Liputan6.com, Jakarta - Pada bulan Rajab, umat Islam dianjurkan untuk banyak melaksanakan puasa. Hal ini disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disampaikan melalui hadis-hadisnya.
Bahwa puasa paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan haram. Sementara Rajab adalah satu di antara empat bulan haram, selain Muharram, Dzulqa'dah, dan Dzulhijjah.
مَنْ صَامَ يَوْمًا مِنْ أَشْهُرِ اللّٰهِ الْحُرُمِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ ثَلَاثُونَ يَوْمًا
Artinya, "Barang siapa yang berpuasa satu hari pada bulan-bulan yang dimuliakan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab), maka ia akan mendapat pahala puasa 30 hari."
Advertisement
Banyak yang berlomba-lomba untuk berpuasa di bulan Rajab, namun terkadang ada istri yang berpuasa dan tidak izin kepada sang suami. Bolehkah ini?
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Mulianya Bulan Rajab, Berlomba Tingkatkan Ibadah
Mengutip bincangsyariah.com, berikut penjelasan tentang bolehkah istri puasa sunnah Rajab tanpa izin suami? Bulan Rajab pada tahun 2024 Masehi ini jatuh pada tanggal 13 Januari.
Dalam momentum bulan Rajab ini Islam menganjurkan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah, salah satunya puasa.
Tak pelak banyak dari kaum Muslimin banyak yang berpuasa pada bulan Rajab ini, baik yang telah menikah maupun yang belum. Nah, andaikan ada seorang istri ingin berpuasa sunnah Rajab, bolehkah ia berpuasa tanpa izin suaminya?
Dalam literatur fikih, bulan Rajab memang bulan yang mulia, sehingga Islam menganjurkan memperbanyak ibadah sunnah salah satunya puasa, sebagaimana penjelasan Syekh Abdul Aziz Al Malibari dalam kitabnya Fathul Mu’in halaman 281;
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان: الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب ثم الحجة ثم القعدة ثم شهر شعبان
Artinya: “Paling utamanya bulan untuk berpuasa setelah bulan Ramadhan adalah bulan bulan Haram (Asyhurul Hurum) dan paling utamanya bulan Haram adalah bulan Muharram, kemudian Rajab, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan bulan Sya’ban.”
Advertisement
Haram Perempuan Berpuasa Mutlak Tanpa Izin Suami
Perihal istri berpuasa sunnah Rajab tanpa seizin suami telah dijelaskan oleh Syekh Zakariya Al Anshari dalam kitabnya Asnal Mathalib juz 1 halaman 433;
(وَيَحْرُمُ) عَلَى الْمَرْأَةِ صَوْمُ نَفْلٍ مُطْلَقٍ (بِغَيْرِ إذْنِ زَوْجٍ) لَهَا (حَاضِرٍ) لِخَبَرِ الصَّحِيحَيْنِ «لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إلَّا بِإِذْنِهِ»…….. فَلَوْ صَامَتْ بِغَيْرِ إذْنِهِ صَحَّ وَإِنْ كَانَ صَوْمُهَا حَرَامًا كَالصَّلَاةِ فِي دَارٍ مَغْصُوبَ…… أَمَّا صَوْمُهَا فِي غِيبَةِ زَوْجِهَا عَنْ بَلَدِهَا فَجَائِزٌ بِلَا خِلَافٍ.
Artinya: “Diharamkan bagi perempuan berpuasa sunnah mutlak dengan tanpa izin suami yang hadir. Berdasarkan Hadis Imam Bukhari Muslim: “Tidak halal bagi perempuan berpuasa sementara suaminya hadir kecuali dengan izinnya”……Oleh karena itu, jika perempuan bersikukuh berpuasa tanpa izin suami maka puasanya dianggap sah namun haram. Seperti shalat di tempat ghasab…….adapun jika suaminya gaib dari negaranya maka boleh bagi perempuan berpuasa tanpa seizin suami dengan tanpa ada khilaf.”
Dengan demikian seorang istri yang ingin berpuasa sunnah Rajab ia harus meminta izin suaminya terlebih dahulu. Jika suami tidak mengizinkan maka haram hukumnya berpuasa bagi si istri, sekalipun puasanya dihukumi sah. namun jika suami tidak ada (ghaib) semisal pergi merantau atau bepergian jauh, bagi istri tak perlu meminta izin jika ia ingin berpuasa sunnah Rajab.
Demikian penjelasan perihal bolehkah istri puasa sunnah Rajab tanpa izin suami, semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul