Sukses

Kisah Pohon Sahabi Menunjukkan Tanda Kenabian Muhammad SAW yang Dikunjungi Gus Iqdam

Secara bahasa sahabi artinya sahabat atau teman. Pohon sahabi merupakan sahabat atau teman Rasulullah SAW. Disebut sebagai pohon sahabat Nabi SAW karena berdasarkan riwayat, pohon ini pernah dua kali disinggahi Rasulullah SAW untuk berteduh.

Liputan6.com, Cilacap - Secara bahasa sahabi artinya sahabat atau teman. Pohon sahabi merupakan sahabat atau teman Rasulullah SAW. Disebut sebagai pohon sahabat Nabi SAW karena berdasarkan riwayat, pohon ini pernah dua kali disinggahi Rasulullah SAW untuk berteduh.

Letak pohon ini berada di Yordania. Ketika pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah, Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam melaksanakan ibadah umrah bersama ibundanya dan jemaah ST Nyell, ia menyempatkan diri untuk mengunjungi pohon ini.

Pohon ini memiliki karakteristik unik yang tidak dimiliki pohon-pohon yang lain. Ketika musim dingin, daun-daun pohon ini justru berguguran dan hanya tinggal rantingnya saja, sementara ketika musim panas, pohon ini menumbuhkan dedaunan yang hijau dan lebat.

Selain karakteristiknya yang unik, pohon ini juga menunjukan keanehan atau keajaiban ketika disinggahi oleh Muhammad SAW. Sejarah mencatat, kejadian aneh ini dilihat langsung oleh 2 orang rahib. Kisah ini sangat masyhur di kalangan umat Islam dan termaktub dalam kitab-kitab sirah nabawiyah.

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 4 halaman

Kesaksian Buhaira

Suatu hari, ketika Muhammad berusia 9 tahun, ada pula yang mengatakan usianya 10 atau 12 tahun, beliau mengikuti pamannya, Abu Thalib untuk pergi berdagang ke Syam.

Di tengah perjalanan menuju Syam dan kebetulan saat itu cuacanya sangat panas keduanya bermaksud untuk beristirahat. Kebetulan tidak jauh dari tempat istirahatnya, berdiri kokoh sebuah pohon yang besar dan rindang. Keduanya berteduh di bawah pohon ini.

Rupanya, tak jauh dari tempat Muhammad SAW dan pamannya Abu Thalib berteduh, terdapat rumah yang sekaligus tempat ibadah seorang pendeta Nasrani yang bernama Buhaira.

Sedari awal, dari kejauhan pendeta ini juga sudah merasa heran dengan penampakan alam yang aneh yakni awan yang selalu mengikuti dan memayungi keduanya. Terlebih lagi, Pendeta itu dibuat kaget oleh perubahan pohon saat disinggahi oleh Muhammad kecil dan pamannya.

Pohon itu senantiasa melindungi Muhammad dari terik panasnya matahari dengan cara merunduk seperti orang sujud. Pun demikian dengan awan tadi juga berada tepat di atas pohon itu. Saking penasarannya, Buhaira mendatanginya untuk mencari tahu siapa sebenarnya orang yang berada di bawah pohon itu.

Sesampaianya di bawah pohon itu, Buhaira mendapati seorang laki-laki paruh baya dan seorang bocah. Tak sungkan-sungkan Buhaira menyapa Abu Thalib dan memandang cukup lama kepada Muhammad kecil itu dengan penuh selidik.

Lalu, ia berkata kepada Abu Thalib bahwa kelak anak ini akan menjadi Nabi akhir zaman. Tanda-tandanya terlihat dari merunduknya pohon secara tiba-tiba untuk melindunginya dari teriknya matahari, serta awan yang selalu menaunginya selama perjalanan menuju Syam. Selain itu, Buhaira juga melihat tanda-tanda kenabiah di bagian tubuh Muhammad, yakni berada di antara kedua bahunya, yang wujudnya seperti bekas bekam.

3 dari 4 halaman

Kesaksian Nasthura

Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa pendeta lain yang melihat tanda-tanda kenabian Muhammad SAW ketika beliau berdagang ke Syam ditemani Maesaroh yakni Nasthura.

Hal ini sebagaimana disampaikan ulama kharismatik asal Rembang yang merupakan murid kesayangan Mbah Moen, yakni KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha.

Sewaktu di perjalanan, Nabi SAW singgah di bawah pohon rindang dekat gereja seorang rahib Nasrani yang bernama Nastura. Pendeta Nastura mengetahui tanda-tanda kenabiah orang yang singgah di bawah pohon rindang dekat gerejanya.

Hal tersebut diketahuinya dari keanehan yang terjadi yakni bayang-bayang pohon rindang tersebut condong ke arah Nabi untuk melindunginya dari panasnya terik matahari.

Atas kejadian tersebut, Rahib Nastura meyakini bahwa orang tersebut nantinya akan menjadi seorang Nabi. Hal ini sebagaimana diterangkan dalam kitab Al Barzanji:

فَنَزَلَ تَحْتَ شَجَرَةٍ لَّذَى صَوْمَعَةِ نَسْطُوْرَا رَاهِبِ النَّصْرَانِيَّةِ فَعَرَفَهُ الرَّهِبُ اِذْ مَالَ اِلَيْهِ ظِلُّهَا الْوَارِفُ وَاَوَاهُ

“Maka kemudian Nabi turun/singgah di bawah pohon di gerejanya Nastura, yaitu seorang rahib atau pendeta Nasrani, Maka Rahib Nastura mengetahui ketika bayang-bayang pohon itu condong kepada Nabi dan melindunginya,"

Kemudian Pendeta Nasthura berkata, “Tidaklah singgah di bawah pohon ini kecuali seorang Nabi yang memiliki sifat bersih. Nastura bertanya kepada Maesaroh untuk mencari kejelasan tanda-tanda kenabian, “apakah pada kedua mata Muhammad ada semacam warna merah yang khas?” Maesaroh menjawab, “Ya.”

Ketika mendengar jawaban Maesaroh, maka Nastura semakin yakin kalau orang tersebut adalah Nabi akhir zaman, sebab semua kriterianya ada pada fisik Muhammad.

Maka pendeta Nasthura berpesan kepada Maesaroh, “Jangan sampai kamu berpisah dengannya (Muhammad) dan bersamailah dia dengan azam yang jujur dan niat yang baik,”

Demikian sekelumit kisah Nastura, pendeta Nasrani yang juga mengakui Nabi Muhammad sebagai Nabi akhir zaman melalui tanda-tanda yang ia lihat sendiri.

Hal ini sebagaimana keterangan dalam kitab Al-Barzanji yang disampaikan oleh K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha yang dikutip dari kanal YouTube Santri Gayeng Minggu (03/03/2024) bertajuk Tak Banyak Diketahui, Peran Penting Pendeta Nastura Bagi Nabi”.

4 dari 4 halaman

Siapa itu Rahib Nasthura?

Pendeta yang memiliki nama Nastura ini memang terdengar asing di telinga kita. Namanya memang tidak begitu dikenal di kalangan umat Islam sebagaimana Buhaira.

Dalam buku-buku riwayat hidup Muhammad diceritakan, bahwa rahib Buhaira adalah seorang mantan Yahudi yang menjadi rahib Kristen Nestorian.

Dalam kitab Adab Bizantium disebutkan, Buhaira adalah seorang rahib yang menganut aliran Airus Nasthuri dan ia mengingkari Lahut al-Masih (Ketuhanan al-Masih) dan menyatakan bahwa penamaannya dengan sebutan tuhan tidak diperbolehkan.

Dia meyakini bahwa al-Masih adalah utusan Allah SWT, sebagaimana yang diyakini oleh agama Islam bahwa Isa al-Masih merupakan nabiyullah.

Jika merunut pada teks yang sangat mendekati dengan nama Nasthura di atas, maka boleh jadi Nasthura itu sebutan atau julukan untuk Buhaira yang menganut aliran Airus Nasthuri, bukan nama rahib selain Buhaira. Wallahu A’lam.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul