Sukses

Kisah Keluarga Keturunan Indonesia Jalani Ramadhan di UAE Penuh Suka Cita, Kolak Jadi Makanan Favorit

Ini kisah keluarga Cinta di UAE yang begitu menghargai tiap detik di bulan Ramadan ini dengan menghabiskan waktu bersama keluarga tercinta.

Liputan6.com, Dubai - Ramadan merupakan bulan yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh umat Muslim di seluruh dunia, termasuk bagi Cinta Budiarsya, 45 tahun, ekspatriat Indonesia yang tinggal di UAE bersama suami dan keempat anaknya. Bagi mereka, Ramadan adalah waktu yang dinanti-nantikan di mana mereka bisa berkumpul bersama, berbuka puasa, serta melaksanakan salat magrib dan tarawih bersama-sama.

Seperti dikutip dari Khaleej Times, Jumat, (22/3/2024), Cinta Budiarsya dan keluarganya telah melakukan tradisi Ramadan dan menemukan kegembiraan dalam kebersamaan setelah tinggal di UAE selama kurang lebih 20 tahun. Sebagai orang tua yang bekerja, Cinta dan suaminya telah menyesuaikan jadwal mereka untuk dapat sepenuhnya menikmati bulan suci ini.

Cinta, yang bekerja di Emirates Airlines, menikmati jam kerja yang berkurang selama bulan Ramadhan sehingga ia dapat menikmati waktu sahur dengan santai bersama keluarganya. Setelah sahur, ia bersiap-siap untuk berangkat kerja sementara anak-anaknya kembali tidur setelah salat subuh.

Anak-anaknya kemudian beristirahat setelah sesi belajar di rumah mereka pada pagi hari untuk menyimpan energi demi persiapan berbuka puasa di malam hari.

"Rutinitas saya dengan jam yang telah disesuaikan ini sangat nyaman karena kami semua bangun untuk makan sahur, dan kami menikmati makan bersama. Ketika saya bersiap untuk berangkat kerja yang dimulai pukul 6 pagi, anak-anak saya kembali tidur," kata Cinta.

Dalam rumah tangga Cinta, terdapat antisipasi yang kuat menjelang bulan Ramadan, dengan anak-anaknya yang sangat menantikan kedatangan bulan tersebut, sambil berseru, "Ibu memasak lebih banyak selama Ramadan," mereka dengan penuh semangat menanti datangnya buka puasa.

2 dari 4 halaman

Rutinitas Keluarga Cinta Saat Ramadan

Ketika jam menunjukkan pukul 18.30, keluarga ini berkumpul mengelilingi meja makan, menantikan azan magrib yang menandai berakhirnya waktu berpuasa. Mereka berbuka puasa dengan kurma, teh, dan kudapan manis sebelum menyantap hidangan khas Indonesia buatan Cinta. Bersama-sama, mereka melantunkan doa syukur atas berkah yang mereka terima selama bulan Ramadan.

"Salah satu makanan kesukaan anak-anak saya di bulan Ramadan adalah makanan penutup khas Indonesia, kolak, yang terbuat dari ubi jalar, pisang, gula merah, dan juga santan. Ini adalah makanan manis dan sehat yang kami semua nikmati saat berbuka puasa," kata Cinta.

Setelah berbuka puasa, keluarga ini melanjutkan dengan salat magrib bersama keluarga, sang ayah yang jadi imam. Setelah salat, mereka berkumpul kembali di meja makan untuk makan malam nan lezat, dengan makanan penuh cita rasa dan aroma khas Indonesia yang membawa mereka kembali ke Tanah Air. 

Keluarga ini sangat menghargai waktu kebersamaan ini, berbagi cerita dan tawa sambil menikmati makanan lezat yang selalu disiapkan oleh Cinta.

3 dari 4 halaman

Simak Tradisi Haq Al Laila di UAE

Persiapan bulan Ramadan di UAE dimulai jauh sebelum bulan suci ini datang. Hal ini mencerminkan antisipasi dan kesiapan spiritual masyarakatnya, seperti rumah-rumah yang dibersihkan, membeli pakaian baru, dan rencana-rencana lain yang dibuat untuk meningkatkan amal di bulan puasa, termasuk zakat dan sedekah.

Tradisi Haq Al Laila, yang dirayakan pada hari ke-15 bulan Hijriah Syaban di UAE dan di seluruh Gulf Cooperatio Council (GCC) dengan berbagai nama, merupakan perayaan pra-Ramadan yang mendekatkan masyarakat melalui partisipasi anak-anak, seperti dilansir dari focus.hidubai.com, Kamis, (14/3/2024).

Pada malam Haq Al Laila, anak anak mengenakan pakaian tradisional dan membawa tas warna-warni buatan tangan pergi dari rumah ke rumah di lingkungan mereka, menyanyikan lagu-lagu untuk mendapatkan permen dan uang. Praktik ini berakar pada keyakinan untuk merayakan malam yang diberkati, yang diakui memiliki makna spiritual, termasuk perubahan arah salat ke arah Makkah.

Ungkapan "Aatoona Allah yatek bet Makkah Ywdekom" atau berarti "Berikan kami sesuatu agar Tuhan memberkati Anda dan memberi Anda lebih banyak sebagai balasannya," menangkap esensi dari tradisi ini yang menekankan kedermawanan, sukacita bersama, dan memupuk ikatan sosial.

Dirayakan dengan penuh antusiasme tiap tahun, acara ini mempersiapkan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadan.

4 dari 4 halaman

Tembakan Meriam Saat Sahur dan Berbuka Puasa

Tak hanya perayaan Haq Al Laila saja, UAE juga mempunyai tradisi menembakkan meriam saat sahur dan berbuka puasa. Tradisi ini merupakan tradisi bersejarah dan berharga selama Ramadan di UAE, yang melambangkan awal dan akhir puasa harian. 

Tradisi yang dimulai sejak tahun 1960-an di Dubai ini merupakan sebuah kebiasaan yang menjadi sinyal komunal bagi umat Muslim untuk memulai makan sahur dan berbuka puasa saat matahari terbenam (iftar). 

Dilakukan oleh tentara yang sudah terlatih dan dikelola secara ketat oleh Kepolisian Dubai, meriam ditembakkan di lokasi-lokasi strategis di seluruh UAE, termasuk tempat-tempat ikonik seperti Burj Park dan Madinat Jumeirah. Suara meriam yang bergema di seluruh kota tidak hanya menandai waktu berpuasa, tetapi juga menghubungkan masyarakat dengan warisan budaya dan agama di UAE yang kuat.

Penembakan meriam yang dinanti-nantikan oleh penduduk dan turis dilakukan dengan meriam yang awalnya dibuat di Inggris pada tahun 1945. Selama Ramadan, meriam ditembakkan setiap hari saat matahari terbenam dan juga pada saat Idul Fitri.