Sukses

Puasa Sya’ban 2024 Berapa Hari? Ini Penjelasan Berdasar Hadis

Puasa Sya’ban termasuk amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan. Keutamaannya juga telah disebutkan oleh ulama. Namun yang jadi pertanyaannya, berapa hari puasa Sya’ban? Apakah boleh puasa sebulan penuh?

Liputan6.com, Jakarta - Puasa di bulan Sya’ban merupakan amalan yang selalu Rasulullah SAW lakukan. Kini menjadi amalan sunnah yang dapat dikerjakan oleh umat Nabi Muhammad SAW saat bulan Sya’ban.

Ada beberapa redaksi hadis nabi yang menerangkan bahwa Rasulullah SAW sering melakukan puasa di bulan Sya’ban. Misalnya, hadis nabi yang diriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah.

فَمَا رَاَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم اِسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ اِلَّا رَمَضَانَ وَمَارَاَيْتُهُ اَكْثَرَ صِيَامُا مِنْهُ فِيْ شَعْبَانَ رواه البخاري 

Artinya: “Saya tidak pernah melihat Rasulullah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, dan tidak pernah melihat Rasulullah memperbanyak puasa dalam satu bulan selain bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

Syekh Nawawi Al-Bantani mengungkapkan, keutamaan puasa di bulan Sya’ban akan mendapatkan syafaat Nabi Muhammad SAW. Demikian ia katakan dalam Nihâyatuz Zain fi Irsyâdil Mubtadi-în dinukil via situs NU.

Sebagaimana penjelasan di atas, puasa Sya’ban termasuk amalan sunnah yang dianjurkan untuk dilakukan. Keutamaannya juga telah disebutkan oleh ulama. Namun yang jadi pertanyaannya, berapa hari puasa Sya’ban? Apakah boleh puasa sebulan penuh?

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

2 dari 5 halaman

Hadis Soal Jumlah Hari Puasa Sya’ban

Mengutip penjelasan dari NU Online Jombang, jumlah puasa Sya’ban tidak dirinci, berapa dan tanggal berapa saja. Ulama membahas jumlah hari puasa Sya’ban berdasarkan dua hadis berikut.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يُفْطِرُ؛ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لَا يَصُومُ. وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ، وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ) 

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘Rasulullah saw sering berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berbuka’; beliau juga sering tidak berpuasa sehingga kami katakan: ‘Beliau tidak berpuasa’; aku tidak pernah melihat Rasulullah saw menyempurnakan puasa satu bulan penuh kecuali Ramadhan; dan aku tidak pernah melihat beliau dalam sebulan (selain Ramadhan) berpuasa yang lebih banyak daripada puasa beliau di bulan Sya’ban’.” (Muttafaqun ‘Alaih. Adapun redaksinya adalah riwayat Muslim).

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: ... كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً. (رواه مسلم) 

Artinya: “Diriwayat dari ‘Aisyah ra, ia berkata: ‘… Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya; beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja’.” (HR Muslim).

Para ulama menyatakan bahwa redaksi kedua: “Beliau sering berpuasa Sya’ban kecuali sedikit saja”, merupakan penjelas bagi redaksi pertama, yaitu: “Rasulullah saw sering berpuasa Sya’ban seluruhnya”. 

Maksudnya, redaksi kedua itu menjelaskan, maksud Rasulullah SAW sering berpuasa Sya’ban seluruhnya adalah berpuasa pada sebagian besarnya. (Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-Majmû’ Syarhul Muhaddzab, juz VI, h. 386).

Penjelasan di atas memberikan petunjuk kepada kita tentang puasa Sya'ban sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw dan pandangan ulama tentang hadis mengenai puasa Sya'ban.

Penjelasan tersebut di antaranya adalah Rasulullah berpuasa di bulan Sya’ban cukup sering dan bahkan disebutkan di sebagian besar bulan Sya’ban tersebut.

3 dari 5 halaman

Penjelasan Berdasarkan Hadis

Dalam riwayat lain, Sayyidah Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW sempat berpuasa satu bulan penuh di bulan Sya’ban. 

 عن عائشة رضي الله عنها قالت: لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Artinya: “Belum pernah Nabi saw berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Syaban. Terkadang beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (HR. Bukhari Muslim).

Ummu Salamah meriwayatkan hadis yang menguatkan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra itu bahwa Nabi SAW belum pernah berpuasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau menyambungnya dengan puasa Ramadhan. (HR. Nasai).

Hadis dari Ummu Salamah juga menjelaskan bahwa Nabi SAW tidak pernah berpuasa terus menerus selama dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadhan. Secara lengkap teks hadits riwayat Ummu Salamah adalah sebagai berikut:

مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Artinya: “Saya belum pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dua bulan berturut-turut selain di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i, 1078, Abu Daud, 2056, At Turmudzi, 2176).

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

Artinya: “Bahwa Nabi saw belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (H.R. An Nasa’i, 1273).

4 dari 5 halaman

Kesimpulan

Dari semua keterangan hadis-hadis di atas dapat disimpulkan beberapa hal. 

  1. Sangat baik melaksanakan puasa sunnah sebanyak-banyaknya di bulan Sya’ban, tetapi tidak sebulan penuh. 
  2. Melaksanakan puasa sunnah di bulan Sya’ban secara penuh dan disambung dengan Ramadhan. 
  3. Bagi mereka yang belum merutinkan puasa sunnah di bulan Sya’ban hendaklah menghindari puasa-puasa sunnah satu atau dua hari menjelang memasuki Ramadhan. (Sumber: Jombang.nu.or.id)
5 dari 5 halaman

Tata Cara dan Niat Puasa Sya'ban

Berikut adalah niat dan tata cara puasa Sya’ban, dinukil dari situs NU.

1. Niat melaksanakan puasa Sya’ban. Berikut lafalnya.

نَوَيْتُ صَوْمَ شَعْبَانَ لِلّٰهِ تَعَالَى   

Arab-latin: Nawaitu shauma sya’bâna lilâhi ta’âlâ.   

Artinya: “Saya niat puasa Sya’ban karena Allah ta’âlâ.

2. Makan sahur, utamanya menjelang waktu Subuh sebelum imsak.

3. Melaksanakan puasa dengan menahan segala perkara yang membatalkan seperti makan dan minum.

4. Lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. 

5. Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib.

Wallahu a’lam.