Liputan6.com, Jakarta Mubaligh kondang Ustadz Das’ad Latif memberikan tips sukses berdakwah terhadap para mubaligh Muhammadiyah.
Tips tersebut berasal dari pengalaman Das'ad Latif berdakwah bertahun-tahun. Kini, Das'ad menjadi salah satu pendakwah paling populer di Indonesia.
Advertisement
Baca Juga
Tak hanya berdakwah langsung, Das'ad Latif diketahui juga aktif berdakwah di dunia maya. Kanal Youtube dan Instagramnya memiliki pengikut berjumlah jutaan.
Mengutip laman Muhammadiyah, tips pertama agar dakwah sukses kata Das’ad adalah tahu arah dan tujuan. Dengan pengetahuan itu, maka dakwah yang dilakukan bisa fokus, spesifik dan menyentuh sasaran.
“Sebagai pengandaian, misalnya saya kalau beli ke (pasar) Tanah Abang, pasti tidak capek dan tidak makan waktu banyak karena saya tahu tujuan, beda kalau saya tidak memiliki tujuan,” jelasnya, dikutip dari muhammadiyah.or.id, Kamis (22/2/2024).
Tips kedua, adalah memiliki ilmu berdasarkan latar belakang keahlian yang dimiliki. Bukan berdakwah dengan pemahaman yang belum tuntas.
“Dakwah itu perlu ilmu, yaitu yang anda kuasai. Jangan sekali-kali berdiri di atas mimbar tanpa pengetahuan,” imbaunya.
Simak Video Pilihan Ini:
Tips Ketiga hingga Lima
Tips ketiga, adalah perlunya kolaborasi dengan semua pihak. Termasuk cerdas dan penuh hikmah di dalam menyampaikan materi dakwah, di samping mengedepankan dakwah lil muwajahah yang bersahabat, bukan dakwah lil mu’aradhah yang mengobarkan semangat permusuhan atau menyerang pihak atau institusi tertentu.
“Maka saya sampaikan ke teman-teman mubaligh, tidak mungkin anda bisa berhasil tanpa kolaborasi,” tuturnya. Adapun jika diperlukan untuk mengkritik, maka pengemasan dengan cara satire lebih baik daripada menyampaikan apa adanya.
Tips keempat, kata Das’ad adalah perlunya kesabaran menikmati proses dakwah. Rasulullah berdakwah selama 23 tahun. Nabi-nabi sebelumnya bahkan hingga ratusan tahun.
“Dakwah itu perlu nafas panjang. Ada kawan-kawan kita yang dakwah hari ini tapi ingin selesai besok. Jadi dakwah itu perlu nafas panjang. Sayang seribu sayang banyak aktivis dakwah mau seperti tukang sulap,” kritiknya.
Tips kelima, adalah mensyiarkan dakwah yang tengahan (moderat) sembari membawa semangat ta’awun dan ukhuwah dan lapang dada dalam menemui perbedaan di tengah umat.
“Dalam berdakwah kita harus bagi tugas. Ada dakwah versi Muhammadiyah, ada dakwah versi NU, dan lain sebagainya. Yang penting adalah kita bersaudara. Dan kuncinya adalah siap menerima perbedaan pendapat sebagai rahmat. Kapan kita tidak siap menerima, maka dakwah itu pasti mandeg, biasanya tidak disenangi dan tidak diminati oleh kaum milenial,” kata dia.
Advertisement
Bersyukur
Dari lima hal itu, Das’ad yang mengaku pernah menjadi bagian dari IPM dan IMM itu bersyukur ikhtiar dakwah yang dia lakukan terbilang sukses.
“Alhamdulillah, dari semua konten-konten dakwah, saya sudah lebih 220 juta viewers,” pungkasnya.
Adapun kehadirannya dalam penutupan Pengajian Ramadhan ini, tidak lain adalah dukungannya terhadap kolaborasi dakwah organisasi yang wasathiyah.
“Sebuah kehormatan, maka ketika saya dihubungi (menjadi pemateri), saya bilang siap Insya Allah karena saya termasuk pengagum organisasi Muhammadiyah,” ungkap Das’ad.