Liputan6.com, Jakarta - Salah satu rukun puasa adalah niat. Niat puasa Ramadhan bisa dilakukan mulai malam hari hingga sebelum adzan subuh. Apabila tidak niat di waktu yang telah ditentukan, maka puasanya tidak sah.
“Dari Hafshah Ummul Mu’minin r.a. (diriwayatkan bahwa) Nabi SAW bersabda, Barangsiapa tidak berniat puasa di malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya.” (Ditakhrijkan oleh al-Khamsah, lihat ash-Shan‘aniy, II, 153).
Selain niat puasa, kita juga disunnahkan sahur. Sahur adalah makan atau minum sebelum memulai berpuasa. Sahur dilakukan sebelum waktu imsak datang. Sahur adalah sunnah Rasulullah SAW sebagaimana termaktub dalam hadis riwayat Anas bin Malik.
Advertisement
Baca Juga
Rasulullah SAW bersabda, “Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur terdapat barakah.” (Muttafaqun ‘alaih)
Di bulan Ramadhan, kadangkala kita lupa membaca niat puasa dan tidak sempat sahur. Pertanyaannya, bagaimana hukum puasa orang yang demikian? Jika puasanya dilanjutkan apakah sah?
Pertanyaan tersebut pernah dilontarkan salah satu jemaah Al Bahjah ke ulama kharismatik KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya. Simak berikut penjelasannya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya menjelaskan, dalam mazhab Imam Syafi’i dan jumhur ulama mazhab Imam Maliki dan Hambali bahwa bagi siapapun yang tidak berniat di malam hari dan tidak sahur, maka puasanya tidak sah.
Akan tetapi, lanjut Buya Yahya, Sayyid Alwi Assegaf saat menjadi Mufti Makkah pernah menulis dalam suatu muqaddimah bahwasanya jika benar-benar lupa tidak niat dan tidak sahur, maka bisa melanjutkan puasanya dengan niat di pagi hari mengikuti pendapat Mazhab Imam Abu Hanifah.
“Bahkan itu diisyaratkan oleh Syekh Malibari dalam kitab Fathul Muin-nya. Barangsiapa di pagi harinya dia lupa belum niat, dia ingin berpuasa, maka hendaknya dia niat ikut Mazhab Abu Hanifah,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (13/3/2024).
“Itu diisyaratkan dalam fikih Syafi'i bahwasanya orang awam perlu dihargai dalam hal-hal semacam ini. Jangan sampai bilang gak sah gak puasa, kasian dia ketinggalan dalam rombongan orang-orang berpuasa,” lanjut Pengasuh LPD Al Bahjah ini.
Advertisement
Tidak Boleh Sengaja Lupa
Buya Yahya mengatakan, dalam keadaan darurat boleh mengikuti Mazhab Abu Hanifah jika lupa niat puasa Ramadhan dan tidak sahur. Namun, ia mengingatkan tidak boleh secara sengaja lupa niat.
“Tapi ingat ikut mazhab seperti ini tidak boleh main-main. Sudah malam harinya, saya niat besok aja ikut Abu Hanifah. Anda main-main. Ini adalah kasus darurat di saat seseorang dalam keadaan lupa, maka di pagi harinya boleh niat dengan catatan dia belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa,” tutur Buya Yahya.
Kalau sudah makan dan minum di waktu puasa, maka puasanya tidak bisa dilanjutkan karena sudah melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Ia wajib imsak agar mendapatkan pahala kesempurnaan Ramadhan.
“Dia wajib imsak, tidak boleh makan dan minum. Dia seperti orang yang berpuasa. Cuma nanti dia wajib mengqadha,” pungkas Buya Yahya.