Liputan6.com, Jakarta - Diplomasi agama menjadi salah satu strategi utama Majelis Hukama Muslimin (MHM) dalam mempromosikan pemikiran moderat di seluruh dunia. Sebagai bentuk komitmen memupuk perdamaian dan mengadvokasi nilai dialog, toleransi, dan koeksistensi, MHM tahun ini untuk kali pertama mengirimkan misi keagamaan ke berbagai negara.
Misi ini bertujuan untuk syiar Ramadan, sekaligus menyebarkan nilai-nilai moderasi, toleransi, dan pencerahan pemikiran Islam.
Baca Juga
Sejumlah Qari, pakar Al-Qur'an, dan Dai (penceramah) dikirim ke Indonesia, Malaysia, Kazakhstan, Jerman, Italia, dan negara yang lain. Di negara setempat, mereka mengambil peran memimpin salat, membacakan Al-Qur'an, dan menyampaikan ceramah keagamaan kepada jamaah.
Advertisement
Upaya ini dirancang untuk memperkuat hubungan antarumat Islam di seluruh dunia, meningkatkan kesadaran beragama mereka, mendorong integrasi positif ke dalam komunitas mereka, dan melindungi mereka dari ideologi ekstremis. Sehingga, langkah ini diharapkan dapat melindungi mereka dari cengkeraman kelompok kekerasan dan teroris.
Sekretaris Jenderal MHM, Konselor Mohamed Abdelsalam, menyatakan Majelis Hukama Muslimin di bawah kepemimpinan Grand Syekh Al Azhar, Imam Akbar Dr. Ahmed Al-Tayeb, melalui beragam program dan kegiatan di seluruh dunia, berupaya menghubungkan umat Islam dengan dasar-dasar agama dan keyakinan mereka.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman yang benar tentang Islam dan meningkatkan kesadaran mereka mengenai metode etis untuk menghadapi tantangan yang dihadapi masyarakat muslim di seluruh dunia, terutama di tengah meningkatnya fenomena Islamofobia.
"Tujuan dari misi keagamaan ini adalah untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan hidup berdampingan atau koeksistensi secara damai, serta mencapai integrasi positif sambil menjaga identitas Islam," terang Konselor Mohamed Abdelsalam di Abu Dhabi dikutip Senin (18/3/2024).
"Program ini juga bsrtujuan memberikan pemahaman mendalam tentang nilai-nilai dan tradisi agama Islam, dan bagaimana menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari," sambungnya.
Sejak awal Ramadhan 1445 H, lanjut Konselor Abdelsalam, program MHM dilakukan secara intensif dan mendapat perhatian pejabat dan keikutsertaan masyarakat yang signifikan. Di Indonesia misalnya, Menteri Agama Yaqut Khalil Qumas, menerima delegasi dan mengapresiasi upaya MHM dalam mempromosikan nilai-nilai dan budaya toleransi dan koeksistensi secara damai di seluruh dunia, dan mengatasi berbagai masalah krusial, anatara lain: wacana ekstremisme dan kebencian, serta fenomena Islamofobia.
Misi MHM ke Indonesia
Misi MHM ke Indonesia mencakup serangkaian acara dan kegiatan. Misalnya, pemberian ijazah kepada mahasiswa di Institut Ilmu Al-Quran Al-Kawthar, terkait Hadits Rahmah (Rahmah), yaitu Musalsal Hadits bi al-Awwaliyyah, disertai dengan pembacaan Empat Puluh Hadits Imam al-Nawawi. Para santri juga dibekali dengan Sanad (rantai transmisi) Imam Besar Al-Azhar dari hadis-hadis yang dijelaskan oleh Imam Al-Nawawi.
Penceramah MHM dalam misi ini juga mengunjungi Institut dan Universitas Darunnajah Jakarta, yang memiliki 2.500 mahasiswa. Mereka bertemu dengan Dr. Safwan Manaf, Direktur Universitas Darunnajah dan jajarannya, untuk membahas strategi memajukan pendidikan tinggi. Syekh Salah Al-Syami, salah satu anggota misi ini, menyampaikan kuliah umum tentang tujuan puasa di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Darunnajah yang juga aktif berinteraksi.
Di Dar Al-Safwa Kota Depok, Jawa Barat, 15 Maret 2024, Dr. Salah Al-Syami dan anggota misi MHM mengadakan kajian setelah Asar hingga jelang berbuka puasa. Para siswa juga mendengarkan Isnad (rantai transmisi) Hadits Musalsal bi al-Awwaliyyah yang juga dikenal dengan Hadits Rahmah, melalui sanad yang terhubung dengan Grand Syekh Al Azhar Dr Ahmed Al Tayeb.
Para siswa juga mendapat penjelasan tentang hadits puasa dari Kitab “Bulugh Al-Maram” karya Al-Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqalani. Dalam momen ini juga dilakukan pemberian ijazah kitab hadis kepada mahasiswa dan dosen Perguruan Tinggi Dar Al-Safwa. Setelah Salat Taraweh, Syekh Salah membacakan sebagian Hadits Abu Bakar Muhammad bin Al-Hussein Al-Thaqafi tentang keutamaan bulan Ramadhan, dan mengijazahkan kepada jemaah yang hadir dengan sanad dari Imam Akbar Ahmed Al Tayeb.
Anggota Misi MHM juga mengadakan pertemuan dengan Profesor Muhammad Quraish Shihab, salah satu pendiri sekaligus anggota MHM yang juga ulama terkemuka serta mantan Menteri Agama Republik Indonesia. Mereka mendapat bekal nasihat dari Prof Quraish yang penting dalam perjalanan akademis dan dakwah di Indonesia.
Advertisement
Aktivitas Delegasi MHM di Sejumlah Negara
Di Malaysia, delegasi MHM berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan acara di beberapa masjid di Kuala Lumpur. Kegiatan tersebut antara lain salat malam, membacakan Al-Qur'an, dan menyampaikan ceramah agama tentang berbagai aspek keimanan dalam Islam. Selain itu, anggota misi juga bertemu dengan Senator Datuk Dr. Zulkifli Mohamad Al-Bakri, anggota MHM, anggota Senat, dan mantan Menteri Urusan Islam Malaysia. Diskusi tersebut berfokus pada isu-isu dan tantangan krusial yang dihadapi negara muslim, serta program delegasi MHM selama Ramadan di Malaysia.
Di Italia, delegasi MHM menggelar berbagai kegiatan dan acara di beberapa kota, antara lain Milan, "Al Madina Center", "Erba Center" di kota Lecco, dan "Al Buraq Center" di kota Como. Kegiatan tersebut antara lain salat malam, ceramah keagamaan setelah salat Ashar dan Isya. Program lainnya, hafalan Al-Qur’an untuk anak-anak dan orang dewasa, sesi pengajian dan pengajaran Tajwid untuk orang dewasa, serta membaca Al-Qur'an untuk wanita.
Republik Kazakhstan menyambut baik delegasi MHM yang melakukan tur penting ke masjid-masjid dan pusat keagamaan penting di seluruh negeri untuk syiar Ramadhan. Tur tersebut berlangsung di beberapa kota, termasuk Kokshetau, Stepnogorsk, Pavlodar, dan Shymkent. Delegasi MHM diterima dengan hangat dengan penuh antusiasme dan minat.
Di Jerman, delegasi MHM berkegiatan di beberapa masjid dan pusat keagamaan di sejumlah wilayah. Anggota delegasi membacakan Al-Qur'an yang menarik perhatian masyarakat, baik Muslim maupun non-Muslim. Mereka juga terlibat dalam diskusi dan dialog keagamaan dengan komunitas Muslim dan komunitas lokal, bertukar pandangan mengenai isu-isu penting tentang agama dan budaya serta berbagai tantangan.