Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadan menjadi momen yang tepat bagi umat Muslim untuk meningkatkan ibadah serta mengubah gaya hidup menjadi lebih baik.
Perubahan gaya hidup di bulan puasa itu pun tentunya turut memengaruhi jadwal tidur. Sebagian umat Muslim merasa lebih sulit mendapat istirahat malam yang cukup, salah satunya karena harus bangun saat dini hari untuk mempersiapkan dan menyantap makan sahur.
Baca Juga
Namun, para ahli di Hamad Medical Corporatio (HMC) mengatakan, kualitas tidur yang buruk juga disebabkan oleh perilaku makan berlebih saat buka puasa dan sahur.
Advertisement
Mengutip pernyataan Senior Consultant in Medicine Aisha Husain pada Qatar News Agency beberapa waktu lalu, penting memerhatikan kebiasaan makan selama Ramadhan agar mendapat kualitas tidur yang lebih baik.
Pakar kesehatan tidur ini mencatat, mengonsumsi gorengan dan makanan tinggi gula berperan besar dalam kualitas tidur, sehingga mengimbau mereka yang menjalankan puasa untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah sedang dengan nilai gizi tinggi.
Dalam nasihat lainnya, para ahli merekomendasikan “mengatur ulang waktu tidur dan bangun” sambil mengurangi konsumsi minuman berkafein selama periode non-puasa.
“Hal ini sangat penting terutama bagi orang-orang yang sebelumnya memiliki masalah dan gangguan tidur,” ujarnya, seperti dikutip QNA.
Hussain menekankan bahwa waktu makan memang mempengaruhi jam biologis seseorang dan hal ini menyebabkan kantuk, sakit kepala, dan bahkan perubahan suasana hati.
Hussain menganjurkan aktivitas relaksasi sebelum tidur, termasuk mendengarkan Al-Quran, mandi air hangat, melakukan yoga ringan, dan menghindari perangkat elektronik untuk memperbaiki pola tidur yang rusak.
“Lebih baik mematikan perangkat ini setidaknya 30 menit sebelum tidur, memastikan suhu ruangan sesuai, tidur di tempat yang sejuk, tenang, dan nyaman,” katanya kepada QNA.
Manfaat Puasa
Puasa diketahui bermanfaat bagi kesehatan. Pola makan yang teratur dan terkendali dengan puasa Ramadhan membuat tekanan serta gula darah terkontrol, daya tahan tubuh menjadi lebih baik, serta mengurangi berat badan berlebih.
Sebuah studi juga menunjukkan, puasa setidaknya dua hari dalam seminggu bisa mengurangi risiko demensia atau pikun.
Hasil penelitian menunjukkan, seseorang hanya menerima sekitar 500-800 kalori saat sedang berpuasa. Sedangkan ketika sedang tidak puasa asupan kalori wanita tercatat hingga 2000 kalori dan 2.500 kalori pada pria.
Jumlah asupan kalori yang lebih sedikit saat puasa menyebabkan penurunan pertumbuhan hormon yang bisa memicu kanker dan diabetes, serta pengurangan kolesterol "buruk" LDL dan trigliserida dalam darah.
Advertisement
Puasa Dapat Melindungi Kesehatan Otak
Tak hanya itu, puasa juga bisa meningkatkan kinerja otak.
"Puasa setidaknya satu atau dua hari bisa memicu proses perlindungan di otak," kata Kepala Ilmu Saraf di United Stated National Institute On Ageing, Prof Mark Mattson.
Menurut Mattson, puasa mirip dengan efek latihan. Puasa membantu melindungi otak dari penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
"Puasa setidaknya satu atau dua hari bisa memicu proses perlindungan di otak," kata Kepala Ilmu Saraf di United Stated National Institute On Ageing, Prof Mark Mattson.
Menurut Mattson, puasa mirip dengan efek latihan. Puasa membantu melindungi otak dari penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.