Liputan6.com, Jakarta - Menjaga dan memperkuat silaturahmi merupakan suatu kewajiban yang sangat ditekankan. Rasulullah SAW bersabda bahwa "Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahmi".
Artinya, hubungan baik dengan keluarga, tetangga, dan masyarakat merupakan bagian dari prinsip-prinsip keimanan dalam Islam. Memutus silaturahmi dianggap sebagai tindakan yang sangat tidak dianjurkan dan dapat mendatangkan dosa.
Bisa diartikan juga memutuskan silaturahmi berarti mengabaikan salah satu ajaran utama Islam yang menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antara sesama manusia.
Advertisement
Hal ini bertentangan dengan prinsip-prinsip kasih sayang, keadilan, dan kepedulian yang diajarkan dalam agama Islam.
Memutuskan silaturahmi dapat memicu terjadinya konflik dan pertengkaran di antara keluarga atau masyarakat.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Sabda Nabi tentang Silaturahmi
Ketika hubungan antarindividu terputus, muncul ketidakpercayaan, kecurigaan, dan bahkan permusuhan, yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai perdamaian yang diajarkan dalam Islam.
Dalam Islam, solidaritas dan kerjasama antara sesama umat adalah kunci untuk mencapai kemajuan dan keberhasilan bersama dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, memutuskan silaturahmi dapat merugikan tidak hanya individu yang bersangkutan tetapi juga komunitas secara keseluruhan.
Menukil alif.id, Nabi Muhammad SAW, bersabda:
إن الرحمة لا تنزل على قوم فيهم قاطع رحم
Artinya: “Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan silaturahim”. (HR. Bukhari).
Dalam menjelaskan hadist di atas Imam Adz-Dzahabi dalam karyanya, Kitab Al-Kaba’ir (Juz 1, hlm. 48- 49) mengisahkan tentang siksaan orang yang memutus silaturrahmi. Dikisahkan seorang lelaki yang kaya raya berangkat ke kota Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Ketika sampai di kota Mekkah ia bertemu dengan teman lamanya, lalu lelaki itu menitipkan uang sebanyak seribu dinar kepada-nya. Temannya tersebut adalah yang orang baik dan dapat dipercaya.
Advertisement
Allah Cabut Rahmat-Nya bagi yang Memutuskan Tali Silaturahmi
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, lelaki itu hendak menemui temannya untuk mengambil titipannya, ternyata temannya itu sudah meninggal dunia. Lelaki itu bertanya kepada ahli waris temannya terkait titipan uang seribu dinar, namun tidak ada satupun dari ahli waris yang mengetahui keberadaan uang itu.
Ahirnya lelaki itu mendatangi seorang tokoh ulama di kota Makkah, dengan tujuan meminta nasehat dan masukan terkait masalah yang ia hadapi. Seorang ulama Mekkah menyarankan ketika tengah malam ia disuruh mendatangi sumur Zam-Zam dan disuruh memanggil nama temannya. Ulama itu berkata: “Jika temanmu termasuk ahli surga maka ia akan menjawabnya.”
Tanpa pikir panjang lelaki itu menjalankan nasehat dan masukan yang diarahkan oleh ulama kota Mekkah. Ia datangi sumur Zam-Zam dan memanggil nama temannya, namun tidak ada jawaban dari panggilan itu. Datanglah lelaki itu kepada ulama kota Mekkah untuk yang kedua kalinya, dan ia menceritakan kegagalannya, bahwa tidak ada jawaban dari panggilannya ketika ia memanggil nama temannya di sumur Zam-Zam.
Ulama kota Mekkah menyatakan kepada lelaki itu, “Mungkin temanmu termasuk dari ahli neraka,” lalu ulama kota Mekkah itu menyarankan kepada lelaki itu untuk pergi ke kota Yaman, di Yaman ada sumur yang bernama “Barhut”.
Sumur Barhut adalah mulut dari neraka Jahannam. Lelaki itu disuruh memanggil nama temannya di dekat sumur Barhut, jika panggilannya dijawab, berarti temannya termasuk dari ahli neraka.
Ketika lelaki itu sampai di kota Yaman dan berhasil menemukan lokasi sumur “Barhut” Ia mencoba memanggil nama temannya itu, “Ya Fulan, Ya Fulan” panggilan itu, dijawab oleh temannya! Selanjutnya lelaki itu bertanya kepada temannya, ada di mana uang seribu dinar yang dulu aku titipkan kepadamu? Ia menjawab, “Aku kubur uangmu di rumahku, kalau dititipkan kepada anakku, aku takut anakku tidak amanah menjaga hartamu”.
Lelaki itu berkata: “Kenapa kamu ada di tempat ini (sumur Barhut) selama ini aku menyangka kepadamu, bahwa dirimu termasuk dari orang-orang yang baik? Lalu ia menjawab, “Aku mempunyai saudara perempuan yang fakir, lalu aku usir, dan aku tidak merasa kasihan kepadanya, Allah menyiksaku disebabkan perilakuku terhadap saudariku, sehingga aku ditempatkan di tempat ini”.
Kesimpulan dari kisah di atas, Allah SWT akan mencabut rahmat dari hamba-Nya yang memutuskan tali silaturahmi. Hidup tanpa rahmat dari Allah SWT pasti akan menjadi kehidupan yang sulit dan penuh cobaan. Maka dari itu, peliharalah tali silaturahmi dengan sesama sebaik mungkin agar kamu tidak terputus dari rahmat-Nya. Wallahhu a’lam.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul