Sukses

Karomah Mbah Moen yang Jarang Diketahui, Menjelang dan Setelah Wafatnya di Makkah

Menjelang, saat hingga setelah wafatnya, karomah Mbah Moen tak surut dan bisa disaksikan. Berikut ini adalah sebagian kecil kisahnya

Liputan6.com, Jakarta - Ulama kharismatik asal Rembang, Syaikhona KH Maimoen Zubair bukan sosok kiai biasa. Diyakini beliau adalah seorang waliyullah.

Banyak kesaksian mengenai karomah Mbah Moen, panggilan akrabnya. Sesuatu yang terdengar muskil, nyatanya bisa dilakukan atau terjadi pada Mbah Moen.

Bahkan, menjelang, saat hingga setelah wafatnya, karomah Mbah Moen tak surut dan bisa disaksikan. Berikut ini adalah sebagian kecil kisahnya.

Kiai Thoifur Mawardi, Purworejo mengisahkan karomah mbah Moen yang mengungguli keutamaanya sewaktu hidup. Pada malam Jumat menjelang wafatnya di Makkah Kiai Thoifur banyak mengabiskan waktu dengan Syikhona.

"Di antaranya makan bersama satu sufroh (nampan), sholat isya’ berjamaah dan salat ighlaqul a’da’ sejajar dengan Mbah Moen. Beliau juga sempat berbincang lama dengan mbah Moen di tempat Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki," demikian tertulis dan dikutip dari laman staialanwar.ac.id, Minggu (28/1/2024).

Beberapa hari kemudian, Kiai Thoifur kaget setelah mendengar wafatnya Mbah Moen. Baru saja malam Jumat memberi wejangan dan naesah, malam Selasa mbah Moen sudah wafat.

Sebelumya, Beliau juga pernah bermimpi ditegur mbah Moen tentang cara dakwahnya di Indonesia. “Mbah Moen Memang sosok guru dhohiron wa bathinan, sampai mimpipun diperhatikan," kata kiai Thoifur, dalam acara mengenang 100 hari meninggalnya Mbah Moen, di Ponpes Sarang.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ribuan Orang Antar Jenazah ke Ma'la

Karomah lain yang disaksikan Kiai Thoifur adalah saat pemakaman Mbah Moen. Kala itu, ribuan orang bertakziah dan baru kali ini terjadi.

“Saya baru melihat, kyai muqim di Jawa meninggal di Makkah tapi yang bertakziah luar biasa, itu mbah Moen, dari dulu ada kyai meninggal saat musim haji yang takziah tidak ada yang seperti mbah Moen," ucapnya.

"Memang karomah setelah wafat melebihi sebelum wafatnya. Tanda qobul ‘ind Allah.” Qosidah sa’duna sangat cocok dengan potret mbah Moen, mulia dunia akhirat," kata beliau lagi.

Beliau juga ikut mensolati jenazah mbah Moen, namun tidak bisa menjumpai proses pemakamannya, karena beliau menuju Ma’la hanya berjalan kaki.

Meskipun begitu, beliau tetap membacakan surah yasin di Ma’la, sesuai tindak lampah yang dicontohkan guru-guru beliau di Madinah, Sayyid Alawi Al Maliki dan dua sahabatnya.

3 dari 3 halaman

Menggema Tahlil di Tanah Suci Makkah

Karomah lain yang tampak dalam pemakaman Mbah Moen adalah adanya tahlil, yang bagi pemerintah Arab tabu. KH Maimoen Zubair dimakamkan di makam Ma'la yang ada di Kota Mekkah. Letak makamnya beliau adalah komplek 70 nomer urut 151 urutan ke 4.

Beliau adalah seorang kiai (ulama) yang amat dihormati di Indonesia dan dunia. Kalau beliau dimakamkan di Ma’la, tidak ada tanda-tanda khusus pada makamnya, kecuali sebagaimana makam yang lain, sebongkah batu bewarna putih.

Akan tetapi, beliau mampu menjebol dinding sekat Saudi Arabia dengan adanya tahlil terbuka di maqbaroh yang diikuti puluhan ribu jamaah. 

Adzan dan iqomah serta juga talqin jenazah, bahkan juga iring-iringan jenazah dengan bacaan kalimah Tauhid yang menggema dan menggelegar menjebol ajaran Wahabi yang semua itu diharamkan. Bahkan tiap malam ada saja petugas penjaga makam yang menyirami makam beliau dengan air zamzam tanpa ada yang memerintah.

Subhanallah... Itu semua menunjukkan karomah beliau yang luar biasa.