Sukses

Menakjubkan, Tingkatan dan Fasilitas Surga Serta Para Penghuninya Menurut Ulama Tafsir

Hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa akan ditempatkan di suatu tempat yang penuh dengan kenikmatan dan keindahan. Tempat tersebut dinamakan surga. Sebagaimana neraka, surga juga memiliki tingkatan-tingkatan.

Liputan6.com, Cilacap - Hamba-hamba Allah yang beriman dan bertakwa akan ditempatkan di suatu tempat yang penuh dengan kenikmatan dan keindahan. Tempat tersebut dinamakan surga.

Sebagaimana neraka, surga juga memiliki tingkatan-tingkatan.

Sebagai informasi, dalam bahasa Arab surga disebut dengan jannah yang secara harfiah artinya yang tersembunyi atau tidak terlihat oleh mata. Sebab surga memang merupakan tempat yang belum pernah terlihat sebelumnya oleh manusia.

Demikian juga tentang gambaran-gambaran kenikmatannya juga merupakan sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan belum pernah terlintas dibenak kita.

Banyak perspektif untuk mengulas tempat yang penuh kenikmatan ini. Salah satunya pembahasan mengenai tingkatan surga serta para penguhuninya.

Berikut ini ulasan tentang tingkatan-tingkatan dan para penghuni surga. Demikian pula dibahas tentang fasilitas-fasilitas yang terdapat dalam surga.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Tingkatan Surga dan Fasilitasnya

Menukil NU Online, menurut al-Kalbi dalam Tafsir al-Thabari, ada empat macam surga yang Allah janjikan kepada para hamba-Nya yang bertakwa, yakni surga ‘Adn, yang merupakan tingkatan tertinggi, kemudian surga al-Ma’wa, surga Firdaus, dan surga Na‘im.

Masing-masing luasnya seluas langit dan bumi. Di dalamnya terdapat banyak surga lagi dan para bidadari yang selalu menjaga pandangan. Mata mereka tak pernah diarahkan kepada siapa pun kecuali kepada pasangan mereka. Tidak ada seorang pun, baik kalangan manusia maupun jin, yang pernah menyentuh mereka sebelumnya.

Adapun yang menjadi landasan informasi tentang keempat surga ini adalah dua ayat surah al-Rahman berikut ini, Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga, (QS al-Rahman [55]: 46); Dan selain dari dua surga itu ada dua surga lagi, (QS al-Rahman [55]: 62).

Al-Samarqandi menafsirkan, dua surga pertama adalah surga ‘Adn dan surga Na‘im, terbuat dari emas, penuh dengan pepohonan dan buah-buahan, ada dua buah mata air yang mengalir di dalamnya. Sedangkan dua surga yang terakhir adalah surga Firdaus dan surga Ma’wa, terbuat dari perak, terlihat hijau tua warnanya, ada dua buah mata air yang memancar, ada macam-macam buah, kurma, serta delima di dalamnya.

Menurut al-Qurthubi, keempat tingkatan surga di atas dijanjikan untuk orang-orang yang takut saat menghadap Tuhannya. Hanya saja, rasa takut itu sendiri memiliki beberapa tingkatan. Dua tingkatan surga yang pertama diperuntukkan bagi para hamba yang paling tinggi ketakutannya kepada Allah, yaitu orang-orang pendahulu yang didekatkan kepada-Nya (al-Muqarrabun). Sedangkan dua tingkatan yang lainnya bagi orang-orang yang terbatas rasa takutnya, orang-orang kemudian dari golongan kanan (Ashâbul Yamîn), yaitu mereka yang diberi catatan amal dari sebelah kanan.

Adapun pintu keempat surga tersebut berjumlah delapan pintu, sebagaimana riwayat Ibnu ‘Abbas dalam Tafsir Ibn Abi Hatim. Ahli shalat akan dipanggil dari pintu shalat, para ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad, para ahli puasa akan dipanggil dari pintu rayyan, para ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah, para ahli ibadah haji akan dipanggil dari pintu haji, para ahli ‘umrah akan dipanggil dari pintu ‘umrah, para ahli syukur akan dipanggil dari pintu syukur, para ahli zikir akan dipanggil dari pintu zikir.

Namun, al-Baihaqi berpendapat bahwa masing-masing dari keempat nama surga di atas mencakup seluruh surga. Artinya, ketika disebut nama “surga Ma‘wa”, maka yang dimaksud adalah seluruh surga. Kendati demikian, para ulama kembali bersepakat bahwa surga memiliki beberapa tingkatan.

Bahkan, ada yang mengemukakan, lebih dari empat tingkatan. Contohnya seperti yang dikemukan Ibn ‘Abbas, yang menurutnya ada tujuh tingkatan surga, yaitu surga Firdaus, surga ‘Adn, surga ‘Na‘im, Darul-Khuld, surga Ma‘wa, Darus-Salam, dan ‘Illiyyun. Masing-masing tingkatan memiliki tingkatan lagi.

Akan tetapi, menurut al-Samarqandi, yang lebih kuat tetaplah yang empat tingkatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Qur’an. Dan di dalamnya ada tingkatan-tingkatan lagi. Maka empat tingkatan ini pula saja yang akan dijabarkan pada kesempatan ini.

 

 

3 dari 4 halaman

Tingkatan-Tingkatan Para Penghuni Surga (1-2)

Namun, al-Baihaqi berpendapat bahwa masing-masing dari keempat nama surga di atas mencakup seluruh surga. Artinya, ketika disebut nama “surga Ma‘wa”, maka yang dimaksud adalah seluruh surga. Kendati demikian, para ulama kembali bersepakat bahwa surga memiliki beberapa tingkatan.

Bahkan, ada yang mengemukakan, lebih dari empat tingkatan. Contohnya seperti yang dikemukan Ibn ‘Abbas, yang menurutnya ada tujuh tingkatan surga, yaitu surga Firdaus, surga ‘Adn, surga ‘Na‘im, Darul-Khuld, surga Ma‘wa, Darus-Salam, dan ‘Illiyyun. Masing-masing tingkatan memiliki tingkatan lagi.

Akan tetapi, menurut al-Samarqandi, yang lebih kuat tetaplah yang empat tingkatan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Qur’an. Dan di dalamnya ada tingkatan-tingkatan lagi. Maka empat tingkatan ini pula saja yang akan dijabarkan pada kesempatan ini.

Pertama, surga ‘Adn. Dalam riwayat Ibnu Khuzaimah disebutkan, surga ‘Adn adalah surga yang belum pernah terlihat mata pun dan belum pernah terbesit hati manusia mana pun. Tidak ada bani Adam yang menempatinya kecuali para tiga golongan: para nabi, para shiddiqin, dan syuhada. Dalam sebuah hadis qudsi, Dia berfirman kepada surga ini, “Berbahagialah orang yang memasukimu.”

Sementara al-Mawardi dalam Tafsirnya mengungkapkan, tentang surga ‘Adn sendiri ada lima pandangan: (1) surga ‘Adn adalah surga keabadian dan tempat kediaman; (2) surga ‘Adn adalah taman-taman yang penuh dengan pohon delima dan anggur, sebagaimana riwayat Ibn ‘Abbas; (3) ‘Adn sendiri adalah sebuah nama yang ada di tengah-tengah surga, sebagaimana riwayat ‘Abdullah ibn Mas‘ud; (4) nama ‘Adn sendiri adalah sebuah nama istana di surga, sebagaimana riwayat ‘Amr ibn al-Ash dan al-Hasan; (5) surga ‘Adn surga yang berada di langit tertinggi, tidak ada yang memasukinya kecuali para nabi, orang-orang shiddiq, dan para syuhada, dan para pemimpin yang adil. Hal itu sejalan dengan yang dikemukakan al-Ahwash ibn Hakim dalam Tafsir al-Tsa‘labi, di dalam surga ‘Adn ini adalah sebuah kota yang terbuat dari permata putih yang menyilaukan mata. Belum pernah diperlihatkan kepada seorang nabi pun atau kepada satu malaikat pun. Kota ini dijanjikan Allah untuk para nabi ulul ‘azmi, para syuhada, para pemimpin yang adil, dan para mujahidin. Sebab, mereka adalah orang-orang yang unggul dalam segalanya.

Kedua, surga Ma’wa. Mengutip pendapat Ibn ‘Abbas, al-Thabari menyebutkan, ia berada di dekat Sidratul Muntaha, (QS [53]: 15), tepatnya di sebelah kanan ‘Arasy. Kata al-ma’wa sendiri berarti ‘tempat berlindung’, sebab ia merupakan tempat berlindungnya ruh para syuhada dan ruh orang-orang mukmin.

Lantas siapakah para hamba Allah yang dijanjikan akan mendapat kenikmatan surga ini? Allah mengutarakannya dalam Al-Qur’an, Sesungguhnya orang yang benar-benar percaya kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama. Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka adalah surga Ma’wa tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan, (QS al-Sajdah [32]: 15-19).

 

 

4 dari 4 halaman

Tingkatan-Tingkatan Para Penghuni Surga ( (3-4)

Ketiga, surga Firdaus. Disebut dengan “firdaus” karena dikelilingi dan diliputi oleh banyak pohon, yang kebanyakan adalah pohon anggur. Ada pula yang berpendapat, firdaus artinya lembah-lembah yang ditumbuhi berbagai macam tumbuhan. Ada lagi yang mengatakan, dalam bahasa Rum, firdaus berarti kebun atau taman yang penuh dengan pohon anggur.

Siapa pun yang berada di dalamnya akan kekal, tidak akan merasa jenuh atau bosan, layaknya para penghuni dunia. Tatkala mendapat satu nikmat, mereka ingin beralih kepada nikmat lain, bahkan yang lebih besar. Demikian adanya tabiat penghuni dunia. Sementara para penghuni surga Firdaus tidak mengenal jenuh dan bosan pada sebuah nikmat.

Apa pun yang mereka inginkan sudah tersaji dan apa pun yang mereka pilih sudah disiapkan. Bahkan, dalam sebuah riwayat surga ini merupakan surga yang tertinggi. ‘Ubadah ibn al-Shamit meriwayatkan bahwa beliau bersabda, “Sesungguhnya surga itu memiliki seratus derajat. Satu derajat dengan derajat lainnya laksana antara langit dan bumi. Surga Firdaus adalah derajat yang tertinggi. Darinya memancar sungai-sungai surga yang empat.

Jika kalian memohon surga, maka mohonlah surga Firdaus.” Demikian seperti yang diungkap dalam Tafsir al-Maturidi. Dalam Al-Qur’an, Allah juga telah memberi gambaran siapa saja yang berhak mendapat balasan surga ini, yaitu mereka yang khusyuk dalam shalatnya, orang yang menjauhkan diri dari perbuatan yang tak bermakna, orang yang menunaikan kewajiban zakat, orang yang menjaga kemaluannya, sebagaimana dalam ayat berikut, Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam sembahyangnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya, (QS al-Mukminun [23]: 1-11). Surga ini juga dijanjikan bagi orang yang berjuang di jalan Allah. “Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat yang dipersiapkan Allah bagi orang-orang yang berjuang di jalan-Nya.

Antara satu derajat dengan derajat lainnya laksana antara langit dan bumi. Jika kalian memohon, mohonlah surga Firdaus. Sebab, ia adalah di tengah surga, sekaligus surga yang tertinggi. Di atasnya adalah ‘Arasy al-Rahman. Darinya sungai-sungai surga memancar.” Demikian seperti yang diungkap dalam Tafsir al-Thabari.

Keempat, surga Na‘im. Malik ibn Dinar dalam Tafsir Ibnu Abi Hatim menyebutkan, surga ini berada di antara surga Firdaus dan surga ‘Adn. Adapun para penghuninya disebutkan oleh Allah dalam sebuah hadis qudsi, “Orang-orang yang berbuat kemaksiatan. Namun, tatkala ingat kepada keagungan-Ku, mereka kemudian merasa diawasi-Ku.

Tulang-tulang mereka seperti langsung mengerut karena takut kepada-Ku dan kemuliaan-Ku. Aku yang semula ingin menimpakan azab kepada para penghuni bumi, tatkala melihat orang-orang haus dan lapar (puasa) karena takut kepada-Ku, akhirnya memalingkan azab itu dari mereka.” Dalam Al-Qur’an, Allah juga menginformasikan siapa saja yang kelak akan mendapat balasan surga ini, Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam surga Na‘im yang penuh kenikmatan, (QS Yunus [10]: 9).

Dijelaskan oleh Muqatil, maksud orang-orang beriman di sana adalah orang-orang yang percaya kepada Allah, menunaikan amalan-amalan yang saleh, dan kewajiban-kewajiban dari-Nya. Berkat keimanan, kepercayaan, dan tauhid mereka, Allah melimpahkan petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan surga, dimana di bawah istana-istana mereka ada cahaya dari cahaya istana permata dan yaqut yang mereka tempati. Sungguh di dalamnya, mereka tidak dituntut satu pekerjaan pun selamanya. Mereka tidak mengalami satu kesulitan pun. Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma,” dan salam penghormatan mereka ialah, “Salam”. Dan penutup doa mereka ialah, “Alhamdulilaahi Rabbil ‘aalamin.”

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul