Sukses

Benarkah Buka Puasa Dengan Kurma, Harus Ganjil Jumlahnya?

Bukan wajib, makan kurma saat buka puasa boleh ganjil atau genap.

Liputan6.com, Jakarta - Sering kita jumpai mengenai makan kurma dengan jumlah tertentu, misalnya tiga, lima, tujuh atau sembilan, jumlahnya ganjil.

Dalam Islam, kurma memegang peranan penting sebagai makanan yang dianjurkan dan dikonsumsi oleh Rasulullah Muhammad SAW.

Sunnah Nabi mencakup kebiasaan beliau mengonsumsi kurma, terutama saat berbuka puasa, seperti yang tercatat dalam berbagai hadis sahih. Menurut ajaran Islam, Rasulullah menganjurkan umatnya untuk meniru kebiasaannya, sehingga konsumsi kurma menjadi bagian dari praktik sunnah dan mendapat keberkahan.

Pohon kurma dan buahnya juga memiliki nilai simbolis dalam beberapa ayat Al-Quran. Sebagai contoh, pohon kurma disebutkan dalam kisah kelahiran Nabi Isa AS di bawah pohon kurma, menunjukkan bahwa buah ini memiliki makna khusus dan dikaitkan dengan keberkahan.

Oleh karena itu, kurma menjadi buah yang diberkati dalam konteks keislaman.

Kurma juga memiliki peran sosial dalam memberikan sadaqah (amal kebajikan) dan zakat. Memberikan kurma kepada yang membutuhkan merupakan bentuk kepedulian sosial dan amal kebajikan yang dianjurkan dalam Islam.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Makan Kurma Apakah Jumlahnya Genap atau Ganjil?

Selain itu, dalam menyambut tamu, memberikan kurma juga menjadi tradisi yang disukai, sejalan dengan ajaran Rasulullah SAW yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada para tamu. Dengan demikian, kurma tidak hanya menjadi makanan yang bergizi, tetapi juga memiliki makna keagamaan dan sosial dalam ajaran Islam.

Menukil muslimah.or.id, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjawab persoalan keharusan mengonsumsi jumlah ganjil saat konsumsi kurma:

ليس بواجب بل ولا سنة أن يفطر الإنسان على وتر، ثلاث أو خمس أو سبع أو تسع إلا يوم العيد عيد الفطر، فقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم كان لا يغدو للصلاة يوم عيد الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً، وما سوى ذلك فإن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يتقصد أن يكون أكله التمر وتراً

“Itu tidak wajib dan tidak pula sunnah. Yaitu seseorang berbuka puasa dengan kurma yang ganjil, semisal tiga, atau lima atau tujuh atau sembilan. Kecuali di hari Idul Fitri. Karena terdapat dalil shahih bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidaklah berangkat shalat id kecuali memakan beberapa buah kurma dengan jumlah ganjil. Adapun selain itu, Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam tidak memaksudkan untuk memakan buah kurma dengan jumlah ganjil”. (Fatawa Nurun ‘alad Darbi, rekaman nomor 354) .

3 dari 3 halaman

Buka Puasa dengan Kurma Tak Ada Larangan Ganjil atau Genap Jumlahnya

Sebagaimana hadis dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

كان النبي صلى الله عليه وسلم لا يغدو يوم الفطر حتى يأكل تمرات ويأكلهن وتراً

“Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan kurma terlebih dahulu, dan beliau makan kurma dengan jumlah ganjil” (HR. Bukhari).

Juga hadits Buraidah radhiallahu’anhu:

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلم لا يخرجُ يومَ الفطرِ حتَّى يَطعَم ، ويومَ النحرِ لا يأكل حتَّى يرجعَ فيأكلَ من نَسِيكتِهِ

“Nabi Shallallahu’alahi wa sallam biasanya tidak keluar pada hari Idul Fitri hingga makan terlebih dahulu, dan tidak makan pada hari Idul Adha hingga beliau kembali dari shalat, lalu makan dengan daging sembelihannya” (HR. Muslim no. 1308).

Fatwa ini bukan berarti larangan berbuka puasa dengan kurma dengan jumlah ganjil. Tentu boleh saja melakukan demikian. Namun tidak perlu diyakini ada keutamaan khusus dari perbuatan tersebut atau tidak diyakini sebagai sunnah Nabi. Wallahu A’lam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul