Liputan6.com, Jakarta - Rangkaian debat dalam proses Pemilu 2024 telah memasuki tahap terakhir Minggu, 4 Januari 2024 yang merupakan debat ketiga untuk para calon presiden. Berbeda dari dua debat sebelumnya yang banyak dipenuhi intrik dan gimik, debat kali ini berlangsung adem dan dipenuhi kata 'setuju' atau 'sepakat' di antara ketiga capres.
Ustaz Adi Hidayat sebagai salah satu ulama besar tanah air turut mengapresiasi jalannya debat yang dari sisi substansi dinilainya sangat menggembirakan. Begitu juga dari sisi etis yang menurutnya berjalan begitu teduh dan nyaman tanpa kehilangan substansi.
Dia menilai debat terakhir ini menampilkan substansi dengan elegan tanpa menjatuhkan tiap personal calon presiden. UAH pun, demikian ia akrab disapa, menyampaikan sejumlah poin catatan terkait debat capres terakhir kemarin.
Advertisement
Baca Juga
Menurutnya, tema debat kelima yaitu kesejahteraan sosial, pembangunan sumber daya manusia (SDM) dan inklusi merupakan aspek-aspek penting dan merupakan kebutuhan utama. Khususnya dalam bidang pendidikan serta kesehatan dan perkembangan teknologi.
Menurutnya, debat yang berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta itu juga menampilkan isu-isu kekinian namun disampaikan dengan trik yang sopan. Misalnya soal isu bantuan sosial (bansos) yang diutarakan capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo dan capres nomor urut satu Anies Baswedan.
Begitu juga dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang juga diungkit dalam debat pamungkas ini. "Suasana kemarin begitu nyaman untuk disimak kecuali bagi para pemburu konten media yang pengin ramai atau para komentator yang inginnya memang ya bergairah bergelora ya tapi mungkin sebagian merasa kecewa karena tidak mendapatkan konten-konten yang diinginkan karena ini bukan debat konten ini adalah debat para pengambil kebijakan ke depan debat yang memang harus kita saksikan berbagai macam kualitas substansial," tegasnya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Pentingnya Iman dan Takwa dalam Pendidikan
UAH mengatakan poin penting di antaranya adalah sektor pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun sebelum mencerdaskan, konsep awalnya adalah adalah baik dulu dengan meningkatkan iman dan takwa.
Kemudian, output-nya adalah karakter moral yaitu akhlak mulia. "Karena kepintaran tidak ada gunanya bila tidak diiringi dengan moral yang baik, akhlak yang baik. Terbukti pada saat ini kita dapati ternyata yang korupsi itu banyaknya orang pintar yang mencari celah-celah hukum untuk menghasilkan perilaku negatif," sebutnya.
UAH berpesan agar pendidikan di Indonesia menghasilkan individu yang pintar, bersumber dari akal sehat yang diinstruksikan dari jiwa. Sebaiknya jiwanya adalah yang takwa dan mengakumulasi semua sifat-sifat kebaikan atau lawannya nafsu yang membawa sifat-sifat yang terlihat buruk atau negatif.
"Dua ini yang memberikan instruksi dalam persaingan yang cukup kuat kalau tidak diperintahkan oleh takwanya. Takwa disupport oleh malaikat, malaikat disebutkan 88 kali dalam Al-Qur'an kemudian nafsu diprovokasi oleh setan, setan disebutkan sebanyak 88 kali dalam Al-Qur'an. Jumlah ini seakan memberikan kesan pada kita untuk merenungkan semua manusia itu dalam memutuskan satu hal selalu akan berlawanan," pesannya.
Dalam hal ini apakah keputusannya dipengaruhi oleh jiwa baiknya dari ketakwaan atau dari jiwa buruk yakni nafsunya. Untuk itu, para pendahulu, sebutnya, secara jenius meletakkan dasar undang-undang di bidang pendidikan mengarahkan sistem pendidikan yang mengaktifkan takwanya dulu untuk dominan," ungkapnya.
Dengan begitu sinyal takwa ini akan terakumulasi berupa sifat-sifat kebaikan, kejujuran, rendah hati, kesabaran, dan lain-lain. Pada akhirnya hal ini akan membentuk karakter moral yang menjadi fondasi karakter intelektual.
"Bagaimana undang-undang dasar 45 mengamanatkan pemerintah untuk menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan nah ini poinnya," sebutnya.
Karena itu, UAH meminta semua pihak melihat bagaimana kondisi para pelajar sekarang ini. Apalagi dengan adanya media sosial yang membuat akidah akhlak para pelajar ternodai. Karena itu dia meminta semua paslon mengembalikan sistem pendidikan kepada amanat undang-undang. Di mana momen debat capres menjadi ajang mencari solusi.
Mengingat soal pendidikan, berapa kali ganti menteri maka berapa kali ganti kurikulum pun terjadi. Karenanya, UAH meminta ada standar yang ideal sebagai solusi. Begitu juga dalam ranah kesehatan agar ada standar dasar yang bisa diterapkan kemudian dievaluasi.
Advertisement
Pesan untuk Tim Sukses
Selain mengucapkan syukur atas lancarnya penyelenggaraan debat, UAH juga memanjatkan doa bagi kesehatan semua paslon dan dirahmati Allah SWT.
"Saya titip semua tim di belakang paslon ini tolong dijaga baik-baik paslonnya ya semoga Allah melindungi, baik dari makanan, aktivitas kerumunan, dan sebagainya sampai kemudian proses demokrasi yang berlangsung di negeriini telah berakhir dan ditetapkan juga satu presiden dan wakil presiden baru," doanya.
Ulama lulusan International Islamic Call College, Tripoli, Libya ini juga berpesan kepada semua tim sukses untuk berikhtiar dan meninggalkan semua bentuk hal yang negatif. "Tidak perlu curang, tidak perlu menyogok tidak perlu menyuap, tidak perlu yang aneh-aneh karena yang terpenting dan terakhir mengenai kepemimpinan itu semua dari Allah SWT. Betapa pun kita berusaha mau dengan cara yang baik atau bagus dan yang sangat disayangkan cara yang tidak baik tidak akan merubah takdir," ungkapnya.
Iktiar, lanjutnya, hanya menjadi jembatan kita untuk menjemput takdir. Bahwa kekuaasaan, kedudukan, dan jabatan itu adalah hak prerogatifnya ALLAH SWT. "Allah akan berikan kepada siapa yang dikehendaki atau juga menghentikan mengambil dari siapa yang dikehendaki untuk dipindahkan kepada yang lain," ungkapnya.
Siapa pun presiden dan wakil presiden yang terpilih, kata UAH, boleh jadi mereka adalah orang baik. Jika memang dinilai tidak ideal atau kurang baik maka bukan supaya memimpin dan menebarkan aura keburukan.
"Itu sebetulnya untuk terlihat siapa di sekitarannya yang mengusulkan yang memberikan halal, yang tidak baik sehingga yang selama ini tidak kelihatan terbuka keseluruhannya," ungkapnya.
Namun, UAH sangat mengharapkan ketiga paslon adalah bagian dari orang-orang yang baik dan menebarkan aura kebaikan kepada seluruh lapisan bangsa dan masyarakat. "Karena sesungguhnya pada akhirnya semua adalah titipan semua adalah amanat kedudukan betapa tingginya akan ditinggalkan. Tapi hisab itu pasti akan didatangi karena itu posisikan ini sebagai amanah Allah SWT," tutupnya.