menurut Buya Yahya, orang Islam heboh dan antusias ketika merayakan tahun baru Masehi. Pada malam harinya mereka meramaikan, bahkan rela menunggu hingga dini hari saat pergantian tahun.

Akan tetapi, tahun baru agamanya sendiri, Hijriyah, tidak begitu heboh dan ramai seperti tahun baru Masehi. Hal inilah yang disayangkan Buya Yahya. Seharusnya, kata dia, Muslim bangga dengan tahun baru Islam setiap 1 Muharram.

“Itu yang jadi masalah, jangan dianggap remeh. Yang berbangga dengan tahun baru Masehi lalu lupa dengan tahun baru Hijriyah, munafik. Kenapa kita tidak mengutamakan dengan sesuatu yang tersambung dengan nabi?” imbuh Buya Yahya.

3 dari 3 halaman

Mencegah Kemaksiatan di Tahun Baru Masehi

Kembali menyoal perayaan tahun baru Masehi, Buya Yahya menegaskan kemaksiatan pada malam tahun baru kerap terjadi. Orang pacaran di mana-mana, sampai-sampai melakukan perzinahan yang jelas-jelas dilarang agama. 

Oleh karena itu, menurut Buya Yahya, perlu ada upaya mencegah kemaksiatan itu dengan menerapkan cara seperti para salafus shalih dulu, yakni dengan merubah budaya yang salah di masyarakat dengan budaya islami. Konsepnya adalah mengislamkan budaya.

Sebagai contoh, banyak diadakan acara pengajian akbar menjelang tahun baru Masehi, sehingga orang-orang yang hendak merayakan tahun baru tercerahkan hatinya lalu tobat.

“Sehingga ada banyak yang ke kota ingin melihat ramainya kota (saat malam tahun baru) eh denger pengajian akhirnya pulang taubat, tapi jangan dikatakan kita meramaikan tahun baru Masehi, tidak. Kita tidak merayakan tahun baru Masehi, akan tetapi di malam itu malamnya orang berkumpul (dengan mengikuti acara islami),” jelas Buya Yahya.