Liputan6.com, Jakarta - Nama al-Kautsar begitu populer sebagai salah satu tempat indah yang berada di surga. Nama ini diartikan sebagai salah satu fasilitas surga, yakni sebuah telaga atau sungai.
Baca Juga
Advertisement
Di tempat ini, para penghuni surga bisa mandi dan minum air telaga ini dengan bebas. Dalam beberapa riwayat, Rasulullah SAW menjelaskan perihal telaga kautsar di mana airnya lebih putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu.
Sungguh sebuah tempat yang tidak pernah ada di bumi. Al-Kautsar juga menjadi salah satu nama surah ke-108 dalam Al-Qur’an. Dalam surah Al-Kautsar term ‘al-kautsar’ diartikan sebagai karunia nikmat yang banyak.
Mengenai makna Al-Kautsar, berdasarkan tafsir dari para ulama tidak hanya memiliki nama arti telaga atau sungai. Berikut ini makna lain Al-Kautsar selain untuk menunjukan sebuah telaga atau sungai di surga.
SImak Video Pilihan Ini:
Tafsir Surah Al-Kautsar
Menukil NU Online, Imam Al-Qurthubi (wafat 671 H) mengatakan bahwa kata al-kautsar adalah bentuk fau'ala dari kata katsrah (banyak), seperti halnya kata an-naufal dari kata an-nafl. Mula-mula kata kautsar digunakan oleh masyarakat Arab untuk mengekspresikan segala sesuatu yang banyak jumlah dan kadarnya.
Seperti yang diriwayatkan oleh Sufyan bahwa ketika ada seorang wanita renta ditanya tentang anaknya yang baru kembali dari perjalanannya, "Apakah yang dibawa pulang oleh anakmu?", ia menjawab, "Bi kautsar".
Yakni dengan membawa uang yang sangat banyak. Kata Al-Kautsar jika dilekatkan kepada orang maka maknanya orang tersebut memiliki banyak teman dan sahabat.
Sedangkan jika dilekatkan kepada orang yang dermawan maka artinya adalah orang itu sangat royal dalam memberi. Apabila kata ini dilekatkan pada suatu tempat yang berdebu maka maknanya adalah tempat tersebut sangat banyak debunya.
Advertisement
Makna Al-Kautsar Selain Telaga atau Sungai
Kemudian terkait maksudnya kata Al-Kautsar dalam ayat, Al-Qurthubi menyebutkan 16 pendapat ulama. Berikut ini ringkasnya:
- Al-Kautsar adalah nama sungai di surga.
- Al-Kautsar adalah kolam pemandian Nabi saw di surga.
- Al-Kautsar adalah kenabian dan kitab suci. Ini disampaikan oleh Ikrimah.
- Al-Kautsar adalah Al-Qur'an. Ini disampaikan oleh Al-Hasan.
- Al-Kautsar adalah agama Islam. Ini diriwayatkan oleh Al-Mughirah.
- Al-Kautsar adalah Al-Qur'an yang dimudahkan (untuk dibaca dan dihapalkan) dan syariat yang diringankan (untuk diaplikasi). Ini disampaikan oleh Al Husain bin Al-Fadhl.
- Al-Kautsar adalah banyaknya sahabat, pengikut, dan umat Nabi saw. Ini disampaikan oleh Abu Bakar Al-lyasy dan Yaman bin Riab.
- Al-Kautsar adalah kemenangan. Ini disampaikan oleh Ibnu Kaisan.
- Al-Kautsar adalah derajat dalam berdzikir, diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
- Al-Kautsar adalah cahaya di dalam hati Nabi saw yang menunjukkan jalan bagi Nabi saw menuju Allah dan menutupi jalan lainnya, diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
- Al-Kautsar adalah syafaat, diriwayatkan oleh Al-Mawardi.
- Al-Kautsar adalah mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi saw berupa doa yang mustajab, diriwayatkan oleh Ats- Tsa'labi.
- Al-Kautsar adalah kalimat laa ilaaha illallah muhammadur rasullullah, disampaikan oleh Hilal bin Yasaf.
- Al-Kautsar adalah ilmu fiqih yang menyusun aturan dalam beragama.
- Al-Kautsar adalah anugerah kewajiban shalat lima waktu.
- Al-Kautsar adalah sesuatu yang agung, disampaikan oleh Ibnu Ishaq.
Makna Al-Kautsar yang Lebih Rajih
Menurut Al-Qurthubi pendapat yang paling rajih (kuat dan benar) adalah pendapat pertama dan pendapat kedua, karena keduanya memaknainya sesuai dengan makna yang disampaikan oleh Nabi SAW melalui hadits yang shahih.
Pendapat lain hanya makna tambahan melalui penafsiran masing-masing ulama, yang semuanya memang diberikan kepada Nabi saw. Hadits yang Al-Qurthubi maksud adalah hadits riwayat Imam Al-Bukhari dari Anas, dan juga riwayat At-Tirmidzi dari Anas dan Umar.
At-Tirmidzi mengomentari bahwa hadits ini termasuk hadits hasan shahih. Rasulullah SAW bersabda:
الْكَوْثَرُ: نَهَرٌ فِي الْجَنَّةِ، حَافَّتَاهُ مِنْ ذَهَبٍ، وَمَجْرَاهُ عَلَى الدُّرِّ وَالْيَاقُوتِ، تُرْبَتُهُ أَطْيَبُ مِنَ الْمِسْكِ، وَمَاؤُهُ أَحْلَى مِنَ الْعَسَلِ وَأَبْيَضُ مِنَ الثَّلْجِ. هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ
Artinya: "Al-Kautsar adalah sebuah sungai di surga, yang kedua tepiannya terbuat dari emas, dan selokan (dinding) sungai itu terbuat dari permata dan jamrud, adapun pasirnya lebih harum dari kasturi, dan airnya lebih manis dari madu dan lebih putih dari salju."(Syamsudin al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, [Mesir, Darul Kutub Al-Mishriyah: 1384 H/1964 M], juz XX, halaman 216-218).
Syekh Thanthawi (wafat 2010 H) menjelaskan alasan Allah memulai firmannya dengan huruf ta'kid (انا) supaya mukhatab memberi perhatian terhadap kabar yang disampaikan dan mengisyaratkan bahwa yang akan diberikan adalah sesuatu yang agung.
Karena itu tafsirnya ayat adalah, "Sesungguhnya Kami telah memberimu wahai Rasulullah dengan anugerh dan kedermawaan Kami kebaikan yang banyak termasuk darinya sungai yang besar, kolam yang menyucikan (di Surga), maka bersukacitalah kamu dan umatmu.
Jangan hiraukan ucapan musuh-musuhmu tentangmu." (Muhammad Sayyid Thanthowi, Tafsir Al-Washit [Kairo, Dar Nahdlah: 1997 M] juz XV halaman 522). Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan ayat kedua dengan berkata: "Sebagaimana Kami menganugerahkan kebaikan yang sangat banyak kepadamu di dunia dan akhirat, di antaranya sungai Al-Kautsar, senantiasalah engkau menunaikan shalat wajib dan sunah.
Tunaikanlah shalat dengan hati ikhlas karena mengharap ridha Tuhanmu. Sembelihlah hewan kurbanmu berupa kambing, unta, atau hewan sembelihan lainnya karena Allah dan dengan menyebut nama Allah yang tiada sekutu bagi-Nya. Sesungguhnya Dialah yang telah mendidikmu dan melimpahkan berbagai kenikmatan kepadamu."
Sementara Ibnu Katsir sebagaiman dikutip Az-Zuhaili berkata, "Yang benar adalah bahwa maksud dari menyembelih di dalam ayat ini adalah menyembelih hewan dam ibadah haji." Az-Zuhaili mengutip Ibnu Jarir berkomentar mengenai tafsir ayat tersebut, "Yang benar adalah perkataan orang yang mengatakan bahwa maknanya: "Jadikanlah seluruh shalatmu untuk Tuhanmu, dengan niat ikhlas hanya kepada-Nya tidak kepada tuhan-tuhan yang lain. Demikian juga jadikanlah hewan sembelihanmu hanya untuk-Nya, bukan untuk berhala-berhala.
Itu semua kamu lakukan demi rasa syukur atas segala yang telah Dia berikan kepadamu berupa kemuliaan dan kebaikan yang tiada tandingannya. Dia mengkhususkan hal itu hanya untukmu." (Wahbah bin Musthafa Az-Zuhaili, At-Tafsirul Munir, [Damaskus, Darul Fikr: 1418 H], juz XXX, halaman 433).
Imam Al-Baidlawi (wafat 685 H) menafsirkan ayat "Inna syāni'aka huwal abtar(u)", dengan berkata: "Sesungguhnya orang yang membencimu, Allah membencinya, dialah yang terputus yakni orang yang tidak memiliki penerus karena tidak tersisa keturunannya tidak pula kebaikannya untuk diingat.
Sedangkan engkau; keturunan, reputasi kebaikan dan peningalan keutamaanmu masih ada dan diingat hingga Hari Kiamat, dan bagimu di Akhirat kenikmatan yang tidak dapat disifati." (Nasiruddin As-Syirazi Al-Baidhawi, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta'wil, [Beirut, Darul Ihya': 1418 H], juz VI, halaman 342).
Sementara Syekh Nawawi Banten (wafat 1316 H) secara lugas menjelaskan: "Sesungguhnya orang yang membencimu itu yang sesungguhnya terputus dari segala kebaikan. Ia adalah Abu Jahal sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas." (Muhammad Nawawi Al-Jawi, At-Tafsîrul Munîr li Ma’âlimit Tanzîl, [Surabaya, Al-Hidayah], juz II, halaman 453).
Sederhananya, dalam surat Al-Kautsar Allah telah memberikan banyak sekali kebaikan kepada Nabi Muhammad saw sampai tanpa batas, di antaranya sungai di surga, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan At-Tirmidzi.
Allah memerintahkan Nabi saw dan umatnya untuk menunaikan shalat wajib dan sunah dengan penuh keikhlasan hanya karena Allah, menyembelih hewan dam ibadah haji, kurban, dan yang lainnya dengan menyebut nama Allah. Orang-orang yang benci kepada Nabi saw dan risalahnya adalah orang-orang yang terputus dari kebaikan dunia dan akhirat. Eksistensi mereka tidak akan dikenang pasca kematiannya karena mereka tidak beriman. Wallahu a'lam bisshawab.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement