Sukses

Pesan Presiden Turki Sambut Ramadan: Semoga Penuh Rahmat dan Berkah

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berharap agar umat muslim menjalani bulan Ramadan yang penuh berkah.

Liputan6.com, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan ulama terkemuka negara itu merilis pesan yang menandai dimulainya bulan suci Ramadhan pada Selasa (12/3/2024).

"Saya berharap bulan Ramadan yang permulaannya penuh rahmat, pertengahannya, ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api (neraka), dapat bermanfaat bagi dunia Islam dan bangsa kita," kata Presiden Recep Tayyip Erdogan di media sosial X, sebelumnya Twitter.

"Semoga kita mendapat Ramadan yang penuh berkah."

Ali Erbas, kepala Direktorat Urusan Agama Turki, menyerukan kepada umat (komunitas) muslim global untuk mendoakan agar penderitaan orang-orang di seluruh dunia segera berakhir, khususnya penderitaan orang-orang di Gaza dan Turkestan Timur.

"Mari kita manfaatkan sepenuhnya rahmat bulan suci Ramadan dan berdoa kepada Allah SWT untuk mengakhiri penderitaan, pembantaian sistematis, penyiksaan, dan pelecehan di berbagai belahan dunia, khususnya di Palestina dan Turkestan Timur," ujarnya, seperti dilansir Anadolu Agency, Senin (11/3). 

Selama ini, Erdogan secara tegas menyatakan dukungannya terhadap kelompok militan Palestina, Hamas.

"Tidak ada seorang pun yang dapat membuat kami mengkualifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris," katanya dalam pidato di Istanbul, seperti dikutip dari AFP.

"Turki adalah negara yang berbicara secara terbuka dengan para pemimpin Hamas dan dengan tegas mendukung mereka," imbuh Erdogan.

2 dari 4 halaman

Aktif Kritik Israel

Erdogan telah menjadi salah satu pengkritik paling kejam terhadap Israel sejak dimulainya perang di Gaza, yang dimulai setelah serangan Hamas di Israel pada 7 Oktober yang menewaskan sedikitnya 1.160 orang, menurut penghitungan AFP atas angka resmi Israel.

Israel membalas dengan serangan darat dan udara tanpa henti yang menurut kementerian kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas telah menewaskan sedikitnya 30.878 orang di wilayah kantong Palestina yang terkepung, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Erdogan menyebut Israel sebagai "negara teroris" dan menuduhnya melakukan "genosida" di Gaza.

3 dari 4 halaman

Erdogan: Netanyahu Tidak Ada Bedanya dengan Hitler

Sebelumnya, Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Rabu (27/12/2023), perdana menteri Israel tidak berbeda dengan Adolf Hitler. Dia menyamakan serangan Israel di Jalur Gaza dengan perlakuan Nazi terhadap orang-orang Yahudi.

Turki yang mendukung solusi dua negara atau two state solution terhadap konflik Israel-Palestina, mengkritik serangan udara dan darat di Jalur Gaza, menyebut Israel sebagai negara teror dan para pemimpinnya harus diadili di pengadilan internasional.

Mempertajam retorikanya, Erdogan mengatakan Turki akan menyambut baik para akademisi dan ilmuwan yang menghadapi penganiayaan karena pandangan mereka mengenai konflik di Jalur Gaza dan menambahkan bahwa negara-negara Barat yang mendukung Israel terlibat dalam apa yang disebutnya sebagai kejahatan perang.

"Mereka biasa berbicara buruk tentang Hitler. Apa bedanya Anda dengan Hitler? ... Apakah yang dilakukan Benjamin Netanyahu ini kurang dari apa yang dilakukan Hitler? Sebenarnya tidak," ujar Erdogan, seperti dilansir CNA.

4 dari 4 halaman

Erdogan Yakin Netanyahu Sang Penjagal Gaza Akan Diadili Sebagai Penjahat Perang

Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada Senin (4/12/2023), Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada akhirnya akan diadili sebagai penjahat perang atas serangan Israel yang sedang berlangsung terhadap Jalur Gaza. Dia turut mengecam negara-negara Barat yang mendukung Israel.

Turki, yang mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun, mengkritik tajam Israel atas serangan mereka di Jalur Gaza. Setidaknya 15.899 warga Palestina di Gaza tewas sejak 7 Oktober akibat serangan Israel.

Dalam pidatonya di pertemuan komite Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Istanbul, Erdogan mengungkapkan bahwa negara-negara Barat yang mendukung Israel memberikan sokongan tanpa syarat untuk membunuh bayi dan terlibat dalam kejahatan Netanyahu.