Sukses

Asal-usul Tradisi Salam Tempel Saat Lebaran, Peninggalan Kesultanan Ottoman

Asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran dapat ditelusuri kembali hingga zaman kekhalifahan dan kebudayaan yang berkembang pada masa itu.

Liputan6.com, Jakarta Dari mana asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran? Tradisi salam tempel, atau membagi-bagikan uang saat Hari Raya Idul Fitri, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia. Biasanya, praktik ini dilakukan dengan memberikan uang kepada anak-anak dan bahkan orang dewasa dalam amplop yang bergambar unik dan menarik.

Istilah "salam tempel" secara harfiah merujuk pada tindakan bersalaman sambil menyelipkan uang atau amplop berisi uang. Praktik ini telah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun di masyarakat Indonesia. Asal-us l tradisi salam tempel saat lebaran memiliki akar yang dalam dalam sejarah dan budaya.

Asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran dapat ditelusuri kembali hingga zaman kekhalifahan dan kebudayaan yang berkembang pada masa itu. Praktik memberikan hadiah atau uang sebagai bentuk kebahagiaan dan kemurahan hati pada saat perayaan telah menjadi bagian integral dari banyak budaya di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berikut ulasan lebih lanjut tentang asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran yang Liputan6.com dari berbagai sumber, Rabu (6/3/2024).

2 dari 3 halaman

Sejarah Tradisi Salam Tempel Saat Lebaran

Asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran atau membagi-bagikan uang saat Hari Raya Idul Fitri, berakar pada kebisaan Khalifah Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara pada abad pertengahan. Pada saat itu, tradisi ini merupakan bagian dari perayaan Idul Fitri yang melibatkan pemberian uang, pakaian, atau permen kepada anak-anak muda dan masyarakat umum pada hari pertama perayaan.

Seiring perkembangan zaman, tradisi salam tempel mengalami perubahan. Pada akhir era Kesultanan Utsmaniyah atau Ottomen sekitar lima abad kemudian, praktik membagikan hadiah pada Hari Raya Idul Fitri mulai mengalami pergeseran. Salam tempel menjadi lebih terfokus pada pemberian uang tunai dan umumnya hanya dibagikan dalam lingkup keluarga.

Tradisi salam tempel pun terus berkembang. Kegiatan membagi-bagikan uang saat hari raya tidak hanya terbatas kepada anggota keluarga, tetapi juga mulai dibagikan kepada kerabat dan orang-orang yang membutuhkan. Hal ini mencerminkan evolusi nilai-nilai sosial dalam masyarakat, di mana praktik salam tempel menjadi semakin inklusif dan memperluas lingkup penerima manfaatnya.

Asal-usul tradisi salam tempel saat lebaran mencerminkan perjalanan panjang dari waktu ke waktu, yang awalnya dimulai sebagai bagian dari perayaan keagamaan kemudian berkembang menjadi simbol kemurahan hati dan solidaritas dalam masyarakat. Tradisi ini tidak hanya memperkaya budaya Indonesia, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antarindividu dalam masyarakat.

3 dari 3 halaman

Tradisi Salam Tempel di Berbagai Negara

Tradisi salam tempel yang dikenal juga sebagai Eidiyah di Uni Emirat Arab, ternyata tidak hanya terbatas pada Indonesia, tetapi juga ada di banyak negara Islam lainnya. Praktik ini merupakan bagian penting dari perayaan hari raya besar seperti Hari Raya Idulfitri atau Idul Adha di negara-negara tersebut.

Meskipun Eidiyah telah menjadi tradisi yang turun-temurun di Uni Emirat Arab, namun tidak semua keluarga melakukan praktik salam tempel ini secara universal kepada anak-anak atau kerabat yang berusia muda. Tradisi ini telah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu, di mana hadiah-hadiah yang diberikan tidak hanya terbatas pada uang tunai, tetapi juga bisa berupa barang-barang seperti konsol video game atau ponsel. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mengajarkan anak-anak tentang nilai uang dan investasi.

Perkembangan tradisi salam tempel ini juga menular ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia, tradisi salam tempel biasanya dilakukan oleh orang-orang yang lebih tua dan memiliki penghasilan sendiri. Hadiah-hadiah tersebut dibagikan kepada sanak saudara, terutama anak-anak. Orang tua di Indonesia sering menggunakan amplop bergambar menarik untuk memberikan salam tempel kepada anak-anak, menambah kesan kreatif dan menyenangkan dalam proses memberikan hadiah pada Hari Raya Idul Fitri.

Di sisi lain, dalam budaya Tionghoa, terdapat tradisi yang mirip dengan salam tempel yang dikenal sebagai angpao. Tradisi ini sering terjadi dalam pertemuan keluarga atau acara-acara spesial seperti pernikahan, tahun baru Imlek, atau perayaan lainnya. Angpao melambangkan kegembiraan, semangat, dan harapan akan keberuntungan, di mana warna merah pada angpao menjadi simbol keberuntungan dan mengusir energi negatif.

Tidak hanya sekadar memberikan uang, salam tempel dan angpao juga memiliki filosofi di dalamnya. Praktik ini menjadi cara yang menyenangkan bagi banyak orang tua untuk memperkenalkan dasar-dasar pendidikan keuangan kepada anak-anak, serta memberi mereka kebebasan untuk memilih bagaimana mereka membelanjakan atau menyimpan uang tersebut. Dengan demikian, tradisi salam tempel dan angpao tidak hanya memperkaya perayaan hari raya, tetapi juga menjadi sarana untuk mengajarkan nilai-nilai penting kepada generasi muda.