Sukses

Manusia-Manusia yang Berlari Kencang ke Neraka, Na'udzubillah

Manusia memiliki kecenderungan menyukai kenikmatan dunia, dan yang disukai jiwa, padahal itu jalan menuju neraka.

Liputan6.com, Jakarta - Neraka dalam Al-Qur'an disebut sebagai tempat siksaan yang sangat pedih bagi orang-orang yang melanggar perintah Tuhan dan melakukan perbuatan dosa.

Al-Qur'an secara tegas menyebutkan adanya neraka sebagai tempat siksaan bagi orang-orang yang menentang ajaran Allah dan melakukan perbuatan dosa. Ayat-ayat Al-Qur'an menjelaskan berbagai macam siksaan di neraka, termasuk api yang menyala-nyala, rantai-rantai panas, dan minuman yang mendidih yang akan diminum oleh para pelaku dosa.

Neraka dalam Islam mencakup berbagai tingkatan atau lapisan, sesuai dengan tingkat dosa yang dilakukan oleh individu. Ada neraka yang lebih ringan dan neraka yang lebih berat, dan derajat siksaan di neraka tersebut bervariasi sesuai dengan perbuatan masing-masing.

Dalam Islam, neraka bukan hanya sebagai tempat hukuman, tetapi juga sebagai cerminan dari ketidakpatuhan manusia terhadap perintah Tuhan.

Konsep ini bertujuan untuk memberikan peringatan dan motivasi bagi umat Islam agar menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama, menghindari perbuatan dosa, dan mengamalkan kebajikan.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Terpedaya Kenikmatan Dunia

Sifat Allah yang adil dan penyayang tercermin dalam konsep neraka dalam Islam. Meskipun Allah SWT menentukan siksaan bagi pelaku dosa, Allah SWT juga memberikan peluang bagi hamba-Nya untuk bertaubat dan memperoleh ampunan. Konsep taubat dan rahmat Allah merupakan aspek penting dalam pemahaman Islam tentang kehidupan akhirat dan neraka.

Untuk menjadi penghuni neraka, manusia cukup dengan melakukan hal-hal yang sangat disenengi jiwa, berbeda dengan surga, jika ingin surga hal yang dilakukan selama hidup adalah hal yang tidak disukai jiwa.

Jadi, sebenarnya, bukan neraka yang memanggil manusia untuk menjadi calon penghuninya, tetapi manusia yang lari kencang menuju neraka.

Mengutip suaraislam.com, karena kebodohan kita yang cenderung justru lebih banyak mendekati neraka dan menjauhi surga. Tipu daya dunia dengan berbagai fasilitas dan fitnahnya lebih kita turuti dari pada sibuk dengan urusan akhirat.

Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa Allah Ta’ala mensifati penduduk neraka dengan kebodohan dan mengabarkan bahwa Allah menutup jalan-jalan ilmu untuk mereka. Allah Ta’ala berfirman menceritakan keadaan mereka,

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِىٓ أَصْحٰبِ السَّعِيرِ

“Dan mereka berkata, Sekiranya (dahulu) kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) tentulah kami tidak termasuk penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 10)

فَاعْتَرَفُوا بِذَنۢبِهِمْ فَسُحْقًا لِّأَصْحٰبِ السَّعِيرِ

“Maka mereka mengakui dosanya. Tetapi jauhlah (dari rahmat Allah) bagi penghuni neraka yang menyala-nyala itu.” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 11)

3 dari 3 halaman

Surga Diliputi Perkara yang Dibenci oleh Jiwa

Dari Anas bin Malik RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ

“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.” (HR. Muslim)

Hadis diatas mengandung kalimat-kalimat yang indah dengan cakupan makna yang luas serta kefasihan bahasa yang ada pada diri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Sehingga beliau membuat perumpamaan yang sangat baik dan tepat.

Hadis ini menjelaskan kepada kita bahwa seseorang itu tidak akan masuk surga sehingga mengamalkan perkara-perkara yang dibenci jiwa, begitupula sebaliknya seseorang itu tidak akan masuk neraka sehingga ia mengamalkan perkara-perkara yang disenangi oleh syahwat.

Demikian itu dikarenakan ada tabir yang menghiasi surga dan neraka berupa perkara-perkara yang dibenci ataupun yang disukai jiwa. Barangsiapa yang berhasil membuka tabir maka ia akan sampai kedalamnya. Tabir surga itu dibuka dengan amalan-amalan yang dibenci jiwa dan tabir neraka itu dibuka dengan amalan-amalan yang disenangi syahwat.

Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Baari berkata, “Yang dimaksud dengan al-makarih (perkara-perkara yang dibenci jiwa) adalah perkara-perkara yang dibebankan kepada seorang hamba baik berupa perintah ataupun larangan dimana ia dituntut bersungguh-sungguh mengerjakan perintah dan meninggalkan larangan tersebut. Seperti bersungguh sungguh mengerjakan ibadah serta berusaha menjaganya dan menjauhi perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah Ta’ala.

Penggunaan kata al-makarih disini disebabkan karena kesulitan dan kesukaran yang ditemui seorang hamba dalam menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Adapun yang dimaksud syahwat di sini adalah perkara-perkara yang dilakukan untuk menikmati lezatnya dunia sementara syariat melarangnya. Baik karena perbuatan tersebut haram dikerjakan maupun perbuatan yang membuat pelakunya meninggalkan hal yang dianjurkan.

Ibnul Jauzi rahimahullah menasehati kita berikut, “Ketahuilah, semoga Allah mamberikan taufiq kepadamu. Sesungguhnya watak dasar jiwa manusia itu cinta kepada hawa nafsunya. Telah berlalu penjelasan tentang begitu dasyatnya bahaya hawa nafsu, sehingga untuk menghadapinya engkau membutuhkan kesungguhan dan pertentangan dalam diri jiwamu. Ketika engkau tidak mecegah keinginan hawa nafsumu maka pemikiran-pemikiran sesat (kejelekan-kejelekan) itu akan menyerang sehingga tercapailah keinginan hawa nafsumu.” (Dzammul Hawa, hal.36, Asy-Syamilah).

Semoga kita selalu dalam ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya sehingga kita layak mendapatkan surga dan menjauh dari siksa neraka. Wallahu a’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul