Liputan6.com, Cilacap - Banyak pasangan suami istri (pasutri) yang belum banyak mengetahui perihal perbuatan yang dilakukan oleh suami atau istri yang menyebabkan murka Allah.
Bahkan, perbuatan ini menyebabkan murka Allah dan membuat pasutri ini memperoleh kedudukan yang sangat hina dan paling buruk di hari kiamat.
Advertisement
Baca Juga
Tentu saja keinginan semua manusia ialah memperoleh kebahagiaan dan tempat yang terbaik di akhirat kelak. Pasalnya, tujuan hidup manusia di dunia, selain memperoleh kebahagiaan di dunia juga yang lebih penting dan utama ialah mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Bukankan dalam setiap doa kita senantiasa memajatkan pernohonan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana doa yang sering dipanjatkan Rasulullah SAW berikut ini.
رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنۡيَا حَسَنَةً وَّفِى الۡاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
Artinya: "Wahai Tuhan kami! Berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat, serta lindungilah kami dari siksa Neraka).” (HR Bukhari dan Muslim)
Perbuatan yang menyebabkan murka Allah dan mendapatkan tempat paling buruk dan hina di hari kiamat ini tidak jarang pasutri melakukannya. Lalu perbuatan apa yang menyebabkan keduanya memperoleh tempat yang paling buruk di sisi Allah?
Simak Video Pilihan Ini:
Mengungkap Rahasia Aktivitas Pribadi
Dari Abu Sa’id Al-Khudry rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda :
إِنَّ مِنْ أَشَرِّ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ، وَتُفْضِي إِلَيْهِ، ثُمَّ يَنْشُرُ سِرَّهَا
“Sesungguhnya manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, kemudian suami menyebarkan rahasia istrinya.” (HR. Muslim, hadits no. 1437).
Islam melarang setiap pemeluknya untuk memamerkan kemesraan di depan umum. Jangankan memamerkan kemesraan, menceritakan masalah ranjang saja diharamkan di dalam Islam, apalagi memamerkan kemesraan di depan umum.
Rasulullah SAW bersabda :
فَلَا تَفْعَلُوا فَإِنَّمَا مِثْلُ ذَلِكَ مِثْلُ الشَّيْطَانُ لَقِيَ شَيْطَانَةً فِي طَرِيقٍ فَغَشِيَهَا وَالنَّاسُ يَنْظُرُونَ
“Janganlah kalian lakukan. Karena perbuatan semacam ini seperti setan lelaki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, kemudian dia melakukan hubungan intim, sementara setan lain melihatnya.” (HR. Ahmad, hadits no. 27583).
Advertisement
Penjelasan Hadis
Menukil NU Online, Imam An-Nawawi RA mengomentari hadits di atas di dalam kitabnya Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim :
وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ تَحْرِيمُ إِفْشَاءِ الرَّجُلِ مَا يَجْرِي بَيْنَهُ وَبَيْنَ امْرَأَتِهِ مِنْ أُمُورِ الِاسْتِمْتَاعِ وَوَصْفِ تَفَاصِيلِ ذَلِكَ وَمَا يَجْرِي مِنَ الْمَرْأَةِ فِيهِ مِنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ وَنَحْوِهِ فَأَمَّا مُجَرَّدُ ذِكْرِ الْجِمَاعِ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ فِيهِ فَائِدَةٌ وَلَا إِلَيْهِ حَاجَةٌ فَمَكْرُوهٌ لِأَنَّهُ خِلَافُ الْمُرُوءَةِ
“Di dalam hadits ini terdapat pengharaman bagi suami untuk menyebarkan apa yang terjadi antara dia dan istrinya dalam perkara istimta’ (bersenang-senang dalam hubungan biologis), dan menggambarkan detail yang terjadi di antara keduanya, dan apa yang dilakukan oleh pihak wanita (istri), baik berupa ucapan, perbuatan, dan semacamnya. Adapun semata-mata menceritakan adanya hubungan suami istri (tanpa menyebutkan detailnya), jika hal itu tidak ada faidah dan tidak ada kebutuhan, maka hukumnya makruh, karena hal ini dinilai menyelisihi (menurunkan) muru’ah (kehormatan seseorang).” (Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, jilid 10 halaman 8).
Oleh sebab itu, masalah ranjang saja haram hukumnya untuk diceritakan, apalagi memamerkan kemesraan secara langsung di depan umum, maka sudah tentu pasti dilarang di dalam Islam karena bisa menimbulkan fitnah bagi kaum muslimin.
Mengedepankan Rasa Malu
Di samping itu seorang muslim harus mengedepankan rasa malu ketika pamer kemesraan di depan umum, karena jika rasa malu tidak dirasakan ketika memamerkan kemesraan di depan umum, maka iman sudah tidak ada di dalam hati, karena malu adalah sebagian dari iman.
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ – أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ – شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الْإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa ilaha illallah’ (tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah), yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim, hadits no. 35).
Sebagai seorang muslim hendaknya mempunyai rasa malu, karna jika seorang muslim tidak mempunyai rasa malu, maka ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah silahkan perbuat sesukamu.
Dari Abu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُولَى: إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya termasuk perkara yang didapati oleh manusia dari perkataan nubuwwah (kenabian) yang terdahulu adalah jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari, hadits no. 6120).
Hadits ini adalah ancaman baginda Nabi SAW terhadap siapapun yang tidak mempunyai rasa malu, beliau sampai mengatakan silahkan perbuat sesukamu jika tidak malu, namun azab Allah akan selalu mengintai orang yang tidak mempunyai rasa malu setiap waktu.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement