Liputan6.com, Jakarta - Fenomena naik daunnya Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam ini diakui atau tidak memang luar biasa. Pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah ini faktanya digandrungi dan dihormati orang yang luar biasa banyaknya.
Setiap rutinan yang hadir ribuan bahkan puluhan ribu jemaah, yang sebagian besar mengaku sebagai garangan dan garangan wati ST Nyell.
Jemaahnya 'reno-reno' atau sangat berwarna latar belakangnya. Setiap ada acara, selalu ada kisah menarik, sering juga kocak.
Advertisement
Baca Juga
Saking nge-fans-nya kepada Gus Iqdam, terkadang ada yang berperilaku agak keterlaluan. Misalnya, dengan cium tangan tapi malah menyakiti Gus Iqdam, saking antusiasnya.
Simak Video Pilihan Ini:
Kisah Salaman dan Cium Tangan
Kali ini kisah Gus Iqdam tentang kelakuan garangan yang bersalaman dengan dirinya.
Sudah menjadi ciri khas, sebagai bentuk hormat seseorang kepada guru, alim ulama, adalah cium tangan. Dasar jemaah Gus iqdam, kelakuannya juga aneh-aneh.
Gus Iqdam belum lama ini menceritakan fenomena salaman dan cium tangan dirinya dengan para jemaahnya. Menurutnya banyak ragamnya dari yang biasa ala santri, sampai ada yang tak bisa dilupakan.
Advertisement
Kisah Cium Tangan Giginya Nancap di Tangan Gus Iqdam
"Tenan ketemu aku kadang podo nangis, nek nyucup sampe wolak wolak, bibire nempel neng kene," kata Gus Iqdam sambil menjulurkan tangannya, seperti dikutip dari TikTok akun @ngokngok fc.
"Kadang ono sing untune nyaggrok barang. Ruuup ngono, biyuh.. hih," ujar Gus iqdam jika ada jemaah yang giginya nyangkut dan nancap di tangannya saat mencium tangannya.
Sebagai antisipasi kehigienisan dan kesehatan ia melakukan pembentengan dengan meminta asistennya Jebor dan pak tato untuk menyiapkan handsanitizer.
"Mulakno cah-cah arep Jebor opo Tato tak kon gowo handsanitizer. Bahaya Pak saiki awake dewe bahaya," ujar Gus Iqdam.
Ini Anjuran Cium Tangan Ulama
Mengutip NuOnline, mencium tangan para ulama merupakan perbuatan yang sangat dianjurkan agama. Karena perbuatan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada mereka. Selain itu, mencium tangan saat bersalaman merupakan salah satu bentuk penghormatan dalam tradisi masyarakat Indonesia.
Biasanya, hal tersebut dilakukan oleh anak kepada orang tuanya, istri kepada suaminya, murid kepada gurunya, santri kepada kiainya, dan anak muda kepada orang yang lebih tua. Dalam sebuah hadits dijelaskan:
عَنْ زَارِعٍ وَكَانَ فِيْ وَفْدِ عَبْدِ الْقَيْسِ قَالَ لَمَّا قَدِمْنَا الْمَدِيْنَةَ فَجَعَلْنَا نَتَبَادَرُ مِنْ رَوَاحِلِنَا فَنُقَبِّلُ يَدَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرِجْلَهُ – رَوَاهُ أبُوْ دَاوُد
"Dari Zari ketika beliau menjadi salah satu delegasi suku Abdil Qais, beliau berkata, Ketika sampai di Madinah kami bersegera turun dari kendaraan kita, lalu kami mengecup tangan dan kaki Nabi SAW. (HR Abu Dawud). Atas dasar hadits ini, para ulama mensunnahkan mencium tangan guru, ulama, orang shalih serta orang-orang yang kita hormati. Kata Imam Nawawi dalam salah satu kitab karangannya menjelaskan bahwa mencium tangan orang shalih dan ulama yang utama itu disunnahkan. Sedangkan mencium tangan selain orang-orang itu hukumnya makruh. (Fatawi al-Imam an-Nawawi, Hal 79).
Penulis :Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement