Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Agama (Kemenag) RI akan menggelar pemantauan hilal (rukyatulhilal) awal Ramadhan di 134 titik seluruh Indonesia pada Ahad, 10 Maret 2024 yang bertepatan dengan 29 Syaban 1445 H. Pada hari yang sama pemerintah juga akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal puasa Ramadhan 2024.
Sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, penting bagi umat Islam mempersiapkan diri dengan matang. Persiapan Ramadhan meliputi aspek fisik, mental, dan spiritual.
Mengapa penting persiapan sebelum Ramadhan? Sebab, Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang setiap amalannya akan diganjar pahala yang berlipat.
Advertisement
Baca Juga
Selain persiapan yang mantap, dalam rangka menyambut Ramadhan umat Islam bisa mengamalkan doa yang diajarkan Rasulullah SAW. Doa ini dilafalkan menjelang Ramdahan agar diberi kesehatan, kekuatan, dan keselamatan saat beribadah di bulan suci.
Doa menyambut Ramadhan ini juga disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat (UAH). Berikut doanya yang termaktub dalam hadis At-Tirmidzi Nomor 3.254.
اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ
Allahumma ahillahu ‘alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah.
Artinya: “Ya Allah jadikanlah hilal (bulan) ini bagi kami dengan membawa keberkahan, keimanan, keselamatan, dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.”
“Itu tolong dihafalkan. Tadi sudah direkam, dibimbing. Nanti Ketika ditetapkan masuk awal Ramadhan bacakan itu,” kata UAH dikutip dari YouTube Islami Repost, Jumat (8/3/2024).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Pesan UAH Sebelum Ramadhan Tiba
Allah SWT memberikan pesan kepada hamba-Nya yang hendak menunaikan ibadah puasa Ramadhan agar tidak main-main dan menganggap kesempatan ringan pada bulan Ramadhan. Setiap hamba-Nya belum tentu akan mendapatkan nikmat Ramadhan lagi, bisa jadi sudah berpulang di kesempatan berikutnya.
“Jadi, tidak setiap orang bisa mendapatkan nikmat Ramadhan dan tidak setiap (orang) yang telah mendapatkannya akan mengulangi di masa yang akan datang,” kata Ustadz Adi Hidayat atau akrab disapa UAH dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (8/3/2024).
Karena itu, para sahabat Nabi Muhammad SAW begitu selesai Ramadhan kemudian mendapatkannya lagi banyak di antara mereka mengalirkan air matanya. Mereka menangis berharap kepada Allah agar Ramadhan jangan berhenti. Mereka berharap semua waktu itu Ramadhan.
“Dan kita diberikan kesempatannya. Dan mereka tahu belum tentu tahun depan bisa berjumpa, karena itu semua bermujahadah ketika akan tiba Ramadhan,” jelas UAH.
Ketika tiba Ramadhan, maka kalimat la'allakum digunakan dengan sepenuh jiwa dan maksimal dalam ibadahnya.
Advertisement
Ketika Nabi di Bulan Ramadhan
UAH mengatakan, Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu belum pernah melihat Nabi Muhammad semulia dan selembut ibadah dan sedekahnya kecuali saat Ramadhan. Sampai-sampai angin yang berhembus sepoi-sepoi itu kalah dengan amalannya nabi.
“Nah, itu lembutnya angin itu kalah oleh lembutnya nabi saat beraktivitas di bulan Ramadhan. Lembut menghadapi orang-orang. Sedekahnya bertambah. Ibadahnya bertambah. Interaksi dengan Qur’an-nya (bertambah) dan sebagainya,” sebut UAH.
Orang-orang yang bukan nabi ketika melihat nabinya serius, mereka harus lebih serius lagi.
“Jadi gambarannya, nabi saja yang dijamin surga begitu serius. Apalagi saya yang bukan nabi, yang belum jelas surganya,” katanya.
“Kata Allah, kamu bukan orang yang di zaman nabi. Bukan orang di masa sahabat. Bukan orang di masa tabi'in. Tapi kata Allah la'allakum. Kum masih ada di depan kita. Tattaqun, kamu tanpa batas,” bebernya lagi.
Serius Menjalani Ibadah Ramadhan
Allah ingin seorang hamba-Nya serius dalam menjalani ibadah Ramadhan. Dia ingin melihat hamba-Nya bertakwa pada-Nya.
“Kamu mesti berubah. Kamu mesti jadi hamba yang taat. Mesti ada perbedaan ketika kamu lahir dengan kamu pulang,” ujar UAH.
“Kalau Anda hafal Qur’an, demi Allah begitu disebut takwa itu bisa berlinang air mata Anda. Karena ayat takwa selalu terkait dengan nilai kebaikan. Ketika Allah sebutkan takwa, maka Allah ingin tanamkan kebahagiaan,” tambahnya.
Kata Allah, lanjut UAH, orang yang takwa itu adalah mereka yang berhasil menunaikan ibadah puasanya. Orang takwa sudah siap dan bukan hanya present, tapi continuous.
“Hari pertama (Ramadhan) shaf pertama. Hari kedua shaf pertama juga. Jadi meningkat terus, konsisten di situ. (Kalau) hari pertama datang sebelum Maghrib. Hari kedua habis Isya baru datang. Nah ini belum konsisten,” papar UAH.
Menurut UAH, jika ingin disebut golongan yang takwa continuous, maka harus dipertahankan. Misalnya, hari pertama hingga hari terakhir Ramadhan berada di shaf depan. Itu adalah yang terbaik.
Kemudian yang lebih baiknya lagi, kata UAH, takwanya tidak hanya sampai Ramadhan. Tapi terus berlanjut di bulan-bulan lainnya hingga bertemu lagi dengan Ramadhan. Wallahu a’lam.
Advertisement