Sukses

Curhat WNI Jalani Ramadan 2024 di Jepang: Rindu Tradisi Membangunkan Sahur di Indonesia

Sudah dua tahun Opi, WNI asal Bandung, tinggal di Higashihiroshima, Hiroshima, Jepang, untuk menempuh pendidikan S3 di Universitas Hiroshima. Berikut kisahnya menjalani Ramadhan di rantau.

Liputan6.com, Tokyo - "Rindu berbuka puasa dengan keluarga, menu takjil, suara azan dan suara mereka yang membangunkan sahur," demikian curahan hati (curhat) Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Sri Novianthi Pratiwi atau akrab disapa Opi saat ditanya apa yang paling dirindukannya dari suasana Ramadan di tanah air.

Opi saat ini berada di Higashihiroshima, Hiroshima, Jepang. Sudah dua tahun dia berada di sana untuk menempuh pendidikan S3 Program Transdisciplinary Science and Engineering di Universitas Hiroshima.

Kepada Liputan6.com, Kamis (14/3/2024), Opi berbagi kisah menjalani bulan suci Ramadhan di perantauan.

"Perbedaan waktunya di sini lebih cepat dua jam dibandingkan Waktu Indonesia Barat (WIB). Saya mendapat informasi awal puasa dari komunitas muslim di Hiroshima," tutur Opi, yang mulai menjalani puasa Ramadhan pada Selasa (12/3).

<p>Pengumuman awal puasa di Jepang. (Dok. Liputan6.com/Sri Novianthi Pratiwi)</p>

Perempuan usia 33 tahun asal Bandung, Jawa Barat, itu mengatakan puasa dimulai pukul 05.00 waktu setempat dan buka puasa sekitar pukul 18.00 waktu setempat.

"Tidak terlalu berbeda dengan di Indonesia. Kondisi ini tergolong lebih ringan karena tahun ini bulan puasa jatuh di awal musim semi. Jadi, waktu Matahari terbenam masih sekitar pukul 18.00. Kondisi akan berbeda jika Ramadan datang di musim panas, waktu puasa akan lebih panjang karena siangnya lebih panjang," ujarnya.

"Sudah selama dua tahun berpuasa di sini alhamdulillah saya bisa menjalani aktivitas studi dengan cukup mudah karena sistem pendidikan selama studi S3 ini bukan bersifat masuk kelas, melainkan riset. Waktu datang ke kampus pun fleksibel, yaitu hanya untuk mengerjakan progres riset sesuai kebutuhan. Salah satu perbedaan dengan menjalani pendidikan sambil berpuasa itu hanya rutinitas. Biasanya datangnya pagi ke lab, nah, selama bulan puasa datangnya lebih siang karena setelah sahur dan Subuh dilanjut istirahat."

2 dari 3 halaman

Mudah Menemukan Makanan Halal

Di wilayah Higashihiroshima, ungkap Opi, cukup banyak WNI, terutama yang berstatus mahasiswa maupun pekerja. Demikian pula dengan mahasiswa muslim dari negara lain, terutama dari negara-negara Timur Tengah seperti Afghanistan, Iran, Suriah, Pakistan, India, Bangladesh, dan negara Afrika termasuk Mesir dan Nigeria.

Lantas, bagaimana dengan makanan halal?

"Alhamdulillah sekali di lingkungan Higashihiroshima termasuk Universitas Hiroshima mudah sekali mendapatkan makanan halal untuk sehari-hari. Di sekitar kami ada satu toko khusus yang menjual produk-produk makanan halal. Kebetulan sekali pemiliknya adalah orang Indonesia. Koperasi kampus juga menyediakan halal corner, halal bento, yang bisa dibeli mahasiswa kapan saja. Di kafetaria kampus disediakan pula 2-3 menu halal yang bisa dibeli mahasiswa. Untuk di supermarket lokal ada beberapa yang juga menjual produk-produk berlogo halal. Ada juga restoran Indonesia, India, Thailand, dan Nepal yang khusus menjual menu makanan halal," terang Opi.

Kerinduan Opi akan takjil khas Indonesia sedikit terobati oleh inisiatif sejumlah WNI yang menjualnya.

"Selama bulan puasa tentu saya merindukan beragam menu takjil seperti yang di tanah air. Di Higashihiroshima tidak ada warung atau restoran khusus yang menjual menu takjil selama bulan puasa. Kami biasanya dapat di restoran Indonesia, saat iftar di masjid atau mengandalkan teman-teman di komunitas Indonesia yang berinisiatif menjual menu takjil di forum. Biasanya teman-teman ini menawarkan menu-menu takjil seperti gorengan, risoles, kolak, dan lain sebagainya," kata Opi, yang menargetkan studi S3-nya selesai pada Oktober 2024.

3 dari 3 halaman

Bukber dengan Muslim Negara Lain

Biasanya pada akhir minggu waktu puasa, kata Opi, komunitas muslim di Higashihiroshima akan membagikan makanan berbuka puasa gratis atau menggelar buka bareng (bukber) di masjid.

"Kegiatan iftar bersama di masjid biasanya berlangsung bergantian dari beberapa negara muslim lain. Untuk hari Minggu ini contohnya digelar oleh komunitas warga Arab," sebut Opi.

Higashihiroshima sendiri memiliki fasilitas ibadah muslim, yaitu Hiroshima Islamic Cultural Center.

"Di sana sering digunakan sebagai pusat ibadah salat maupun aktivitas lainnya. Untuk Tarawih di masjid biasanya dilakukan setiap hari selama bulan Ramadhan. Tahun ini jam Tarawih mulai pukul 20.30 dan dilaksanakan sebanyak 11 rakaat. Yang jadi imam salat Tarawih berasal dari negara Timur Tengah ataupun bergantian dari negara lain," kata Opi.

"Lokasi islamic cultural cenderung agak terpencil dan jauh dari universitas saya. Jika menggunakan sepeda sekitar 30-40 menit. Karena musim saat ini masih terasa sangat dingin, jadi tidak bisa setiap hari Tarawih di masjid. Tapi, biasanya beberapa teman komunitas Indonesia yang apartemennya saling berdekatan mengadakan Tarawih berjamaah di salah satu rumah mereka."

Bagaimanapun, Opi mengakui bahwa tidak ciri khusus yang menandakan bulan Ramadan di tempat tinggalnya sekarang seperti halnya di Indonesia.

Video Terkini