Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa kiamat adalah suatu keniscayaan. Kepastian terjadinya hari kiamat merupakan janji Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an Al-Hajj ayat 7.
Namun, Allah SWT tidak memberitahu kapan waktu pasti terjadinya kiamat. Kapan terjadinya kiamat adalah rahasia Allah SWT. Bahkan, Rasulullah SAW pun tidak diberitahu, hanya tanda-tanda kiamatnya yang diketahui.
Terkait hal ini, ulama kharismatik Nahdlatul Ulama, KH Maimoen Zubair atau Mbah Moen pernah membahas soal waktu terjadinya kiamat semasa hidupnya. Ia mengutip salah satu hadis nabi sebagai tanda kiamat sudah dekat.
Advertisement
Baca Juga
“Dawuh Kanjeng Nabi, kiamat itu tidak akan terjadi selagi di dunia masih ada orang yang berdzikir (menyebut nama Allah),” kata Mbah Moen sebagaimana dalam HR Al-Tirmidzi, dikutip dari YouTube ppalanwarsarang, Sabtu (20/1/2024).
“Jadi sekarang kapan itu kiamat? Kalau sudah tidak ada orang yang berdzikir. Tidak bisa terlepas dari berdzikir untuk mengetahui Allah,” sambung Mbah Moen.
Simak Video Pilihan Ini:
Makna Lafadz Allah
Mbah Moen kemudian membeberkan makna lafadz Allah (اللّٰه) yang terdiri dari huruf Alif (ا) , Lam (ل), Lam (ل), dan Ha’ (ه).
“Sekarang yang sama dengan lafadz Allah itu tidak akan ada. Lafadz Allah itu kalau dibuang hurufnya dari depan itu malah menjadikan semakin dekat dengan Allah,” ungkap Mbah Moen.
“Lafadz Allah yang berupa Alif, Lam, Lam, dan Ha'. Kamu itu tidak akan bisa dekat dengan Allah kalau tidak dibuang huruf Alif-nya. Kalau dibuang Alif-nya maka menjadi Lillah (للّٰه), artinya karena Allah,” jelasnya.
Lafadz Lillah (للّٰه) jika dibuang huruf Lam-nya maka menjadi Lah (له). Maknanya karena untuk-Nya (Allah).
“Kalau di pesantren namanya dhamir sya'n. Dhamir sya'n itu semua hanya untuk-Nya, yang lain hilang. Orang kalau sudah mengerti Allah maka tidak akan teringat selain Allah,” tuturnya.
Advertisement
Tidak Hilang Makna Meski Dibuang Hurufnya
Jika huruf Lam-nya dihilangkan dan menjadi Hu (هُ), maknanya hanya tinggal Allah saja. “Makanya kalau ada orang yang sudah menjadi wali itu dzikirnya Hu, Hu, Hu,” lanjut Mbah Moen
“Hu, Hu, Hu masih berada di bibir kalau dihilangkan merasuk hati namanya ini dzikir sirri. Kalau masih hu hu namanya (dzikir) jahri. Jadi, dzikir Allah itu ada yang sirri ada yang jahri,” katanya.
Mbah Moen mengatakan, hanya lafadz Allah saja yang maknanya tidak berubah, selain lafadz Allah pasti berubah. Misalnya, nama orang Zaid (زيد), maknanya lebihan. Jika dihilangkan huruf Zai-nya jadinya يد maknanya tangan, pasti berubah.
“Jadi semua lafadz kalau dibuang itu berubah, berbeda dengan lafadz Allah jika dibuang malah merasuk di hati,” kata Mbah Moen.
“Asal hal ini (dzikir menyebut nama Allah) masih (dilakukan), tidak akan terjadi kiamat,” tutup Mbah Moen.
Kesimpulan
Kembali ke persoalan, dari penjelasan Mbah Moen di atas dapat disimpulkan bahwa kiamat belum terjadi selama masih ada orang yang mengingat Allah dengan senantiasa berdzikir dan beribadah kepada-Nya.
Namun, kita tidak perlu disibukkan dengan memikirkan kapan kiamat akan terjadi. Lebih baik berusaha meningkatkan ibadah, menjalankan segala perintah Allah, dan menjauhi semua larangan-Nya. Wallahu a'lam.
Advertisement