Sukses

Ini Keistimewaan Puasa 10 Rajab yang Jarang Diketahui, Mbah Moen: Sebisa Mungkin Berpuasa

Mbah Moen mengungkapkan alasan di balik pelaksanaan puasa tanggal 10 Rajab. Ia mengatakan, malam 10 Rajab adalah turunnya nur (cahaya) Nabi Muhammad SAW dan menjadi cikal bakal lahirnya nabi terakhir yang diutus Allah SWT itu.

Liputan6.com, Jakarta - Ibadah yang dilakukan di bulan Rajab akan diganjar pahala yang berlipat. Ini karena Rajab merupakan salah satu bulan haram yang dimuliakan Allah SWT (Asyhurul Hurum).

Pada bulan Rajab umat Islam dianjurkan meningkatkan amal dan ibadah. Ibadah yang dilakukan boleh apa saja seperti sholat malam, sedekah, atau berdzikir. 

Namun, yang kerap diamalkan sebagian besar muslim adalah puasa sunnah. Puasa di bulan Rajab atau dikenal puasa Rajab sunnah dikerjakan. Kesunnahan ini karena anjuran puasa dari Rasulullah SAW di setiap bulan haram.

Puasa Rajab dapat dilakukan kapan saja selama masih bulan tersebut. Namun, para sahabat nabi memakruhkan puasa Rajab dilakukan selama sebulan penuh agar tidak menyerupai puasa Ramadhan. 

Dalam pengamalannya, puasa Rajab dapat dilaksanakan bertepatan hari-hari utama agar pahalanya lebih besar. Hari-hari utama berpuasa menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin ialah Ayyâmul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15), hari Senin, hari Kamis, dan hari Jumat.

Di luar itu, ulama kharismatik KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen menerangkan bahwa puasa Rajab sunnahnya dilakukan pada 10 hari pertama, dari tanggal 1 sampai 10 Rajab. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Waktu Puasa Rajab Menurut Mbah Moen

“Ini guru-guru saya juga melakukan puasa tersebut,” ungkapnya dikutip dari YouTube Madrasah Aswaja, Jumat (19/1/2024).

Mbah Moen mengatakan, jika tidak bisa puasa 10 hari pertama di bulan Rajab maka cukup antara tanggal 1 atau 10 saja. 

“Puasa Rajab itu sebaiknya dilaksanakan mulai tanggal  1 sampai 10. Kalau tidak kuat puasalah tanggal 10 saja. Jika kuatnya dua hari, puasa tanggal 1 dan 10 (Rajab),” tuturnya.

 
3 dari 4 halaman

Keistimewaan 10 Rajab

Mbah Moen mengungkapkan alasan di balik pelaksanaan puasa tanggal 10 Rajab. Ia mengatakan, malam 10 Rajab adalah turunnya nur (cahaya) Nabi Muhammad SAW dan menjadi cikal bakal lahirnya nabi terakhir yang diutus Allah SWT itu.

“Sebab apa? Tanggal 10 itu Sayyidah Aminah ‘berkumpul’ dengan Sayyid Abdullah. Turunlah sukmanya Sayyid Abdullah kepada Sayyidah Aminah bersama nur-nya Kanjeng Nabi,” katanya. 

“Makanya sebisa mungkin tanggal 10 Rajab itu puasa. Saya puasa Rajab itu tanggal 10 saja. Dan terkadang tanggal 1 dan 10 saja,” lanjutnya. 

4 dari 4 halaman

Niat Puasa Rajab

Waktu niat puasa Rajab adalah pada malam hari, yakni sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar. Berikut lafal niat puasa Rajab dikutip dari NU Online.

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى   

Nawaitu shauma Rajaba sunnatan lillâhi ta‘âlâ.   

Artinya: “Aku berniat puasa Rajab, sunnah karena Allah ta‘âlâ.”   

Sebagaimana puasa sunnah pada umumnya, jika lupa membaca niat puasa Rajab pada malam hari, maka boleh niatnya siang hari, yakni dari pagi  hari sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu dzuhur). Dengan catatan, belum makan ataupun minum apa-apa sejak terbit fajar hingga waktu niat dilakukan.

Berikut adalah lafal niat puasa Rajab ketika siang hari.

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا الْيَوْمِ عَنْ أَدَاءِ شَهْرِ رَجَبَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى  

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i syahri rajaba lillâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa sunnah bulan Rajab hari ini, sunnah karena Allah ta’âlâ.”   

Wallahu a’lam.