Sukses

Mampu Membalas tapi Bisa Menahan Diri, Itu Akhlak Rasulullah Kata Gus Iqdam

Mubaligh muda NU asal kota patria, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menekankan keutamaan yang diperoleh seseorang ketika ia mampu menahan amarah.

Liputan6.com, Jakarta - Mubaligh muda NU asal kota patria, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menekankan keutamaan yang diperoleh seseorang ketika ia mampu menahan amarah.

Ia mengatakan kepada jemaah Majelis Ta’lim Sabilu Taubah bahwa kemampuan menahan amarah dalam bahasa Arab disebut al-hilm. Sifat ini merupakan salah satu sifat Rasulullah SAW.

Al hilm, yakni sifat yang mendorong seseorang untuk membalas seseorang yang telah membuatnya marah. Kamu dibuat marah oleh seseorang, padahal kamu mampu membalasnya, tapi kamu mampu menahan diri, itulah akhlak-nya Rasulullah,” terangnya dikutip dari YouTube Short @gusiqdamofficial1024, Jumat (17/02/2024).

“Kamu bisa menahan marah, berarti kau telah melakukan sunahnya Rasulullah SAW,” sambungnya

Seseorang yang memiliki sifat al-hilm (menaham amarah) ini akan mendapatkan pahala dan memiliki nilai atau derajat yang sangat luar bisa dalam hidupnya.

“Selain mendapatkan pahala, nilai hidupmu sangat Luar biasa,” ujar Gus Iqdam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Kisah Keteladanan Rasulullah

Menukil Suara Muhammadiyah, Rasulullah SAW adalah teladan dalam sifat yang terpuji ini. Suatu saat selendang Beliau ditarik oleh seorang arab badui dengan tarikan yang kasar lagi keras. Saking kasarnya tarikan orang badui ini hingga leher beliau ada bekas selendang tersebut. Namun Rasulullah SAW  tidak marah bahkan beliau tersenyum.

Sungguh mulia akhlaq Nabi SAW dengan hilmnya ini. Sungguh benar kata Ibunda Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa akhlaq Rasulullah SAW adalah Alquran. Dan Allah Ta’ala sendiri yang memuji Beliau bahwa Beliau mempunyai akhlaq/budi pekerti yang agung sebagaimana dinyatakan dalam surat Alqolam ayat 4.

Keteladanan agung ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الْحَاشِيَةِ فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ جَبْذَةً حَتَّى رَأَيْتُ صَفْحَ أَوْ صَفْحَةَ عُنُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ الْبُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَعْطِنِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

Artinya: “Dari Anas bin Malik dia berkata: Saya berjalan bersama Nabi SAW dan beliau memakai selendang yang tebal dan kasar asal negeri Najran. Kemudian seorang Arab Badui datang lalu menarik beliau dengan tarikan yang sangat keras hingga permukaan lehernya berbekas akibat tarikan itu. Lalu orang itu berkata: Perintahkanlah agar aku diberikan Allah yang ada padamu. Rasulullah SAW berpaling pada lelaki itu, kemudian tersenyum, dan dia memberikan harta padanya.” (HR. Imam Bukhori) 

Contoh satu lagi ketika ada seorang badui kencing di masjid. Tidak lantas Rasulullah SAW marah namun beliau minta sahabat untuk sabar dulu dan membiarkan sampai selesai.

Alangkah agungnya akhlaq beliau. Ketika disikapi dengan marah kemungkinan akan menjadi keributan yang lebih besar, disamping itu air kecingnya orang badui tersebut akan ke mana-mana. Sehingga mudhorotnya akan lebih besar.

Kisah ini sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori berikut:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى أَعْرَابِيًّا يَبُولُ فِي الْمَسْجِدِ فَقَالَ دَعُوهُ حَتَّى إِذَا فَرَغَ دَعَا بِمَاءٍ فَصَبَّهُ عَلَيْهِ

Artinya: “dari Anas bin Malik bahwa Nabi SAW melihat seorang ‘Arab badui kencing di dalam masjid, beliau lalu bersabda: Biarkanlah. Setelah orang itu selesai, beliau meminta air dan menyiram bekasnya.” (HR Imam Bukhori)

Demikianlah keteladanan Rasulullah SAW untuk kita semuanya. Ketika kita belajar atau membaca sirah Nabi SAW, bukan sekedar mengetahui sejarah Nabi SAW, namun kita bisa mengambil pelajaran-pelajaran dari setiap peristiwa. Tidak ada pelajaran yang lebih indah dan lebih agung dibandingkan pelajaran dari Nabi SAW.

3 dari 3 halaman

Sifat yang Sangat Dicintai Allah SWT

Sifat hilm ini adalah sifat yang dicintai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

إِنَّ فِيْكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ

Artinya; “Sesungguhnya kamu mempunyai dua akhlak yang sangat dicintai Allah dan Rasul-Nya, yaitu sifat al-hilm (mampu menahan emosi) dan al-anah (sikap tenang dan tidak tergesa-gesa). (HR Imam Muslim)

Sifat hilm ini sangat baik untuk diterapkan disegala bidang kehidupan. Sehingga akan mendatangkan hikmah bagi si empu sifat ini. Tidak mudah emosi, tersulut dan tidak mudah marah dalam merespon sesuatu. Tindakannya selalu dengan pertimbangan matang, dengan menimbang manfaat dan madhorot.

Demikian, tulisan singkat berkaitan dengan salah satu sifat terpuji, yaitu hilm. Semoga kita semuanya memiliki sifat hilm ini. Sehingga masyarakat kita menjadi masyarakat yang tenang lahir dan batin. Masyarakat yang tenang dan aman.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul