Sukses

Kisah Keluarga Mualaf, Malam Peribadatan Paginya Baca Syahadat Masuk Islam

Kisah unik datang dari mantan Putra Altar yang bernama Toto asal Pagerharjo. Pasalnya waktu malam harinya ia masih merayakan Natal bersama keluarga, namun esok harinya ia menjadi mualaf atau masuk Islam.

Liputan6.com, Jakarta - Kisah unik datang dari mantan Putra Altar yang bernama Toto asal Pagerharjo. Pasalnya waktu malam harinya ia masih merayakan Natal bersama keluarga, namun esok harinya ia menjadi mualaf atau masuk Islam.

“Tanggal 25 di bulan Desember tahun 1999 itu, malam hari saya masih merayakan Natal bersama keluarga, tapi di tanggal 26-nya kita sudah bersama-sama mengikuti syahadat di sebuah masjid di Pagerharjo,” katanya dikutip dari tayangan YouTube Wakaf TV, Rabu (21/02/2024).

“Kebetulan di pedukuan Suren ini sebuah pedukuan yang menjadi pusat kegiatan untuk agama Katolik, karena di pedukuhan kami ada gereja yang besar sekali. Pada waktu itu saya sudah menjadi misdinar atau Putra Altar. Saya sudah sering melayani Romo dari Paroki dan lain sebagainya, saya juga pada waktu itu sudah dibaptis,” sambungnya

Sebagai informasi, menukil Wikipedia Putra Altar adalah sebuah tingkatan pastoral, sebelum menjadi imam. Umumnya, misdinar itu laki-laki, namun dalam perkembangannya akhornya gereja memperbolehkan perempuan sebagai Putri Altar. Putra Altar juga disebut Misdinar.

Lalu bagaimana kisahnya ia bisa memutuskan menjadi mualaf secepat itu? Simak informasi selengkapnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Ajakan Ayahnya

Mantan Putra Altar ini blak-blakan membagikan kisah perjalanan hijrahnya menjadi seorang muslim. Ia mengisahkan tepatnya pada tahun 1999 ketika dirinya masih kelas 1 SMA. Dia memiliki keluarga yang bukan hanya menganut satu agama. Berdasarkan penuturannya, ayahnya waktu itu beragama Katolik dan ibunya beragama Islam.

Sebenarnya, ajakan untuk menjadi muslim datangnya dari sang ayah. Waktu itu ia baru berusia 14 tahun.

“Sebelumnya saya menangis ketika ingat dengan bapak saya ayah saya waktu itu dengan ikhlas dengan tulus mengajak kami sekeluarga dan beberapa saudara itu untuk hijrah atau memeluk agama Islam. Pada waktu itu saya masih berusia sekitar berapa ya 13 atau 14 tahun,” terangnya.

Namun ketika itu hatinya belum tergerak masuk Islam sebab ketika itu ia masih sangat aktif mengikuti kegiatan kebaktian di gereja.

“Pada waktu itu saya ketika diajak oleh bapak saya, batin saya itu untuk tidak ikut mengikuti ayah saya atau keluarga saya untuk memeluk agama Islam dikarenakan pada waktu itu saya sangat aktif sekali di gereja,” katanya

“Pada waktu itu saya sudah menjadi Misdinar atau Putra altar. Saya sudah sering melayani Romo dari Paroki dan lain sebagainya kemudian saya juga sudah sering mengiringi koor di semua perayaan-perayaan. Karena kebetulan saya pada waktu itu bisa memainkan alat musik karena di gereja itu kan identik dengan bernyanyi atau namanya koor gitu ya,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Masuk Islam Setelah Rayakan Natal

Ia pun memohon untuk diberikan waktu beberapa hari untuk berfikir menjadi seorang mualaf. Ia juga mangaku merasakan hal yang kurang enak di hati berada dalam keluarga yang memeluk beberapa agama.

Seiring berjalannya waktu akhirnya ia memutuskan untuk masuk Islam. Uniknya momen ia menjadi mualaf bersama keluarga setelah malam harinya merayakan Natal bersama keluarga.

“Kemungkinan adalah hidayah dari Allah, kemudian karena permintaan dari ibu saya, saya kemudian mengikuti jejak orang tua dan keluarga untuk bersama-sama masuk ke Islam dan saya ingat betul pada waktu itu tanggal 25 di bulan Desember tahun 1999 itu malam hari saya masih merayakan Natal bersama keluarga. tapi di tanggal 26-nya kita sudah bersama-sama mengikuti syahadat di sebuah masjid di Pagerharjo,” tutupnya.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul