Liputan6.com, Jakarta - Almaghfurlah Imam Al-Ghazali membagi puasa menjadi beberapa tingkatan tergantung klasifikasi orang-orang berpuasa sebagaimana tingkatan kekhusyu’an dan kesungguhan fundamental melalui kitab Ihya ‘Ulumuddin.
Untuk diketahui puasa merupakan kegiatan spiritual yang penting dalam agama Islam, di mana umat Muslim menahan diri dari makan, minum, dan aktivitas yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari selama bulan Ramadhan.
Lebih dari sekadar menahan diri dari kebutuhan fisik, puasa dalam Islam juga melibatkan pengendalian diri dan peningkatan kesadaran spiritual. Selama bulan Ramadhan, umat Muslim diwajibkan untuk melaksanakan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam.
Advertisement
Puasa memiliki banyak manfaat, baik secara fisik maupun spiritual. Secara fisik, puasa membantu membersihkan tubuh dari racun dan meningkatkan kesehatan dengan memberikan waktu istirahat bagi sistem pencernaan.
Di sisi lain, secara spiritual, puasa mengajarkan umat Muslim tentang kesabaran, pengendalian diri, serta empati terhadap mereka yang kurang beruntung. Hal ini juga menjadi waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, meningkatkan ketaqwaan, dan memperbaiki hubungan dengan sesama.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Puasa Jadi Ajang Refleksi Diri
Puasa juga merupakan waktu yang penting untuk introspeksi dan refleksi diri. Selama bulan Ramadhan, umat Muslim diminta untuk mengevaluasi perilaku mereka, memperbaiki kesalahan, dan meningkatkan amal ibadah serta hubungan dengan Allah SWT.
Mengutip Hidayatuna.com, hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
ذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ .
Artinya:
“Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka.
Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan):
Wahai orang yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah dirimu. Pada setiap malam Allah swt memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka.” (HR. Tirmidzi).
Melalui hadis tersebut, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa ketika Ramadhan tiba, setan-setan dibelenggu.
Advertisement
Inilah Tingkatan Puasa Menurut Imam al-Ghazali
Imam Syafi’i RA melalui kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdab, mengartikan puasa sebagai kegiatan menahan diri dari pembatalan yang telah ditentukan, pada waktu tertentu, dan pada orang tertentu (yang diwajibkan berpuasa).
Pendapat tersebut menyiratkan makna berproses dari masa-masa perjuangan hingga menjemput kebahagiaan.
Maka dari itu, Imam Ghazali telah membagi klasifikasi orang-orang berpuasa sebagaimana tingkatan kekhusyu’an dan kesungguhan fundamental melalui kitab Ihya ‘Ulumuddin.
Tiga Tingkatan Orang Berpuasa
Imam Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin berpendapat bahwa:
إعلم أن الصوم ثلاث درجات صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص:
وأما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة كما سبق تفصيله،وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام،وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم الآخر
Artinya: Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus.
Puasa umum ialah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat.
Puasa khusus ialah menahan pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari smua dosa.
Puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah Ta’ala.
Berikut Penjelasan Singkatnya
Penjelasan puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.
Dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. Maka puasanya ini dijalankan hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari.
Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa.
Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin (orang-orang saleh).
Sementara puasa paling khusus adalah puasanya hati dari kepentingan dan pikiran-pikiran duniawi, puasa secara lahiriyah dan bathiniyah serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah.
Menurut Al-Ghazali, tingkatan puasa yang ketiga ini adalah tingkatan puasanya para Nabi dan Rasul, shiddiqqiin, dan muqarrabin.
Begitulah penjelasan singkat mengenai tingkatan orang berpuasa menurut Imam Ghazali.
Hendaknya bagi kita untuk mampu mengoptimalkan momentum puasa Ramadhan ini agar menghasilkan output terbaik secara berkelanjutan pasca berakhirnya Ramadhan kelak.
Bukan sekedar momentuman belaka, tetapi sebagai proses menggapai ridha Allah Ta’ala.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement