Liputan6.com, Jakarta Intermiten dikenal sebagai puasa bergilir yang melibatkan siklus antara makan dan puasa. Salah satu contoh yang populer adalah intermitten fasting dengan puasa Ramadan, di mana umat Muslim berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam selama bulan suci penuh berkah.
Salah satu tujuan utama intermitten fasting dengan puasa Ramadan adalah untuk menurunkan berat badan. Dengan membatasi waktu makan, tubuh akan memanfaatkan cadangan lemak sebagai sumber energi, sehingga membantu menurunkan berat badan secara efektif.
Baca Juga
Selain itu, intermitten fasting dengan puasa Ramadan juga dapat meningkatkan tingkat metabolisme tubuh. Selama masa puasa, tubuh harus mengurus sumber daya yang ada dengan lebih efisien, yang dapat meningkatkan laju metabolisme. Tidak hanya itu, puasa intermiten juga memiliki potensi manfaat lainnya, termasuk peningkatan kesehatan jantung.
Advertisement
Dalam sebuah studi, puasa intermiten menunjukkan pengaruh positif terhadap profil lipid darah, termasuk menurunkan kadar kolesterol LDL ("kolesterol jahat") dan meningkatkan kadar kolesterol HDL ("kolesterol baik"). Berikut ini penjelasan tentang intermitten fasting dengan puasa Ramadan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (5/3/2024).
Memahami Apa Itu Intermittent Fasting dan Puasa Ramadan
Intermittent Fasting (IF) atau Puasa Intermiten menjadi semakin populer belakangan ini, sebagai cara yang efektif untuk menurunkan berat badan. Banyak orang yang mengkombinasikan IF dengan puasa Ramadan untuk mencapai tujuan penurunan berat badan yang lebih cepat. Dalam metode ini, seseorang membatasi waktu makan mereka hanya dalam jendela tertentu, misalnya hanya boleh makan selama 8 jam sehari dan berpuasa selama 16 jam.
Hal ini sejalan dengan konsep puasa Ramadan di mana umat Muslim diwajibkan untuk berpuasa dari fajar hingga matahari terbenam. Selain untuk menurunkan berat badan, IF dengan puasa Ramadan juga diketahui memiliki manfaat lain yang signifikan bagi kesehatan. Misalnya, tingkat metabolisme tubuh meningkat karena tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi utama selama puasa. Hal ini dapat membantu membakar lemak secara efektif sehingga menurunkan berat badan lebih cepat.
Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa puasa Ramadan dapat meningkatkan kesehatan jantung dan kontrol gula darah. Puasa dapat membantu mengurangi kadar kolesterol jahat dalam darah dan meningkatkan kadar kolesterol baik. Selain itu, puasa juga dapat meningkatkan sensitivitas insulin, membantu mengatur kadar gula darah dengan lebih baik. Namun, sebelum mencoba IF dengan puasa Ramadan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi terlebih dahulu, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu. Juga, pastikan untuk memperhatikan pola makan yang sehat dan nutrisi yang cukup selama waktu makan Anda agar tubuh tetap tercukupi kebutuhannya.
Advertisement
Manfaat Menjalani Diet Intermittent Fasting
Puasa tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga memberikan sejumlah manfaat signifikan bagi kesehatan tubuh. Salah satu pendekatan yang semakin populer untuk menggabungkan manfaat kesehatan dengan puasa adalah melalui diet intermittent fasting (IF). Berikut adalah beberapa efek baik yang dapat diperoleh melalui penerapan diet intermittent fasting:
1. Modulasi Hormon, Gen, dan Sel
Puasa memiliki efek luar biasa terhadap sistem hormonal tubuh. Selama periode puasa, terjadi peningkatan hormon pertumbuhan (GH), yang dapat merangsang pertumbuhan otot dan memperbaiki jaringan. Selain itu, terjadi penurunan insulin, yang membantu tubuh menggunakan gula darah dengan lebih efisien. Proses ini juga memicu mekanisme autophagy, di mana sel-sel tubuh membersihkan diri dari material sel yang tidak diperlukan, mendukung regenerasi sel, dan memodulasi ekspresi gen.
2. Pengurangan Lemak Perut dan Penurunan Berat Badan
IF mendorong tubuh untuk beralih ke sumber energi dari lemak, terutama saat dalam keadaan puasa. Hal ini dapat membantu mengurangi lemak visceral, terutama di area perut yang seringkali terkait dengan risiko penyakit metabolik. Dengan membatasi jendela makan, IF juga secara efektif mengurangi asupan kalori, mendukung penurunan berat badan.
3. Penurunan Risiko Diabetes Tipe 2
Diet intermittent fasting telah terbukti efektif dalam mengontrol kadar gula darah dan mengurangi resistensi insulin. Ini berpotensi menurunkan risiko diabetes tipe 2. Peningkatan sensitivitas insulin dapat membantu tubuh mengelola glukosa dengan lebih efisien.
4. Peningkatan Fungsi Otak
Puasa membantu meningkatkan fungsi otak melalui beberapa mekanisme. Peningkatan kadar BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor) selama puasa dapat mendukung pertumbuhan dan perawatan sel saraf. Selain itu, autophagy yang dipicu oleh puasa melibatkan penghilangan material sel yang tidak diperlukan, membantu melindungi otak dari kerusakan dan mempromosikan kesehatan otak yang optimal.
5. Peningkatan Kualitas Tidur
Ritme sirkadian yang diatur oleh pola makan saat puasa dapat memiliki dampak positif pada kualitas tidur. Regulasi hormon melatonin dan siklus tidur-wake yang teratur dapat membantu seseorang tidur lebih nyenyak dan bangun dengan perasaan lebih segar.
6. Perbaikan Resistensi Leptin
IF dapat membantu mengatasi resistensi leptin, hormon yang berperan, dalam mengatur nafsu makan dan metabolisme. Dengan memperbaiki sensitivitas terhadap leptin, seseorang dapat lebih mudah mengontrol asupan makanan dan menjaga berat badan yang sehat.
7. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Puasa dapat merangsang produksi sel-sel kekebalan tubuh dan meningkatkan efisiensi sistem kekebalan. Ini dapat membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit.
8. Peningkatan Longevity (Umur Panjang
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet intermittent fasting dapat berpotensi memperpanjang umur, dengan mengurangi risiko penyakit terkait usia dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Cara Melakukan Diet Intermittent Fasting
Dalam menerapkan diet intermittent fasting, terdapat beberapa teknik yang dapat dijelajahi, masing-masing sesuai dengan durasi puasa dan pola makan yang berbeda. Berikut adalah beberapa metode yang dapat diikuti:
1. Puasa 12 Jam
Metode ini melibatkan puasa selama 12 jam sehari, dengan menjalani waktu puasa di malam hari dan makan secara normal selama periode 12 jam yang tersisa. Ini dapat menjadi pilihan yang baik untuk pemula, karena durasi puasa yang relatif singkat tetap mempertahankan asupan kalori yang seimbang.
2. Puasa 16 Jam (Metode 16:8)
Metode ini melibatkan puasa selama 16 jam sehari, diikuti oleh periode makan selama 8 jam. Durasi puasa 16 jam ini lebih umumnya diterapkan pada pria, sedangkan pada wanita, durasi puasa dapat disesuaikan menjadi 14 jam. Contoh penerapannya adalah mengakhiri makan malam pada pukul 20.00 dan kemudian tidak sarapan pada pagi hari berikutnya, kembali makan ketika mencapai siang hari.
3. Puasa 24 Jam Seminggu
Dalam metode ini, kamu menetapkan waktu untuk tidak makan selama 24 jam dalam beberapa hari setiap minggunya. Sebagai contoh, setelah makan malam, kamu menunda makan hingga malam berikutnya. Meskipun awalnya mungkin terasa menantang, metode ini dapat diadopsi secara bertahap untuk memudahkan penyesuaian.
4. Puasa Dua Hari Seminggu (Metode 5:2)
Metode ini melibatkan pengurangan asupan kalori sebanyak 25 persen dari jumlah kalori normal, sekitar 500-600 kalori, pada dua hari tertentu dalam satu minggu. Pada hari-hari ini, makanan dikonsumsi dalam jumlah yang lebih terbatas, mirip dengan satu kali makan besar. Metode ini dapat diulang setiap minggu dengan hari puasa yang tidak berurutan.
Advertisement