Sukses

Berbuat Maksiat tapi Rezeki Tetap Lancar, Hati-Hati Kata Gus Iqdam!

Penceramah muda Nahdlatul Ulama (NU), Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menjelaskan tentang orang yang rezekinya lancar bahkan kaya raya namun sama sekali tidak beribadah, bahkan tidak rajin bekerja.

Liputan6.com, Cilacap - Penceramah muda Nahdlatul Ulama (NU), Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menjelaskan tentang orang yang rezekinya lancar bahkan kaya raya namun sama sekali tidak beribadah, bahkan tidak rajin bekerja.

Menurutnya, orang tersebut harus hati-hati dan takut kepada Allah SWT karena ia sedang mengalami apa yang disebut dengan istidraj. Logikanya, orang rajin bekerja dan rajin beribadah ini akan hidup kaya raya.

Namun, pada sebagian orang, ada yang hidupnya kaya raya tapi tidak rajin bekerja, bahkan hidupnya berlumuran dosa dan selalu berbuat maksiat.

Sementara sebagian lainnya kita melihat orang yang ibadahnya rajin, namun ia tetap hidup dalam kemiskinan. Fenomena kontras ini tentu saja menimbulkan tanda tanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

2 dari 3 halaman

Hati-hati dengan Istidraj

Gus Iqdam mewanti-wanti, jika seseorang mengalami hal ini, yakni tidak rajin bekerja dan malas betibadah bahkan sama sekali tidak melaksanakannya namun rezekinya lancar bahkan kekayaan terus bertambah.

“Jadi orang itu ada kalanya rezekinya lancar karena memang ia ahli ibadah, orangnya dekat dengan Allah SWT, ada kalanya orang itu rezekinya lancar, karena rajin bekerja dan berdoa,” terangnya, dikutip dari tayangan YouTube Video Juara, Rabu (13/02/2024).

“Ada kalanya orang tadi rezekinya lancar itu, padahal tidak pernah berdoa, ya tidak tidak dekat dengan Allah, tidak rajin bekerja, tapi rezekinya lancar, kaya dan memiliki harta melimpah, Anda kalau seperti ini harus berhati-hati,” tandasnya.

Menurutnya itu adalah istidraj. Perilaku maksiatnya diganjar kesenangan dunia yang melimpah, namun di akhirat kelak ia akan menanggung siksaan dari Allah SWT yang sangat pedih.

“Itu istidraj, anda itu dibiarkan oleh Allah SWT," terangnya.

“Justru, rezekimu lancar, istrimu peduli dan lain sebagainya, ketakwaan kamu harus tambah, beribadahlah, harus tambah rajin bekerja, harus rajin bersedekah, jangan tambah kaya malah tambah pelit,” sambungnya.

3 dari 3 halaman

Sekilas tentang Istidraj

Menukil NU Online, Istidraj, sebuah kata yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, kata tersebut sangat penting untuk kita pahami. Istidraj merupakan bentuk tipu daya dari Allah SWT yang diberikan kepada seseorang yang sering melakukan maksiat dan jarang beribadah, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan.

Istidraj dapat terjadi dalam berbagai bentuk kenikmatan, seperti harta, kekuasaan, dan kedudukan. Manusia seringkali terlena dengan kenikmatan tersebut dan lupa bahwa semuanya adalah titipan dari Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an Allah SWT mengingatkan :

وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِّنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُوْنَ، وَاُمْلِيْ لَهُمْۗ اِنَّ كَيْدِيْ مَتِيْنٌ

Artinya: “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, akan Kami biarkan mereka berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Dan Aku akan memberikan tenggang waktu kepada mereka. Sungguh,rencana-Ku sangat teguh” (QS. Al-‘Araf [7]: 182-183).

Banyak orang yang terjebak dalam istidraj karena mereka merasa bahwa kenikmatan yang mereka dapatkan adalah anugerah yang memuliakan. Padahal, sebenarnya kenikmatan tersebut adalah sebuah ujian yang harus dihadapi. Istidraj dapat membuat manusia lupa kepada Allah SWT dan merasa bahwa mereka tidak membutuhkan-Nya lagi. 

Istidraj seringkali menipu manusia dengan mengalihkan perhatian mereka dari kebenaran yang sebenarnya dan membutakan mereka terhadap bahaya yang mengintai di balik kenikmatan yang mereka rasakan. Contoh dari Istidraj dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seseorang yang gemar melakukan maksiat, namun hidupnya terus dilimpahi kenikmatan. 

Seseorang yang tidak sholat, namun tetap merasa hidupnya baik-baik saja. Semua contoh-contoh tersebut adalah tanda-tanda Istidraj dari Allah SWT yang bisa menjadi jebakan bagi seseorang yang tidak menyadari bahwa kenikmatan yang diberikan Allah SWT sebenarnya adalah ujian. Oleh karena itu, kita harus selalu beribadah dan menghindari maksiat agar tidak terjebak dalam Istidraj.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul