Liputan6.com, Jakarta - Ramadhan telah tiba. Umat Islam di seluruh dunia menyambut bulan yang dimuliakan ini.
Ramadhan 2024 tampaknya akan berbeda dari Ramadan sebelum-sebelumnya. Kini masyarakat telah bisa beraktivitas normal setelah dua tahun pandemi Covid-19 dan 2023 masa transisi.
Advertisement
Baca Juga
Tiap Ramadhan memiliki kekhasan sendiri. Pun dengan tahun 2024 ini. Satu yang sama adalah umat Islam dianjurkan untuk memanen pahala sebanyak-banyaknya agar Ramadan berbuah rahmat dan syafaat Allah SWT.
Soal panen memanen ini, kiranya ada sebuah kisah tasawuf yang kurang lebih menggambarkan golongan-golongan muslim dalam mengisi Ramadan. Antara satu dengan lainnya memiliki semangat berbeda.
Kisah ini diulas oleh Drs. Madropi, M.Pd, dinukil dari laman Muhammadiyah Bogor. Kisah tasawuf yang ditulis Buya Hamka ini mengingatkan kita semua untuk menjadikan Ramadhan yang terbaik pada tahun ini.
Alkisah, pada suatu masa, Raja Dzulqarnain atau Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada seluruh pasukannya.
“Dalam perjalanan nanti malam kita akan melintasi sungai, ambillah apapun yang terinjak yang ada pada sungai itu,".
Kemudian, ketika malam tiba seluruh pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai tersebut. Ternyata, ada 3 sikap pasukan prajurit dalam menyikapi perintahnya itu.
Simak Video Pilihan Ini:
Beda Sikap Tentara Dzulqarnain
Pasukan pertama tidak mengambil apapun yang terinjak di sungai karena menganggapnya kerikil, batu kecil atau pasir.
Pasukan yang kedua, mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai tanpa berusaha mencari, sekedar mengikuti perintah sang Raja.
Pasukan ketiga, mencari dan mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan dalam meneruskan perjalanan karena penuh bawaan.
Pagi harinya seluruh pasukan prajuritnya dikumpulkan untuk memeriksa bawaannya. Setelah dibuka, benda yang dikira batu dan kerikil itu masing-masing isinya intan berlian.
Pasukan prajurit yang tidak mengambil apa-apa dari lintasan sungai tersebut menyesalinya. Pasukan prajurit yang mengambil alakadarnya, ada perasan senang bercampur penyesalan.
Pasukan prajurit yang mencari dan mengambil dengan sungguh-sungguh merasa sangat bahagia. Sebab, tasnya penuh dengan batu mulia yang tentu sangat berharga.
Advertisement
Analogi Ramadhan
Bagaimana kalau lintasan sungai yang harus kita lintasi itu adalah bergulirnya waktu, dilintasinya bulan suci Ramadhan. Menurut hadis riwayat Ibnu Jhuzaimah dari salman r.a. Rasulullah SAW khutbah akhir di bulan Sya’ban.
“Wahai sekalian manusia telah datang kepada kalian bulan yang amat agung, bulan mubarokah, bulan yang didalamnya terdapat malam Lailatul Qadar yang kalau beribadah lebih baik dari 1000 bulan (82 tahun).Allah telah menjadikan kewajiban berpuasa dan menjadikan malam harinya ibadah Tathawwu’ (sunah).
Barang siapa yang mendekatkan diri pada bulan ramadhan dengan kebaikan, adalah seperti melaksanakan suatu yang wajib di bulan yang lain. Dan barang siapa yang mengerjakan yang wajib dibulan ramadhan, Allah akan membalas dengan 70 puluh kali lipat.
Ramadhan adalah bulan sabar, sabar balasannya surga. Bulan ramadan adalah bulan saling tolong menolong, bulan ditambahnya rizki orang mu’min. Barang siapa yang memberi makanan berbuka pada orang yang berpuasa akan diampuni Allah segala dosanya dan akan dibebaskan dari siksaan api neraka, baginya pahala seperti orang yang berpuasa tampa mengurangi pahala orang berpuasa. “
Para shahabat bertanya, kami tidak bisa memberi makanan kepada orang yang berbuka puasa ?.
Besabda Rasulullah SAW, Allah SWT memberikan pahala bagi orang yang memberi makanan kepada orang yang berbuka puasa, sekalipun hanya sebutir tsamroh (kurma), atau seteguk air, atau sedikit susu. Karena bulan ramadhan awalnya rahmat, pertengahannya adalah penuh dengan ampunan Allah, peng hujung akhir ramadhan adalalah pembesan diri api neraka.
Dari kisah tasawuf Hamka tersebut mengingatkan pada kita akan lintasan waktu datangnya bulan suci Ramadhan. Ada orang yang melewati bulan ramadhan lewat begitu saja tampa mengambil hikmah dan manfaatnya. Ada pula orang yang mengambil hikmah dan manfaat alakadarnya.
Dan ada pula yang mengambil hikmah dan memanfaatkannya dengan sebaik baiknya untuk beribadah dan menggapai keridhoan Allah SWT.
3 Golongan Manusia dalam Penyikapan Ramadan
Firman Allah surat Fathir ayat 32 mengingatkan pada kita, artinya: “ Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada orang yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan dan ada pula yang lebih dahulu melakukan kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar”.
Allah SWT mewahyukan al-Quran kepada Nabi Muhammad. Kemudian diwariskannya kepada hamba-hambanya yang terpilih. Kemuliaan hambanya tergantung pada sejauh manakah ajaran Rasulullah itu mereka amalkan, dan sampai dimana mereka sanggup mengikuti petunjuk Allah. Berikut ini tingkatan orang mu’min dalam mengamalkan ajaran Islam:
1. Zaalimu linafsi artinya: Orang zalim kepada dirinya. Orang yang mengerjakan perbuatan wajib juga tidak meninggalkan perbuatan yang haram. Menurut Al-Marogi dalam tafirnya: Orang yang masih sedikit mengamalkan ajaran kitabullah dan terlalu senang mengikuti hawa nafsunya, atau orang msih banyak perbuatan kejahatannya dibanding dengan amal kebaikannya.
2. Muqtasidun artinya: Pertengahan, orang yang melaksanakan segala kewajiban dan meninggalkan larangan-larangannya, tetapi kadang-kadang Ia tidak mengerjakan perbuatan yang di pandang sunah atau masih mengerjakan sebagian pekerjaan yang di pandang makruh. Menurut Al-marogi dalam tafsirnya orang yanga seimbang antara kebaikan dan kejahatannya
3. Sabiqum bil Khairaat artinya: Orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah. Menurut Al-marogi dalam tafsirnya Orang yang terus menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan
Dari kisah dan penjelasan tersebut kita bisa mengukur tingkat posisi iman dan keberadan yang kita lakukan pada bulan ramadhan tahun ini, apakah kita termasuk pada pasukakan atau tingkatan orang mu’min pertama ? ke 2, atau ke 3 ?
Mudah-mudahan, termasuk pasukan prajurit ke 3, yang senantiasa mencari dan mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan dalam meneruskan perjalanan karena penuh bawaan dan termasuk tingkatan mu’min ke 3 Sabiqum bil Khairaat, orang yang selalu mengerjakan amalan yang wajib dan sunah, meninggalkan segala perbuatan haram dan makruh, serta sebagian hal-hal yang mubah. Yang menurut Al-marogi dalam tafsirnya Orang yang terus menerus mencari ganjaran Allah dengan melakukan amal kebaikan.
Amin ya Allah ya robbal a’lamin
Advertisement