Sukses

Ulama dan Kiai Ikut Politik, Ini Respons Menohok Gus Iqdam

Panasnya suhu politik ini tak luput dari sorotan ulama tanah air, salah satunya Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam.

Liputan6.com, Jakarta - Situasi perpolitikan tanah air makin menghangat, seiring makin dekatnya pelaksanaan pesta demokrasi. Sebagaimana diketahui, sebentar lagi kita akan melaksanakan pemilihan umum (pemilu)yang akan digelar pada 14 Februari mendatang. 

Rupanya panasnya suhu politik ini tak luput dari sorotan ulama tanah air. Salah satunya penceramah Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam, pengasuh Majelis Sabilu Taubah, Blitar.

Ia merespons kondisi perpolitikan tanah air yang tidak sedikit para kiai dan ulama ikut cawe-cawe dalam pesta demokrasi ini.

Dengan statemen lain, banyak kiai atau ulama tanah air yang dengan terang-terangan atau secara diam-diam memberikan dukungan ke paslon atau partai tertentu.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Respons Menohok Gus Iqdam

Menanggapi hal ini, Gus Iqdam mengingatkan kepada jemaahnya untuk tidak mudah menghujat kiai ataupun ulama yang ikut berpolitik.

“Terus tak baleni  sepisan kas kalih tak paringi ngertos, panjenengan jenengan ora usah melok-melok dadi wong sing menghujat kiai-kiai yang berjuang di politik,” tandasnya dikutip dari tayangan YouTube NMC Media, Senin (15/01/2024).

Ia pun menegaskan bahwa peran kiai bisa bermacam-macam dan harus bisa mengisi di segala lini kehidupan termasuk dalam politik.

Jenengan kadang weroh Kiai melok politik, sampean moro-moro wah iki gus politik, iki Kiai politik. Luh justru ada yang harus modele koyo ngene, koyo awak dewe ngene.  Ene modele sing istikomah ngopeni masjid, enek sing modele istiqomah manggrok Ning Pondok, enek sing istikomah yo Ning dalan-dalan,” terangnya.

3 dari 3 halaman

Sisi Positifnya

Gus nya para garangan dan garanganwati ini juga menerangkan sisi positifnya kiai dan santri ikut dalam politik. Dengan cara ini mereka bisa menyuarakan kebenaran demi bangsa ini. Bukan justru dengan sentimen kita menanggapi kiai-kiai yang terjun dalam dunia politik dengan stigma negatif.

“Di politik pun juga harus ada orang-orang kita, ora kok kowe bar clometan karepmu dewe, woh apik sing Iki apik sing Iki,” paparnya.

“Ngertimu opo ngono luh. Justru kebenaran-kebenaran itu biar disuarakan di negara ini. Wong-wong awake dewe yo kudu akeh nang kono mas. Santri-santri iki kudu akeh ning kono, ojo nemen-nemen dedel," sambungnya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul